Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

As-Sunnah Berbicara Mengenai Kesabaran

Kesabaran adalah dikala pertama kali musibah menimpa:

Disebutkan di dalam Kitab Shohih Bukhori dan Muslim dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu anhuma bahwa Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam datang kepada seorang wanita yang menangisi anaknya yang telah meninggal. Beliau berkata: “Bertakwalah kepada Alloh dan bersabarlah.” Maka wanita tersebut berkata: “Engkau tidak peduli dengan musibahku.” Kemudian tatkala beliau pergi, maka dikatakan kepada wanita tersebut: “Sesungguhnya orang itu adalah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam.” Maka seolah wanita tersebut mengalami kematian, lalu datanglah wanita tersebut menuju pintu beliau dan tidak ia dapati seorang penjagapun di depan pintu beliau. Wanita tersebut berkata: “Wahai Rosululloh, saya tidak mengetahui anda.” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya kesabaran itu saat terjadinya benturan (musibah) pertama.”[1]

Jika seseorang menghadapi musibah disaat pertama kali terjadi dengan kesabaran maka musibah yang berikutnya akan terasa ringan dan akan lebih mudah baginya untuk bersabar. Adakalanya ketika pertama kali musibah datang, hati belum siap untuk menghadapinya, sehingga musibah tersebut terasa mengganggunya. Adapun setelah itu maka hati akan lebih siap untuk menghadapinya dan mengetahui bahwa musibah sudah pasti harus terjadi dan dihadapi. Sehingga bersabar disaat demikian ini seolah menjadi sebuah keharusan, karena memang tidak ada pilihan lain selain harus bersabar. Wanita ini setelah mengetahui bahwa keluh kesahnya tidaklah memberikan faidah sedikitpun maka ia mengutarakan alasan kepada Nabi r, seolah ia berkata kepada beliau: “Sekarang saya telah bersabar.”

 

Pelajaran dari hadits di atas:

  1. Kewajiban bersabar dari berbagai musibah, dan kesabaran merupakan ketakwaan yang diperintah kepada seorang hamba.
  2. Kerasnya musibah tidaklah menghalangi untuk beramar ma`ruf nahi mungkar.
  3. Kelembutan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam dan kasih sayang beliau, dimana beliau tidak memberitahukan bahwa beliaulah yang berbicara dengan wanita tersebut. Kedurhakaan wanita tersebut terhadap perintah beliau untuk bersabar sementara ia tidak mengetahui bahwa yang berbicara adalah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam lebih ringan daripada wanita tersebut melawan perintah sementara ia mengetahui bahwa yang memerintahkannya adalah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Sebaik-baik ucapan di saat tertimpa musibah:

Ketika seorang hamba tertimpa suatu musibah maka yang layak untuk ia lakukan adalah bertahlil dan berdoa kepada Alloh. Telah diriwayatkan dalam Shohih Muslim dari Ummu Salamah ia berkata: “Aku mendengar Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah lalu ia mengucapkan apa yang Alloh perintahkan, yaitu: Innâlillâhi wa innâ ilaihi rôji`ûn. Allôhumma’ jurnî fî mushîbatî wakhluflî khoiron minhâ (Sesungguhnya kita adalah milik Alloh, dan kepada-Nya kita akan kembali. Ya Alloh, berilah aku pahala karena musibahku dan gantikanlah bagiku sesuatu yang lebih baik darinya), melainkan Alloh akan memberikan kepadanya yang lebih baik darinya.” Ummu Salamah berkata: “Siapakah muslim yang lebih baik dari Abu Salamah. Keluarganya adalah yang pertama kali berhijrah kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam.” Kemudian akupun mengatakan perkataan tersebut. Lalu Alloh menjadikan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai ganti untukku. Beliau mengutus Hathib bin Abi Balta`ah guna meminangku untuk beliau. Maka aku katakan: “Sesungguhnya aku memiliki seorang anak wanita, dan aku adalah orang yang sangat pencemburu.” Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata: “Adapun anak wanitamu, maka aku akan berdoa agar Allah memberinya kecukupan untuk mandiri lepas darinya (Ummu Salamah). Dan aku akan berdoa agar Alloh menghilangkan kecemburuan tersebut.” Lalu Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam menikahinya.

