AKHLAK SEORANG ALIM
Segala puji bagi Allah, kami memuji-nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Akhlak Seorang Alim
Orang alim adalah sesorang yang telah di beri anugerah ilmu oleh Allah. Dia menjadi panutan dan teladan bagi manusia. Pandangan manusia akan tertuju kepada seorang alim gerak-gerik, sifat, dan kebiasaannya akan menjadi sorotan . bagaimana sepatutnya akhlak seorang alim ,dai, ustadz ,pendidik islam? Ikuti kajian ringkas berikut ini. Allaulmuwaffiq
Akhlak Baik Seorang Alim
- Tawadhu’
Tawadhu’ adalah akhlak mulia yang tercermin pada diri sesorang yang menampakkan perendahan hati dan tunduk kepada Allah, Rasul-Nya ,dan kaum mukminin sekalipun dirinya mulia, sebagimana Allah Berfirman :
أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين
Artinya: ‘’Yang bersikan lemah lembut terhadap orang-orang mukmin,yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.( QS. Al-Ma’idah [4]:54)
Bagi seorang Alim Sifat Tawadhu’ sangat penting. Perendahan diri dan hati seorang dai akan menjadi magnet kuat dalam mendakwahkan kebenaran, Rabi’ bin Anas menjelaskan Firman Allah:
ولا تصعر خدك للناس
Artinya: ‘’dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia( karena sombong) ( QS. Luqman 31:18)
(Rabi’bin Anas berkata 🙂 Yaitu orang kaya dan miskin di matamu sama.’’)
Sebagian Salaf berkata ,’’Hak Seorang Alim , Bersifat tawadhu’ kepada Alllah secara lahir dan batin, menjaga dirinya,dan berdiam dari perkara yang tidak jelas baginya.’’
Sahabat Ibnu Abbas Berkata:,’’ adalah Rasulullah yang duduk ditanah , makan dengan duduk di lantai , mengikat kambing, memenuhi undangan seorang budak untuk makan roti gandum,.’’
2 . Sadar diri bahwa dia orang yang lemah
Seorang yang berilmu, seorang dai/ustadz , harus menyadari bahwa ilmu yang dia miliki adalah hanya setitik dari ilmu Allah yang maha luas. Ilmu yang iya miliki tidak seberapa dengan ilmu yang dimiliki teman nya yang lain, . hal ini harus di pahami agar sesorang yang alim tidak mengkalim bahwa dia adalah orang yang paling hebat . orang yang paling bisa segalanya. Tidak demikian, karena Allah berfirman:
وفوق كل ذى علم عليم
Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang maha mengetahui.( QS. Yusuf 12: 76)
Allah juga berfirman:
ومآ أوتيتم من العلم إلا قليلا
Artinya’’ dan tidaklah kamu di beri pengetahuan melainkan sedikit.(QS.Al Isra’ 17:85)
Maka dari itu seorang dai jangan malu untuk mengatakan’’ saya tidak tahu’’ Ketika di tanya suatu permasalahan . justru ucapan’’ saya tidak tahu’’ menunjukkan ketinggian ilmunya, ketinggian akhlak dan sifat tawadhu’nya menunjukkan kesadaran dirinya bahwa dia adalah orang yang lemah.
Sebagian salaf berkata ,’’celaka bagi orang yang meninggalkan ucapan ‘’la adriy( saya tidak tahu)’’.
Mansyur berkata kepada syarik,’’ darimana maku mendapatkan ilmu ini?’’ dia menjawab,’’ saya tidak membenci cari sedikit ilmu yang aku dapat, dan saya tidak bakhil dari banyak nya ilmu yang aku ajarkan . dan ilmu itu menuntut untuk di sampaikan dari yang tersisa dan mencari dari ilmu yang belum di dapat. Orang yang cinta ilmu, tidak boleh merasa cukup dengan Sebagian ilmu saja.’’
3 . Beramal dengan ilmu yang dimiliki
Perhiasan terindah orang yang alim adalah mengamalkan ilmu yang dia miliki. Maka dari itu, sangat jelek jika ada orang yang berilmu tidak mengamalkan ilmu yang dia miliki bahkan ucapan dan perbuatanya selalu bertolak belakang!
Allah Berfirman:
أتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون
Mengapa kamu suruh orang (mengajarkan) kebaktian, sedangkan kamu melupakan diri ( kewajiban ) mu sendiri, padahal kamu membaca al kitab( Taurat)? Makabtidakkah kamu berfikir ( QS Al-Baqarah 2:44)
Allah Juga berfirman:
يأيها الذين ءامنوا لم تقولون مالا تفعلون، كبر مقتا عند الله أن تقولوا ما لا تفعلون
Hai orang-orang yang beriman , mengapa kamu mngatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS Ash-Shaff)
Imama Al-Mawardi berkata,’’ Hendaknya yang menjadi tanda dari orang yang alim adalah beramal dengan ilmu nya .( hendaknya) dia selalu meyemangati jiwa agar menaati aoa yang dia perintahkan kepada orang lain, jangan lah dia menjadi orang yang di Gambarkan Oleh Al-Qur’an dalam Firman Allah yang berbunyi, (artinya) :
Perumpamaan orang-orang yang di pikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. (QS. al-Jumu’ah[62]:5)
4.Tidak bakhil dalam ilmu
Termasuk akhlak yang buruk, bakhil terhadap ilmu. Padahal, dermawan dalam ilmu lebih mulia daripada dermawan dengan harta. Karena kemuliaan ilmu lebih tinggi dari kemuliaan harta. Barang siapa bakhil dengan ilmunya dan dia menyembunyikan ilmu yang dia miliki, sungguh dia telah rugi dengan kerugian yang besar. Allah berfirman yang artinya :
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu) :”Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya. ” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dab mereka menukarnya dengan harga yang lebih sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. (QS. Ali-Imran[3]:187)
Imam ibnul Qayyim berkata, “Termasuk kedermawanan dalam ilmu, bila ada yang bertanya kepadamu tentang suatu permasalahan maka hendaknya engkau menjawab nya dengan jawaban yang memuaskan. ”
5.Menyucikan Diri
Maksudnya, seorang alim hendak nya menyucikan dirinya dari mengambil harta yang haram, tidak berbuat zalim, dan agar menyalurkan hartanya ke jalan yang halal. ”
Ibnu Jamaah berkata, “Hendaklah orang yang berilmu membersihkan ilmunya untuk menjadikan hal itu sebagai perantara dalam meraih tujuan-tujuan duniawi, berupa kedudukan, harta, ketenaran, atau sekedar ingin unggul dari teman-teman nya. ”
Imam al-Mawardi berkata ” Diantara adab ahli ilmu hendaknya seorang ahli ilmu membersihkan dirinya dari syubhat dalam mencari mata pencaharian, hendaknya ia qana’ah dengan apa yang mudah baginya dalam mencari rezeki, tidak rakus dengan keinginan. Sebab, terjatuh ke dalam syubhat mata pencaharian adalah sebuah dosa, dan rakus dengan keinginan adalah kehinaan.
REFERENSI :
Ustadz Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman, Akhlak Seorang Alim, Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon al-islami, Edisi ke 5 Dzulhijjah 1436,Anas Arlaya.
Baca juga artikel:
Leave a Reply