Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Dampak Iman Kepada Al-Ghaib

Dampak Iman Kepada Al-GhaibI

Dampak Iman Kepada Al-Ghaib Terhadap Spiritual Seseorang

Dalam psikologi islam, konsep spiritual merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Karena manusia tidak hanya berhubungan dengan sesama manusia saja tetapi juga perlu membangun hubungan yang baik dengan sang pencipta. Dengan sikap spiritual yang baik seseorang dapat merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang sejak ia dambakan. Kunci kesehatan jiwa dalam perspektif islam adalah tunduknya hati dan berserah diri kepada Allah serta berusaha menaati apa yang Allah perintahkan.

Sebagai umat muslim kita wajib beriman kepada sesuatu yang tidak kita lihat (al-ghaib) diantara rukun iman banyak diantaranya sesuatu yang tidak terlihat oleh mata secara langsung, contohnya beriman kepada Allah, malaikat-Nya, para rasul-Nya, takdir yang baik dan buruk, serta beriman kepada hari kiamat. Yang terlihat oleh mata kita saat ini adalah kitab Allah yaitu al-Quran, kita wajib mengimani bahwa al-Quran adalah firman Allah dan bukan makhluk. Maka iman berkaitan dengan amalan hati, sehingga banyak diantaranya tidak dapat kita lihat atau bersifat ghaib. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

الم (1) ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ(2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ..

Artinya: “Alif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…” (Q.S al-Baqarah:1-3)

Pada ayat di atas Allah memberikan ciri orang yang bertakwa, yang memiliki nilai spritiual yang baik yaitu orang yang beriman kepada al-ghaib. Para ulama tafsir (2015) menafsirkan makna beriman kepada al-ghaib yaitu beriman kepada segala sesuatu yang tidak terjangkau oleh indera manusia, beriman terhadap apa yang dikabarkan oleh Allah dan rasul-Nya, diantaranya beriman kepada hari akhir. Sedangkan menurut Al-Faqy (2014), al-ghaib itu ada yang tidak dapat kita gapai karena itu merupakan rahasia Allah dan tidak ada dalil yang memungkinkan kita untuk mengetahuinya karena hanya Allah saja yang tahu, sebagaimana firman-Nya:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ

Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,….” (al-An’am: 59)

Dan ada juga al-ghaib yang dapat dijangkau karena ada dalil-dalil yang jelas sehingga memungkinkan kita untuk mengetahuinya. Diantaranya adalah tentang nama dan sifat Allah, kabar tentang hari kiamat, kebangkitan setelah kematian, para malaikat dan jin.

Sehingga keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang ghaib haruslah berdasarkan dalil yang kuat, tidak boleh diyakini hanya karena sebatas khayalan atau khurafat semata.

Iman Kepada Allah dan Pengaruhnya Terhadap Spiritual Seseorang

Menurut Ancok (2011), intisari dari Islam adalah tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah, dan suatu tindakan tidak dapat dikatakan bernilai islam kecuali berlandaskan tauhid. Dapat kita pahami dari perkataannya, bahwa nilai seorang muslim sangat dipengaruhi oleh bagaimana keimanannya kepada Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah. Karena ketika seseorang menjadikan sesuatu sebagai sesembahan selain-Nya maka tindakan tersebut tidak menggambarkan nilai spritual yang baik dan itu termasuk perbuatan syirik. Bahkan Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan syirik sebagai bentuk kezaliman terbesar yang dilakukan seorang hamba, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman mengisahkan perkataan Luqman Al-Hakim kepada anaknya:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ‘wahai anakku janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya keysirikan adalah kezaliman yang paling besar.’”(Q.S Luqman: 13-14).

Dan juga Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan mengampuni dosa syirik jika ia tidak bertaubat sampai ia diwafatkan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Artinya: “Sesunggguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain itu (syirik) kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Q.S An-Nisa: 48).

Kita tahu bahwasannya Allah maha pengampun, tetapi ada satu dosa yang tidak diampuni oleh Allah jika ia tidak bertaubat, yaitu dosa syirik. Maka dari itu hendaknya kita berusaha sekuat tenaga untuk menghindari kesyirikan dan banyak berdoa kepada Allah agar kita dihindarkan dari berbuat syirik, sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdoa agar ia dan keturunannya tidak menyekutukan Allah.