As-Sunnah berbicara mengenai keutamaan bersabar:

Cukuplah bagi kita hadits-hadits Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam yang memberitahukan tentang besarnya keutamaan bersabar dalam menghadapi musibah. Sungguh sunnah-sunnah (hadits-hadits) Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan gamblang telah berbicara mengenainya sehingga tidak tersisa bagi kita selain mengamalkannya.

                Telah diriwayatkan dalam Jâmi`ut Tirmidzi serta Musnad Ahmad dan Shohih Ibnu Hibban dari Abu Musa Al-Asy`ari ia berkata: “Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Apabila anak seorang hamba meninggal maka Alloh berkata kepada para Malaikat-Nya: “Kalian telah mengambil anak hamba-Ku.” Maka para Malaikat berkata: “Ya.” Alloh berkata: “Kalian telah mengambil buah hatinya.” Mereka menjawab: “Ya.” Alloh berkata: “Apa yang diucapkan hamba-Ku?” Mereka menjawab: “Ia memuji-Mu dan mengucapkan kalimat istirja` (innâ lillâhi wa innâ ilaihi rôji`ûn).” Alloh berkata: “Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga, dan namakan rumah tersebut rumah Al-Hamdu (pujian).”[2]

Diriwayatkan dalam Shohih Bukhori dari Hadits Anas bahwa Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

إنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ : إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي ِبحَبِيْبتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضتُهُ مِنْهُمَا الجَنَّةَ

“Alloh berfirman: “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan musibah di kedua matanya kemudian ia bersabar, maka Aku akan menggantikannya dengan surga.”[3]

                Diriwayatkan dalam Sunan Tirmidzi bahwa Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

إِذَا أَخَذْتُ كَرِيمَتَيْ عَبْدِي فِي الدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ جَزَاءٌ عِنْدِي إِلاَّ الْجَنَّةَ

“Apabila Aku mengambil kedua mata hamba-Ku di dunia, maka tidak ada balasan baginya selain surga.”[4]

                Dalam Sunan Tirmidzi pula diriwayatkan dari Abu Huroiroh radhiyallahu anhu ia berkata: Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: Alloh berfirman:

مَنْ أَذْهَبْتُ حَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ وَاحْتَسَبَ لَمْ أَرْضَ لَهُ ثَوَابًا دُوْنَ الْجَنَّةِ

Alloh berfirman yang artinya:

“Barang siapa yang Aku hilangkan kedua matanya lalu ia bersabar dan mengharapkan pahala maka tidak ada pahala yang Aku senangi untuknya selain surga.”[5]

                Diriwayatkan dalam Shohih Bukhori dari Hadits Abu Huroiroh radhiyallahu anhu bahwa Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Alloh berfirman: “Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang beriman apabila Aku renggut (matikan) orang yang ia cintai dari penduduk bumi kemudian ia mengharapkan pahala selain daripada surga.” [6]

                Imam Bukhori juga meriwayatkan dalam Shohihnya dari Atho’ bin Robbah ia berkata: “Ibnu Abbas berkata: “Maukah aku perlihatkan kepadamu wanita penduduk Surga?” Maka aku katakan: “Ya.” Ia berkata: “Wanita yang hitam ini, ia telah datang kepada Nabi n dan berkata: “Wahai Rosululloh, sesungguhnya aku sedang kesurupan, dan auratku sering terbuka. Maka berdoalah kepada Alloh untukku.” Maka Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata: “Apabila engkau mau bersabar maka bagimu surga. Dan jika engkau mau aku akan berdoa kepada Alloh hingga Alloh menyembuhkanmu.” Maka wanita tersebut berkata: “Aku akan bersabar.” Wanita tersebut berkata: “Tapi auratku sering terbuka, maka berdoalah kepada Alloh agar tidak terbuka auratku.” Maka beliau berdoa kepada Alloh untuknya.”[7]

                Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam tidak hanya memberikan anjuran untuk bersabar saja, akan tetapi beliau juga memberikan contoh praktis dari perilaku dan sikap beliau. Diantaranya adalah yang diriwayatkan dalam Shohih Bukhori dan Muslim bahwa ketika Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam membagikan harta, sebagian orang berkata: “Pembagian ini tidak dikehendaki dengannya wajah Alloh.” Lalu hal tersebut disampaikan kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam, maka beliau bersabda: “Semoga Alloh merahmati Musa. Sungguh, ia telah disakiti melebihi hal ini namun ia bersabar.” [8]

Demikianlah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam, bukan cacian yang beliau ucapkan melainkan beliau melihat kepada kesabaran nabi yang lain yang bisa mengingatkannya untuk tetap bersabar.

