Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

31 Sebab Lemahnya Iman (Part 2)

31 SEBABNYA IMAN (PART II)

31 SEBAB LEMAHNYA IMAN (PART 2)

Bismillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi yang paling mulia, penutup para rasul, teladan dan penyejuk mata kita, yaitu Nabi Muhammad bin ‘Abdillah, juga kepada keluarga dan sahabat beliau seluruhnya, serta semua orang yang berjalan diatas petunjuk beliau sampai hari kiamat nanti.

Pada pembahasan kemarin kita sampai pada nomor 3, yaitu tentang kecenderungan kepada apa yang telah berlalu, yaitu yang mana syaitan tidak akan membiarkan manusia selalu dalam ketaatan. Syaitan akan selalu menjerumuskan manusia kedalam kesesatan, yang salah satunya adalah syaitan selalu berusaha untuk melakukan tipu daya terhadap manusia. Insyaallah di pertemuan ini kita akan melanjutkan pembahasan selanjutnya:

(4). MINIMNYA PENDIDIKAN MENTAL

Yang dimaksud dengan pendidikan mental adalah didikan seseorang kepada dirinya sendiri dimana ia mendidik dirinya serta mengarahkannya kepada arahan syariat yang benar yang sesuai dengan tujuan di ciptakannya manusia. Oleh karena itu manusia di tuntut untuk menyucikan dan mendidik dirinya, Allah Ta’ala berfirman:

قد أفلح من زكّها، وقد خاب من دسّها

Artinya: “Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)

Menyucikan diri adalah dengan melakukan ketaatan kepada Tuhannya, dan mengotori jiwa adalah dengan melakukan maksiat. Pendidikan mental kepribadian adalah tuntunan mendesak yang harus dilakukan oleh setiap pribadi yang hendak bersikap konsisten, karena jiwa manusia adalah bagaikan Binatang, jika engkau melepas tali kekangnya, maka Binatang itu akan membuatmu kewalahan, bahkan akan membuatmu binasa, sedangkan jika engkau dapat mengekang Binatang itu dengan tali kekangnya, maka engkau akan mengatur serta mengendalikannya sekehendakmu.

Orang yang melalaikan dirinya dan mengabaikan pendidikannya, maka engkau akan mendapati bahwa orang itu selalu dalam keadaan bingung, gelisah tidak memiliki pedoman, tidak tenang serta tidak memiliki kekuatan dalam bersikap konsisten. Dan sulit bagi seseorang untuk menjumpai seseorang yang mendidik dirinya dengan pendidikan yang serius, terkhusus di zaman ini dimana teladan sudah menjadi langka, sementara ombak tipu daya dan fitnah ditengah kehidupan ini semakin besar datang kepada kita secara tiba-tiba dengan segala sesuatu yang baru. Keadaan seperti ini akan menenggelamkan sikap konsisten seseorang yang minim didikan jiwanya. Dan di bawah ini akan di sebutkan beberapa sarana yang dapat membantu Anda dalam mendidik jiwa Anda, yaitu:

Bersungguh sungguh dalam melawan hawa nafsu, inilah cara untuk menuju selamat, jalan untuk mencapai kebaikan serta ketenangan, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

والذّين جهدوا فينا لنهدينّهم سبلنا

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Menjaga shalat lima waktu dengan mengerjakan seluruh rukun dan kewajibannya dengan kekhusyuan, khususnya dalam hal bersegera ke masjid. Adalah merupakan suatu aib jika kamu dapati orang yang konsisten beragama terbiasa berada pada shaf yang terakhir atau shaf sebelum yang terakhir lalu ia mengaku sebagai orang yang konsisten.

Hendaknya Anda membiasakan diri untuk selalu membaca Al-Qur’an setiap hari, minimal satu juz hingga Anda dapat mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an pada setiap bulan.

Melaksanakan shalat malam, demi Allah, sesungguhnya inilah Madrasah Muhamadiyyah (Lembaga Pendidikan Nabi Muhammad), yang telah melahirkan orang-orang besar, para pelaku kemuliaan seorang mukmin. Hendaknya engkau menekuninya walaupun hanya melakukan dua raka’at sebelum tiba waktu Shalat Subuh.

