Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

JADILAH PENGEMBAN ILMU YANG KAFFAH

Ilmu yang kaffah adalah suatu ilmu yang mencangkup keseluruhan. Menuntut ilmu adalah kewajiban dan kebutuhan bagi setiap manusia didunia,sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Imam Ahmad bin Hambal :

حاجة الناس إلى العلمم أعظم من حاجتهم إلى الطعام والشراب

“Kebutuhan manusia pada ilmu, lebih besar dibanding kebutuhan mereka pada makan dan minum.’’  Sesungguhnya ilmu memiliki kedudukan penting bagi manusia yang dengan itu a Allah membedakan derajat mereka. Allah ta’ala berfirman :

قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون إنما يتذكر أولى الألباب

‘’ Katakanlah, Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran.’’ (QS. Az-Zumar: 9 )

Kemudian Allah berjanji untuk mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Allah Ta’ala berfirman:

يرفع الله الذين ءامنوا منكم والذين أوتو العلم درجت

‘’ …Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat… (QS. Al-Mujaadillah: 11)

Akan tetapi , hanya ilmu agama islam yang dapat mengantarkan pemiliknya ke Surga dan kebahagiaan di akhirat, sedangkan bagi pemilik ilmu keduniaan akan tetap ia tidak beriman kepada Allah,tidak beragama islam, maka jerih payahnya hanya akan dibalas didunia saja dan kelak diakhirat amalan mereka seperti debu yang beterbangan. Menuntut ilmu syari telah Allah jadikan sebagai sarana untuk menuju Surga, sebagaimana sabda Rosulullah صلى الله عليه وسلم :

من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة.

‘’ Barang siapa yang menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan baginya menuju Surga.’’ [1]

Sudah kita ketahui bersama apabila  seseorang ingin menuju ke suatu tempat maka dia harus mengetahui jalan menuju tempat itu. Jika ada beberapa jalan, dia harus mencari jalan yang terdekat dan termudah. Oleh karena itu,termasuk hal yang amat penting bagi penuntut ilmu agar membangun metode pencarian ilmunya diatas beberapa landasan pokok, tidak melangkah secara membabi buta.Barang siapa  yang tidak menentukan landasan pokok maka dia tidak akan berhasil.

Untuk bisa meraih ilmu ada dua jalan yang harus kita tempuh  :

Pertama, Mencari dari kitab-kitab yang shahih dan terpercaya yang ilmunya,amanahnya,dan keselamatan aqidahnya dari bid’ah dan khurofat (memeng) telah dikenal.

Kedua, Mencari ilmu dari guru terpercaya dalam ilmu dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih kokoh dalam meraih ilmu dan agamanya.

Tentunya seorang penuntut ilmu harus memiliki beberapa adab sebagai berikut :

  1. Niat yang ikhlas karena Allah

Dengan cara berniat mencari ilmu untuk mendapatkan wajah Allah dan negeri Akhirat, karena Allah mendorong  dan menekankan hal itu kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman :

فاعمل أنه لآإله إلا الله واستغفر لذنبك

‘’ Maka ketahuilah bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan minta ampunlah atas dosa-dosamu.’’  (QS. Muhammad : 19)

  1. Menghilangkan kebodohan dari dirinya dan diri orang lain

Seorang penuntut ilmu harus meniatkan dalam menuntut  ilmu untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan diri orang lain karena pada asalnya manusia itu bodoh. Dalil tentang hal ini adalah firman Allah Ta’ala yang artinya  :

‘’ dan Allah telah mengeluarkan kamu sekalian dari perut-perut ibu kalian dalam keadaan kalian tidak mengetahui apa-apa dan Allah menjadikan pendengaran,pengelihatandan hati bagi kalian agar kalian bersyukur.’’ (QS. An-Nahl: 78)

  1. Membela Syariat

Yaitu berniat mencari ilmu untuk membela syariat, karena kitab-kitab tidak mungkin bisa membela syariat. Oleh karena itu seorang penuntut ilmu harus berniat mencari ilmunya untuk membela syariat, karena membela syariat tidak bisa dilakukan kecuali oleh manusia.

  1. Berlapang Dada dalam Masalah yang diperselisihkan

Penuntut ilmu harus berlapang dada dalam menghadapi masalah yang diperselisihkan yang bersumber dari hasil ijtihad. Karena masalah-masalah yang diperselisihkan diantara para ulama ,bisa jadi dalam masalah-masalah yang tidak diperbolehkan berijtihad didalamnya dan masalahnya sudah amat jelas, maka dalam masalah ini tidak seorang pun boleh berselisih .

  1. Mengamalkan ilmu

Seorang penuntut ilmu harus mengamalkan ilmunya, baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, adab, dan muamalah, karena amalan adalah buah dan kesimpulan dari ilmu. Pembawa ilmu itu seperti orang yang membawa senjata,bisa bermanfaat baginya atau bisa juga mencelakakanya, oleh karena itu diterangkan bahwa Nabi صلى الله عليهه وسلم  bersabda :

القران حجة لك أو عليك

‘’ Al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau dakwaan bagimu.”[2]

Allah Ta’la berfirman yang artinya ;

‘’Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan  apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat.’’ ( Al-Baqoroh : 159)

Disebutkan dalam hadits Abu Huroiroh Radhiyallahu Anhu  tentang tiga orang yang diseret keneraka, dan dikatakan kepada salah satu dari mereka, ‘’ Engkau menuntut ilmu hanya karena ingin dikatakan sebagai seorang alim.’’