Sekecil apapun musibah disertai dengan kesabaran, ampunan Allohlah balasannya

            Telah disebutkan di dalam Shohih Bukhori dan Muslim dari Hadits Az-Zuhri dari Urwah dari Aisyah rodhiyallohu `anha ia berkata: “Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ المُسْلِمَ، إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا عَنْهُ. حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا

“Tidaklah ada musibah yang menimpa seorang muslim melainkan dengannya Alloh akan mengampuni dosanya sekalipun duri yang mengenainya.” [9]

Demikian pula yang diriwayatkan dalam keduanya dari hadits Abu Sa`id dan Abu Huroiroh dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam beliau bersabda:

مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمِّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى، وَلاَ غَمِّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا؛ إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa lara letih, penyakit, kecemasan, kesedihan serta gangguan dan kesusahan sekalipun duri yang mengenai melainkan dengannya Alloh akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” [10]

Dalam Shohih Muslim dari Hadits Aisyah dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam beliau bersabda:

ماَ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً

“Tidaklah ada duri dan yang lebih besar darinya mengenai seorang mukmin melainkan karenanya Alloh akan mengangkat derajatnya serta menghapuskan dosanya.” [11]

Penutup

              Masih terlalu sedikit hadits-hadits tersebut di atas yang membicarakan mengenai kesabaran, keutamaannya dan kedudukan orang yang bersabar. Hanya saja, dalil yang sedikit diiringi dengan pelaksanaannya adalah lebih baik daripada banyak dalil namun pelaksanaannya kosong, na`udzubillahi min dzalik. Namun rasanya kita perlu mengetahui bagaimana keadaan para nabi dalam kesabaran mereka guna menjadi motivasi kuat bagi kita untuk terus teguh dalam bersabar.

Orang yang paling berat cobaannya adalah para nabi:

Telah diriwayatkan dari Sa`ad bin Abi Waqqosh radhiyallahu anhuma ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam : “Wahai Rosululloh, siapakah yang paling berat ujiannya?” Maka beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang sholih kemudian orang-orang yang semisal mereka dan yang semisal mereka. Seseorang akan mendapatkan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Apabila agamanya kuat maka ia akan mendapatkan ujian yang lebih, dan apabila agamanya lemah maka akan diperingan ujian baginya. Ujian akan senantiasa menyertai seorang mukmin hingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak memiliki dosa.” [12]

Aisyah rodhiyallohu `anha pernah berkata: “Aku tidak melihat rasa sakit yang lebih berat daripada rasa sakit yang menimpa Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam .”[13]

Dengan mengetahui betapa besar cobaan Alloh kepada para nabi dan orang-orang sholih, maka kita berharap hal tersebut menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa bersabar dalam segala perkara yang kita hadapi.

[1] Diriwayatkan oleh Bukhori 1252, dan Muslim 926.

[2] Hasan lighoirihi, diriwayatkan oleh Tirmidzi (1021), Ibnu Hibban (2948), Ahmad (4/ 415) dan Nu`aim bin Hammad dalam Zawâiduz Zâd (108).

[3] Diriwayatkan oleh Bukhori (5653).

[4] Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2400). Dan ia mengatakan: “Hadits tersebut adalah hadits hasan ghorib.”

[5] Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2401). Dan ia mengatakan: “Hadits tersebut adalah hadits hasan ghorib.”

[6] Diriwayatkan oleh Bukhori (6224).

[7] Diriwayatkan oleh Bukhori (5652), dan Muslim (2576).

[8] Diriwayatkan oleh Bukhori (3405), dan Muslim (1602).

[9] Diriwayatkan oleh Bukhori (5640), serta Muslim (2572).

[10] Diriwayatkan oleh Bukhori (5641), serta Muslim (2573).

[11] Diriwayatkan oleh Muslim (2572).

[12] Hadts shohih diriwayatkan oleh Tirmidzi (2398), Ibnu Majah (4023), Ahmad (1/172, 173, 174, 180, 185), dan yang lainnya

[13] Diriwayatkan Bukhori (5646) dan Muslim (2570).

Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 01 Tahun 02

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.