Banyak melakukan amalan-amalan sunnah seperti sedekah dan berpuasa, karena dua hal ini adalah perbuatan yang paling dicintai Allah setelah ibadah wajib.

Banyak berdoa’ dan biasakanlah membaca doa:

يا مقلّب القلوب، ثبّت قلبي على دينك

“Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku pada agamamu.”

Dan mohonlah kepadanya untuk memperbaharui iman di dalam hati. Inilah beberapa sarana yang dapat membantu Anda untuk mendidik jiwa Anda. Sebenarnya masih banyak hal lagi, akan tetapi saya telah memilih beberapa saja untuk tidak terapkan, dan inti pendidikan jiwa adalah takut kepada Allah.

(5). DANGKALNYA PEMAHAMAN TENTANG ARTI IBADAH

Ibadah sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah, “Nama bagi segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhainya, berupa perbuatan dan perkataan lahir maupun batin.”

Maka ibadah adalah mencakup seluruh ucapan dan perbuatan baik. Sedekah adalah ibadah, senyum adalah ibadah, mencintai dan membenci karena Allah adalah ibadah. Jika demikian halnya, lalu mengapa kita membatasi mafhum ibadah hanya di dalam masjid saja? Konsisten adalah satu di antara beberapa jenis ibadah. Dan Ketika seseorang bersikap kosisten, maka sesungguhnya ia sedang menggunakan pakaian ibadah yang merupakan pakaian terbaik. Disinilah letak dari keagungan Islam dan keuniversalan Islam. Bergaul (berinteraksi) adalah bagian dari Islam, menasihati adalah bagian dari Islam, mencintai manusia adalah bagian dari agama Islam, senang bila mereka mendapat kebaikan adalah bagian dari agama Islam.

Ketika seseorang membatasi pemahaman agama hanya sebatas ibadah-ibadah tertentu yang dilakukan secara ritual resmi (seperti shalat dan haji), maka hal ini merupakan sikap keras kepada pendidikan dan kesalahan fatal. Dan orang yang berpahaman demikian akan selalu merasakan kelesuan dan demikian pula orang-orang lain yang bersamanya dan dapat menimbulkan kemalasan dan kejenuhan, dan pada gilirannya konsistennya akan melemah, sedangkan arti dari ibadah itu sendiri adalah konsisten dalam melaksanakan perintah Allah, maka kesimpulannya adalah bahwa di masjid adalah ibadah, Bersama keluargamu adalah ibadah. Merupakan kontroversi jika Anda bersikap baik pada orang lain sementara kepada keluarga Anda bersikap keras kepala serta kasar dan Anda lupa bahwa:

خيركم خيركم لأهله

Artinya: “Sebaik-sebaik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya”. (Muttafaqun Alaih)

(6). LALAI DALAM MELAKSANAKAN IBADAH SEHARI-HARI

Ketika Abu Bakar telah mendekat pada kematian-nya, ia berwasiat kepada Khalifah yang menggantikan-nya Umar Bin Al-Khattab, seraya berkata kepadanya, “Ketahuilah, bahwa Allah disiang hari memiliki hak yang tidak diterima pada malam hari, dan ketahuilah bahwa Allah [ada malam hari memiliki hak yang tidak diterima pada siang hari, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya perbuatan yang sunnah tidak bisa diterima kecuali setelah yang wajib dikerjakan.”[1]

Dalam wasiat tersebut Abu Bakar menjelaskan suatu metodologi untuk memupuk keimanan, karena keimanan membutuhkan pupuk dan pupuknya adalah ibadah sehari hari, seperti shalat lima waktu yang dilaksanakan secara berjamaah di masjid dengan khusyu’ dan tenang, melaksanakan shalat sunnah rawatib, membaca Al-Qur’an setiap hari dan membaca dzikir pada pagi dan sore. Jika seseorang mengabaikan semua ini, maka hal itu dapat melemahkan iman dan sikap konsisten nya, besarnya usaha seseorang untuk beribadah maka sebesar itu pula imannya bertambah dan sebesar itu pula kekuatan hubungannya dengan Allah menguat.

