PONDASI DASAR AGAMAKU ADALAH TAUHID

PONDASI AGAMAKU ADALAH TAUHID

PONDASI DASAR AGAMAKU ADALAH TAUHID

Bismillah….. Tauhid adalah landasan pertama atau pondasi awal dari agama Islam oleh karena itu kita harus benar-benar memahami tauhid dengan pemahaman yang benar. Bahkan Tauhid ini adalah alasan diutusnya para Rasul kepada seluruh umatnya.

Bahkan tauhid merupakan pokok yang dibangun diatasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada, amal perbuatan menjadi tidak bermanfaat dan gugur, karena tidak sah sebuah ibadah tanpa tauhid.

Pengertian Tauhid

Tauhid secara bahasa ( etimologi ) berasal dari kata  العقد  yang artinya pengikatan. اعتقدت كذا  artinya saya ber’itikad begini.  Maksudnya saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan Dia mempunyai akidah yang benar itu berarti akidah nya bebas dari keraguan.

Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran nya kepada sesuatu.

Adapun tauhid secara Syara’adalah iman kepada Allah, para malaikatNya, para rasulNya, kitabNya kepada hari akhir serta kepada qadar yang baik maupun ang buruk. Dan mengimani segala konsekuensinya ang diterima dari keimanan tersebut dan kewajiban dalam menjalankan konsekuensi dari keimanannya.

Macam-macam Tauhid

Tauhid terbagi menjadi tiga bagian yaitu : Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah. Dan tauhid asma’ wa sifat

  1. Tauhid Rububiyah

Tauhid rububiyah adalah beriman atau menyakini  seluruh perbuatan Allah, kita meyakini bahwa Allah lah yang telah menciptakan segala apa yang ada di lam semesta ini dan Dia lah ,yang mengatur segala urusan makhlukNya, Allah lah yang menghidupkan dan mematikan dan Allah yang yang memberi rezeki. Tauhid rububiyah ini berarti kita menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali Allah yang menciptakan dan memberi mereka rizki. Dan Tauhid jenis ini adalah fitrah bagi manusia bahkan Tauhid ini juga telah diikrarkan oleh orang-orang musyrik pada masa dahulu. Mereka menyatakan bahwa Allah semata yang Maha Pencipta, Penguasa, Pengatur, Yang Menghidupkan,Yang Mematikan, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُون

Artinya: “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab,“Allah” maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)” (QS. Al-Ankabut: 61)

Akan tetapi pernyataan dan persaksian mereka tidak membuat mereka masuk Islam dan tidak membebaskan mereka dari api neraka serta tidak melindungi harta dan darah mereka dari misi jihad islam, karena mereka tidak mewujudkan tauhid Uluhiyah, bahkan sebaliknya mereka berbuat syirik kepada Allah dalam beribadah kepada-Nya dengan memalingkan ibadah mereka kepada selain Allah.

2.. Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah ini adalah alasan diutus nya para rasul kepada umatnya, para rasul bertugas untuk menyampaikan dan mengajak para umatnya untuk mentauhidkan Allah dalam beribadah .

Istilah uluhiyah berasal dari kata ilah, yang berarti zat yang disembah. Uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh namaNya ” Allah ” yang berarti ” yang memiliki uluhiyah”

Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh amalan ibadah yang Allah perintahkan, seperti: berdoa, khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal, raghbah (berkeinginan), rahbah (takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai pengagungan), taubat, minta pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang diperintahkan-Nya.

Dalilnya firman Allah ta’ala:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

Artinya: “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya di samping (menyembah) Allah” (QS. Al-Jin: 18)

Manusia tidak boleh memalingkan sedikitpun ibadahnya kepada selain Allah ta’ala, tidak kepada malaikat, kepada para Nabi dan tidak juga kepada para wali yang shaleh dan tidak kepada siapapun makhluk yang ada. Karena ibadah tidak sah kecuali dilakukan dengan ikhlas untuk  Allah, maka siapa yang memalingkannya kepada selain Allah dia telah berbuat syirik yang besar dan semua amalnya gugur.

