Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Menyembunyikan Amalan Cermin Keikhlasan

menyembunyikan amalan cermin keikhlasan

Menyembunyikan Amalan Cermin Keikhlasan – Ikhlas merupakan hakikat agama Islam, inti peribadatan seorang hamba, Syarat diterimanya amal, dan dakwahnya para rasul.

Allah  عزوجلmenegaskan hal ini dalam firman-nya:

وما أمروا الا ليعبدا الله مخلصين له الدين حنفاء

Artinya: Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-nya dalam menjalankan agama dengan lurus.” (QS al-Bayyinah [98]: 5)

Allahعزوجل  juga berfirman:

ليبلوكم أيكم أحسن عملا

Artinya: “Supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalannya.” (QS Al-Mukarramah [67]: 2)

Al- imam fudhail Ibnu iyadhرحم الله tatkala menafsirkan ayat “siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya”; beliau mengatakan, “Maksudnya ialah yang paling ikhlas dan paling benar”. Kemudian ditanyakan kepadanya apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar; beliau menjawab, “sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak benar maka tidak diterima, demikian pula, sampai amalan tersebut ikhlas dan benar; dan orang yang ikhlas adalah yang beramal semata-mata karena Allah, sedangkan yang benar adalah orang yang mencontoh Nabi dalam beramal.” Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya), “Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalihah dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabbnya.”

SyIkhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, “Apabila seorang hamba ikhlas semata-mata karena Allahسبحانه وتعالى  akan memilih, menghidupkan hati, dan menyelamatkannya, hingga dia berpaling dari hal-hal yang dapat merusak keikhlasan berupa kejelekan dan perbuatan yang keji.”

Awas Penyakit Riya’ Dan Ujub

Ada dua penyakit berbahaya yang dapat merusak keikhlasan seorang hamba, yaitu:

  1. Riya’

Ketahui wahai para hamba yang beriman, hal yang paling dikhawatirkan Rasulullahصلى الله عليه وسلم  menimpa umatnya adalah penyakit riya’.

Beliau صلى الله عليه و سلم bersabda:

إن اخا ف عليكم الشرك الا صغر قالوا الشرك الا صغر؟ قال الرياء

Artinya: “Sesungguhnya yang aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil.?” Rasulullah صلى الله عليه و سلم menjawab,”ia adalah riya’.” (HR.  Ahmad)

Riya’ membatalkan ibadah seorang hamba, tidaklah bernilai amal ibadah seseorang jika riya’ hadir dalam ibadahnya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda dalam hadits Qudsi:

أنا أغنى للشركاء عن الشرك من عمل عملا أشرك معي فيه غيري تركته و شركه

Artinya: “Allah berkata, ‘Aku paling kaya tidak butuh tandingan dan sekutu,barang siapa beramal menyekutukannya kepada yang lain, maka aku tinggalkan amalannya dan tandingannya.” (HR. Muslim)

Berkata al-Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah, “sebagaimana Allah biru lilah yang satu tidak ada ilah selain-nya, maka demikian pula selayaknya ibadah ditunjukan hanya kepadanya saja, Allah satu dalam uluhiyyah dan ubudiyyah. Maka amalan yang shalih adalah yang terbebas dari riya’ yang diikat dengan Sunnah.”

Al-Imam Ibnu Rajab Al-Habib رحمالله berkata, “ketahuilah bahwasanya amalan yang ditujukan kepada selain Allah bermacam-macam, adakalanya murni dengan riya’, tidaklah yang ia niatkan kecuali mencari perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya orang-orang munafik di dalam shalat mereka. Allah berfirman,’Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.'(QS an-Nisa'[4]:142).” Lanjutnya lagi, ” sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia.

Amalan yang murni dengan riya’, tidak diragukan lagi bagi seorang muslim bahwa amalannya sia-sia belaka tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapat murka dan balasan dari Allah عزاوجل adakalanya pula amalan itu ditunjukan kepada Allah tetapi terkotori dengan riya’. Jika terkotori dari asal niatnya maka dalil-dalil yang shahih menunjukkan batalnya amalan tersebut.”

  1. Ujub (bangga diri)

‘ujub termasuk pula kotoran yang dapat merusak amalan seorang hamba, menafikan keikhlasan dan membatalkannya, mendatangkan kerendahan di sisi Allah, menjauhkan seseorang dari mengintrospeksi diri, membutakan mata hati hingga lupa terhadap aib dan kekurangan sendiri.

Berkata Abdullah Ibnu Mubarak, “Ujub adalah engkau merasa pada dirimu ada sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain.”

Berkata al-Imam Qarrafi, “Ujub adalah engkau memperhatikan ibadah dan membanggakannya di hadapan orang lain.”

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda tentang bahayanya ‘ujub:

ثلاث مهلكاع شح مطاع و هو ى متبع واعجاب المرء بنفسه

“Artinya: Ada tiga perkara yang membinasakan: kebajikan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan bangganya seorang hamba terhadap dirinya sendiri.” (HR. Al-Bazzar)

Menyembunyikan Amalan Ibadah

Pada asalnya, hendaklah seorang muslim menyembunyikan amalan shalih yang ia kerjakan. Hal ini demi menjaga keikhlasan dan terbatas dari kotoran yang dapat merusak nilai ibadah. Maka amalan ibadah seperti shalat Sunnah, sedekah, puasa, dan sebagainya tidak kita cerminan atau kita pamerkan kepada orang lain kecuali apabila menampakkan amalan ibadah tersebut membawa maslahat dan manfaat yang besar. Allah سبحانه وتعالى berfirman:

إن تبدوا الصدقات فنعما هي و إن تخفوها و تؤتوها الفقراء فهو خير لكم ويكفر عنكم من سيءا تكم وا ا لله بما عملون خبير

“Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya, dan kamu berikan kepada orang-orang kafir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah [2]: 271)

Kapan boleh menceritakan amalan kebaikan?

Setelah kita memahami bahwa tanda keikhlasan adalah dengan menyembunyikan amalan ibadah, hal ini bukan berarti tidak boleh sama sekali menampakkan amalan ibadah atau menceritakan nya kepada orang lain! Tidak, bahkan dalam suatu keadaan kita dituntut untuk menampakkan amalan ibadah tersebut. Kapan dan bagaimana?

  1. Bila niatnya dalam rangka menampakkan nikmat Allah

Berdasarkan firman Allah yang berbunyi:

وأما بنعمة ربك فحدث

Artinya: “Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS adh-Dhuha [93]: 11)

  1. Bila ada kebaikan dan manfaatnya yang besar

Seperti seorang tokoh yang setiap perbuatan nya akan ditiru oleh manusia, atau orang biasa yang jika dia tampakkan ibadahnya manusia akan mengikuti dan mencontohnya, atau sebagai bentuk pengajaran kepada orang lain, semua ini mengandung kebaikan dan manfaat yang jelas bila kita menampakkan amalan ibadah, maka dibolehkan.

 

Penutup

Sudah seharusnya bagi seorang muslim yang menghendaki amalannya diterima di sisi Allah untuk senantiasa memohon pertolongan kepadanya agar dimudahkan ikhlas dalam segenap aktivitas ibadah, serta terlindung dari kesyirikan walaupun. Sedikit.

 

Sumber : (majalah Al Furqon edisi ke 7 tahun keempat belas shofar 1436)

Artikel: Bulan Agustus

Judul :menyembunyikan amalan cerminan keikhlasan

Oleh : Abu Abdillah Syahrul fatwa bin lukman

Diringkas oleh: Dinda oktarinna (Staf/Pengajar Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.