Rintangan paling besar akan kita hadapi saat ini khususnya pada sebagian diri mereka yang bersikap konsisten adalah kelemahan dan kemalasan dalam bribadah, di saat shalat, kekhusyu’an tidak dimilikinya dan sedikit sekali orang yang memperhatikannya, shalat-shalat sunnah rawatib ditinggalkan, Al-Qur’an dijauhi dan shalat witir di mlam hari di abaikan, maka bagaimana mungkin kekuatan iltizam dan konsistensi akan dapat ia miliki?! Tidak diragukan lagi, hal itu disebabkan karena kebodohannya kepada urgensi ibadah.

Maka orang yang multazim hendaknya memiliki kemauan keras untuk melakukan berbagai ibadah, bersaing dengan orang-orang lain, dan tidak rela ketinggalan, sehingga lebih baik daripada orang lain dan tidak pernah puas dengan yang biasa. Maka berpaculah, jika engkau benar-benar mempunyai kemauan tinggi, karena banyak orang yang bersaing denganmu, maka bertolaklah. Dan katakanlah kepada orang yang menyerumu jika ia memanggilmu, “siap!”[2]

(7). SEDIKIT MENUNTUT ILMU

Sebaik-baik ibadah yang seharusnya dilakukan oleh orang yang konsisten adalah menuntut ilmu. Allah berfirman:

يرفع الله الذّين ءامنوا منكم و الذّين أوتوا العلم درجت

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantarmu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadillah:  11)

Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman”

شهد الله أنّه لآإله إلاّ هو و الملائكة و أولوا العلم قآئما بالقسط لآ إله إلاّ هو العزيز الحكيم

Artinya: “Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS. AlI-Imran: 18)

Ibnul Qoyyim berkata, “Dalam ayat ini terdapat keterangan bahwa Allah telah menjadikan orang-orang berilmu sebagai saksi atas ke-Esaan Allah, hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang berilmu memiliki keistimewaan di sisi Allah dari beberapa aspek yaitu”

Pertama: Mengkhususkan mereka sebagai saksi atas ke-Esaan Allah tanpa mengikutsertakan golongan manusia lain.

Kedua    : Mensejajarkan kesaksian mereka dengan kesaksian Allah.

Ketiga    : Mensejajarkan kesaksian mereka dengan kesaksian para malaikatnya.”[3]

Dari hadits Abu Hurairah ia berkata, Aku mendengar Rasulullah Subhanahu Wata’ala bersabda:

الدّنيا ملعونة، ملعون ما فيها إلاّ ذكر الله وما والاه وعالما و متعلّما

Artinya: “Dunia adalah terlaknat, terlaknat segala sesuatu yang ada padanya kecuali dzikir kepada Allah, dan segala sesuatu yang berwala’ kepadanya, orang berilmu, dan orang yang menuntut ilmu.” (Hadits hasan, HR. At-Tirmidzi dalam sunannya).

Bersambung…….

REFERENSI:

Diringkas oleh : Dian Wahyuni (Pengajar Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur)

Sumber : Dari Al-Ilmam Fi Asbab Dha’f al-Iman, 31 Sebab Lemahnya Iman, yang ditulis oleh Husain Muhammad Syamir, dan diterjemahkan oleh Mustofa Aini, Lc.

[1] Wasiat-wasiat ulama, karya Ar-Ruba’I, hal.35, yang is kutib dari buku Wahah Al-Iman karya Al-Bilali

[2] Madarij As-Salikin, Bab Mnjizalah Al-Himmah, Karya Ibnul Qoyyim.

[3] Lihat kitab Al-Ilmu, Fawadhluhu wasyarafuhu karya ibnul Qayyim

Baca juga artikel:

Bohong Bikin Error 

Orang Yang Berhak Mendapatkan Zakat

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.