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

“.. Dan jauhkanlah diriku serta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala”(Q.S Ibrahim: 35).

Lebih lanjut, Ancok (2011) memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya akidah yang benar (fitrah) manusia sudah tertanam dalam diri seorang hamba bahkan sebelum ia dilahirkan, akidah yang benar tersebut akan terus terjaga jika diiringi dengan pengtahuan akan tauhid yang berasal dari sumber hukum islam (Al-Quran dan Sunnah). Hal ini sejalan dengan hadis Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:

كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه

Artinya: “Setiap bayi dilahirkan di atas fitrahnya, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi atau nasrani.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, pada asalnya keyakinan akan adanya tuhan yang Maha Esa sudah tertanam sejak lahir, akan tetapi orang tua memiliki peran dalam pendidikan anaknya untuk menjaga bagaimana keyakinan tersebut tumbuh dan terjaga ke arah yang benar. Bisa kita lihat bagaimana sikap seseorang yang kurang didikan agama cenderung memiliki sikap spiritual yang kurang baik, bahkan ia tidak memiliki tujuan hidup dan terombang-ambing dalam gelapnya dunia sehingga terjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang dan tidak lagi memperdulikan kesehatan jiwa dan raganya, tidak ada ketenangan dalam dirinya, dia senantiasa mencari kebahagaiaan dan ketenangan dengan cara yang salah.  Itu semua merupakan dampak dari kurangnya kualitas imannya kepada Allah sebagai satu-satunya tuhan yang berhak diibadahi dengan benar. Begitu juga beriman kepada para malaikat Allah akan berdampak pada kondisi spritiual seseorang, orang yang meyakini adanya malaikat yang ditugaskan oleh Allah pada perannya masing-masing akan menjadikannya lebih tenang dalam menjalani kehidupan. Jiwanya akan tenang ketika mengetahui adanya malaikat yang mendoakannya kebaikan ketika ia berinfaq, adanya malaikat yang mencatat amal perbuatannya. Begitu juga keimanan seseorang kepada hari akhir akan membawa seseorang untuk tidak terlena dengan kehidupan dunia yang sementara, tidak khawatir dan gundah akan kesulitan yang ia rasakan, karena sejatinya dia hanya hidup di dunia ini untuk mencari bekal untuk perjalanan yang panjang dan abadi menuju akhirat Allah ﷻ, dia akan lebih memperhatikan urusan akhiratnya dari pada duniawi, ini semua adalah diantara buah dan hikmah yang dirasakan oleh seorang hamba yang beriman kepada Allah dan apa yang telah dikabarkan-Nya di dalam kitab dan sunnah nabi-Nya.

Kesimpulan

Dengan beriman kepada yang ghaib seseorang dapat mempengaruhi kualitas spiritualnya, semakin ia mengenal dan belajar serta mengimani dengan benar terhadap rukun-rukun iman yang enam, maka hidupnya akan cenderung lebih bahagia dan tenang, karena ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup di dunia tidaklah diraih dan digapai kecuali dengan mengenal sang pencipta, mengetahui hak-hakNya, serta beriman terhadap apa yang dikabarkan-Nya baik di dalam al-Quran dan as-Sunnah.

Daftar Pustaka

Ancok. Djamaludin, & Suroso, F.N. (2011). Psikologi Islami Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Utz, Aisyah.(n.d.) Psikologi Menurut Perspektif Islam. International Islamic Publishing House. Riyadh: Arab Saudi.

Al-Faqy, M.H. (2014). Tafir Qouluhu: Alladzina yu’minuna bilghaibi wa yuqiimunash sholata [Halaman Web]. Diakses 1 Desember 2021, dari https://www.alukah.net/sharia/0/68871/

Para Ulama Tafsir. (2015). Al-Mukhtashor fi Tasiril Quranil Karim. Markaz Tafsir Lidirosatil Quraniyah. Riyadh: Arab Saudi

(Oleh: Suyono)

Baca juga artikel:

Landasan Memilih Istri

Adab-Adab Berkaitan dengan Masjid

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.