Diriwayatkan juga dari Abu Huroiroh Radhiyallahu Anhu, ia berkata bahwasanya Rosulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

من تعلم العلم ليباهي به العلماء أو يماري به السفهاء أو يصرف به وجوه الناس إليه أدخله الله جهنم

‘’ Barangsiapa yang belajar untuk membanggakan diri dengan ulama, atau untuk menentang orang jahil, atau untuk menarik perhatian manusia agar tertuju kepadanya, Allah akan memasukkannya kedalam neraka jahannam.’’[3]

Dia akan menjadi hujjah jika engkau mengamalkanya dan akan menjadi dakwaan jika tidak engkau amalkan. Demikian pula mengamalkan apa-apa yang shahih dari Nabi dengan cara membenarkan semua kabar darinya dan melaksanakan hukum-hukum. Jika berita dari Allah dan Rosul-Nya datang, maka benarkan dan terimalah serta tunduklah dan janganlah engkau tanyakan : ‘’mengapa?’’ ‘’bagaimana?’’karena sikap itu bukanlah sikap kaum mukmin. Dengan demikian kita wajibmenerima apa saja yang dikabarkan oleh Allah dan Rosul-Nya tentang perkara-perkara yang ghaib dengan pasrah dan dan tidak membantahnya dengan apa-apa yang tersirat dalam fikiran kita, karena perkara ghaib tidak akan terjangkau oleh akal seperti itu.

  1. Berdakwah (mengajak) kepada Allah

Seorang penuntut ilmu harus menjadi orang yang selalu mengajak kepada jalan yang benar yaitu jalan kepada Allah dengan ilmunya. Contohnya, jika kita ingin pergi kemasjid maka kita ajak saudara-saudara kita untuk ikut.

  1. Hikmah (Bijaksana)

Penuntut ilmu juga harus memiliki sifat hikmah (bijaksana), Allah berfirman :

يؤتى الحمة من يشاء ومن يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا

‘’ Allah memberikan hikmah kepada orang yang dikehendaki, dan barangsiapa yang diberi hikmah maka berarti dia telah diberi kebaikan yang banyak.’’

Orang yang hikmah (bijaksana) adalah orang yang mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya,kerena hikmah sendiri diambil dari kata ihkam yang artinya itqaan artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Maka wajib bagi penuntut ilmu untuk memiliki sifat bijaksana dalam berdakwah.

8.Seorang penuntun ilmu harus bersabar dalam belajar

Seorang penutntut ilmu harus rajin dan ulet dalam belajar, tidak merasa bosan dalam menuntut ilmu bahkan kita harus kontinyu dalam belajar semampu kita. jika kita ulet dan rajin belajar maka kita akan mendapatkan ilmu dan pahala yang banyak dan bisa memetik buah dari sisi mana saja. Allah berfirman yang artiunya :

‘’itulah sebagian dari berita-berita ghoib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad) : tidak pernah engkau mengetahuinya dan tidak pula kaummu .sebelum ini bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertqwa.’’ (QS. Huud : 49)

  1. Menghormati ulama dan memuliakan mereka

Setiap penuntut ilmu wajib menghormati ulama dan memuliakannya,bersabar jika da ikhtilaf diantara para ulama, ini adalah point yang sangat penting untuk penuntut ilmu , karena dari merekalah kita mendapatkan ilmu yang banyak dan bermanfaat maka dari itu kita wajib menghormati dan memuliakan mereka. Jangan pernah kita menghibah para ulama , karena menghibah seorang yang berilmu lebih besar dosanya karena berbuat ghibah kepada orang yang berilmu mudhorotnya tidak hanya terbatas pada pribadi yang bersangkutan saja tetapi terhadap ilmu syar’i yang dibawanya.

  1. Berpegang teguh kepada al-Kitab dan as-Sunnah

Setiap penuntut ilmu wajib memiliki semangat yang tinggi untuk memperoleh ilmu dan mengambilnya dari dasar yang tidak mungkin dicapai oleh penuntut ilmu jika tidak dimulai dari hal ini, yaitu:

Pertama: Al-Qur’an al-Karim

Setiap penuntut ilmu wajib memiliki semangat untuk membaca,menghafal dan memahami serta mengamalkan al-Qur’an, karena al-Qur’an adalah tali Allah yang kuat dan kokoh sebagai dasar setiap ilmu.

Kedua: As-Sunnah yang shahih

Sunnah adalah sumber kedua bagi syari’at islam, dia adalah penjelas bagi Al-Qur’an yang mulia.setiap penuntut ilmu harus berpegang teguh kepada keduanya , barangsiapa yang tida berpegang kepada keduanya maka akan tersesat dan terperosok kedalam jurang kebodohan.oleh karena itu jangan sampai kita memperhatikan Al-Qur’an akan tetapi melalaikan Sunnah dan begitu sebaliknya .

Semoga kita semua terhindar dari hal tersebut.  Amiin..

Demikianlah pentingnya menuntut ilmu dan pengamalannya.Dengan keduanyalah seoranh hamba dapat menjadi seorang pengemban ilmu yang kaffah yang bisa mengamalkan apa yang sudah didapatkan kepada semua orang  yang membutuhkannya. Semoga dari pembahasan diatas kita semua bisa mengambil banyak faidah.

Referensi:

  • Diambil dari kitab terjemah: “Panduan Lengkap Menuntut ilmu” Karya Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Dalam kitab bahasa arab)
  • Diambil juga dari kitab terjemah: Perjalanan Ulama’ Menuntut ilmu” Karya Abu Anas Majid Al-Bangkani

Di salin oleh: Ayesa Artika Aprilia

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.