Kesimpulannya adalah seseorang harus berlepas diri dari penghambaan (ibadah) kepada selain Allah, menghadapkan hati sepenuhnya hanya untuk beribadah kepada  Allah. Tidak cukup dalam tauhid sekedar pengakuan dan ucapan syahadat saja jika tidak menghindar dari ajaran orang-orang musyrik serta apa yang mereka lakukan seperti berdoa kepada selain Allah misalnya kepada orang yang telah mati dan semacamnya, atau minta syafaat kepada mereka (orang-orang mati) agar Allah menghilangkan kesusahannya dan menyingkirkannya, dan meminta pertolongan kepada mereka atau yang lainnya yang merupakan perbuatan syirik.

  1. Tauhid Asma’ dan Sifat

Tauhid asma’ dan sifat Yaitu: beriman bahwa Allah ta’ala memiliki nama-nama ,sifat sifat-sifat dan zat yang tidak serupa dengan berbagai makhluk atau zat yang ada, dan Allah juga memiliki sifat yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada. Dan bahwa nama-nama-Nya menyatakan dengan jelas akan sifat-Nya yang sempurna secara mutlak sebagaimana firman Allah ta’ala:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang meyerupainya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. As Syura: 11)

Begitu juga halnya (beriman kepada Asma’ dan Sifat Allah) berarti menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam Kitab-Nya, atau apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya shallallahu `alaihi wa sallam dengan penetapan yang layak sesuai kebesaran-Nya tanpa ada penyerupaan dengan sesuatupun, tidak juga memisalkannya dan meniadakannya, tidak merubahnya, tidak menafsirkannya dengan penafsiran yang lain dan tidak menanyakan bagaimana hal-Nya. Kita tidak boleh berusaha baik dengan hati kita, perkiraan kita, lisan kita untuk bertanya-tanya tentang bagaimana sifat-sifat-Nya dan juga tidak boleh menyamakan-Nya dengan sifat-sifat makhluk.

Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah tidak boleh mengandung empat hal yaitu :

  1. Ta’til yaitu meniadakan ( mengingkari ) keberadaan nama-nama atau sifat-sifat Allah baik mengingkari seluruhnya maupun sebagian.
  2. Takhyif yaitu menggambarkan atau mempersoalkan hakikat nama dan sifat Allah dengan bertanya ” bagaimana “.
  3. Tamtsil yaitu menyerupakan nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan makhluk-Nya
  4. Tahriif yaitu menyelewengkan atau mengubah lafaz atau makna yang sebenarnya. Contohnya

Terdapat pada firman Allah dalam QS. Annisa 164 : وَكَلَّمَ اللهُ مُوسٰى تَكْلِيمًا dan Allah berbicara kepada Musa secara langsung. Mereka mengubah lafaz Allah dengan dibaca mansub ( fathah )  menjadi objek sehingga ayat tersebut berubah maknanyaَوكَلَّمَ اَللهَ مُوْسٰى تَكْلِيْمً  menjadi ” dan Musa berbicara dengan Allah secara langsung.

Dan Wujud nyata Tauhid yang sebenarnya adalah: memahaminya dan berusaha untuk mengetahui hakikatnya serta melaksanakan kewajibannya, baik dari sisi ilmu maupun amalan, hakikatnya adalah mengarahkan ruhani dan hati kepada Allah baik dalam hal mencintai, takut (khauf), taubat, tawakkal, berdoa, ikhlas, mengagungkan-Nya, membesarkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Kesimpulannya tidak ada dalam hati seorang hamba sesuatupun selain Allah, عزوجل dan tidak ada keinginan terhadap apa yang Allah  عزوجل tidak inginkan dari perbuatan-perbuatan syirik, bid’ah, maksiat yang besar maupun kecil, dan tidak ada kebencian terhadap apa yang Allah عز وجل perintahkan.itulah hakikat Tauhid dan hakikat Laa Ilaaha Illallah.

Referensi kitab : cara praktis memahami tauhid dan kitab tauhid jilid 1 dan internet

Diringkas oleh : Hesti opitasari

Baca juga artikel:

Apakah Bayi Bisa Melihat Jin?

Apakah Yang Kita Lakukan Untuk Agama Islam?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.