Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

ADAB-ADAB MENDATANGI MASJID DAN SHOLAT BERJAMAAH

adab-mendatangi-masjid-dan-shalat-berjamaah

ADAB-ADAB MENDATANGI MASJID DAN SHOLAT BERJAMAAH – Menghadiri sholat jamaah sudah seharusnya dilakukan bagi laki-laki muslim untuk menunjukkan syiar Islam dan memenuhi panggilan Allah yang dikumandangkan oleh muadzin, namun ada beberapa adab yang hendaknya kita perhatikan ketika hendak mendatangi masjid dan sholat berjamaah. Diantaranya:

  1. Bersuci di Rumah sebelum berangkat ke Masjid

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إذا توضَّأَ أحدُكم فأحسنَ الوضوءَ ، ثمَّ خرجَ عامدًا إلى المسجدِ ، فلا يُشبِّكَنَّ بين أصابعِهِ. لفظُ عثمانَ بنَ عمرَ عنهُ ، ولفظُ عثمانَ بنِ الهيثَمِ عنهُم إلى المسجِدِ فلا يشبِّكْ بينَ أصابعِهِ فإنَّهُ في صلاةٍ

 “Jika salah seorang dari kalian berwudhu lalu menyempurnakan wudhu’nya. Setelah itu, keluar menuju masjid, maka janganlah ia menyilangkan jari-jemarinya, karena dia sedang berada dalam shalat” (HR. Ahmad)

  1. Berdo’a ketika berjalan menuju masjid

Dari ibnu abbas bahwasanya ia itur di rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kemudian ia menceritakan shalat malam beliau. Setelah itu, ia mengatakan, “lalu mu’adzin mengumandangkan adzan subuh dan beliau keluar untuk shalat sambil mengucapkan,

“Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari belakangku, cahaya di hadapanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku. Ya Allah berikanlah aku cahaya.” (HR. Al-Bukhari)

  1. Berjalan dengan tenang

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda;

إِذا سَمِعْتُمُ الإقامَةَ، فامْشُوا إلى الصَّلاةِ وعلَيْكُم بالسَّكِينَةِ والوَقارِ، ولا تُسْرِعُوا، فَما أدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا، وما فاتَكُمْ فأتِمُّوا

“Jika kalian mendengar iqamat, maka berangkatlah menuju shalat, berjalanlah dengan sakinah dan waqar, serta jangan tegesa-gesa! Apa yang kamu dapati (dari perbuatan imam), maka shalatlah (dengan mengikuti gerakannya) dan apa yang terlewat, maka sempurnakanlah!” (HR. Al-Bukhari)

Sakinah artinya tenang dalam bergerak dan tidak melakukan perkara yang sia-sia (tidak ada manfaatnya). Adapun waqar artinya menundukkan pandangan, merendahkan suara dan tidak memandang kesana kemari.

  1. Berdoa ketika masuk ke dalam masjid

Yaitu dengan mengucapkan:

أعوذ بًالله العظيم وبوجهه الكريم وسلطانه القديم من الشيطان الرجيم

“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dengan wajah-Nya yang mulia dan kekuasaan-Nya yang azali, dari syaitan yang terkutuk” (HR. Abu Dawud)

Atau dengan membaca:

إذا دخل أحدُكم المسجِدَ فلْيُسَلِّم على النبيِّ ثم ليَقُلْ: اللهم افتَحْ لي أبوابَ رحمتِك

“Dengan Nama Allah, semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-MU untukku. (HR. Muslim)

  1. Mengerjakan tahiyyatul masjid

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

ذا دخل أحدُكم المسجدَ فلا يجلِسْ حتّى يُصلِّيَ ركعتَيْن

“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah ia duduk sebelum shalat dua raka’at.” (Muttafaqun ‘Alaihi).

  1. Tidak mengerjakan shalat sunnah ketika iqomat sudah dikumandangkan

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda:

إذا أقيمَتِ الصَّلاةُ فلا صلاةَ إلّا المَكتوبةَ

“Jika telah diiqomati, maka tidak boleh sholat selain sholat wajib.” (HR. Muslim)

 

Adab-adab dalam shalat berjamaah

Ada beberapa sunnah dan adab jika seseorang mendatangi sholat berjamaah, diantaranya:

  1. Hendaknya masuk dalam barisan (shaff) shalat berjamaah dengan mengikuti keadaan imam

Dari ‘Ali bin Abi Thalib dan Mu’adz bin Jabal, keduanya mengatakan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian mendatangi shalat jamaah pada saat imam sedang melakukan gerakan apa saja, maka hendaklah ia melakukan gerakan sebagaimana yang sedang dilakukan imam. (HR. At-Tirmidzi)

  1. Kapan seseorang dianggap mendapat satu raka’at?

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda: “Jika kalian mendatangi shalat berjamaah pada saat kami sedang sujud, maka sujudlah dan jangan dihitung (satu rakaat). Dan barangsiapa mendapati (imam) sedang ruku’, maka dia mendapat satu rakaat shalat. (HR. Abu Dawud)

  1. Hendaknya tidak ruku’ sebelum sampai di Shaff

Dari Abu Bakrah, bahwasannya ia mendapati Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  sedang ruku’, ia pun ruku’ sebelum sampai di shaff. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  diberitahu tentang hal tersebut. Beliau pun bersabda: ‘semoga Allah menambah semangatmu tetapi engkau jangan mengulanginya. (HR. Al-Bukhari)

  1. Kriteria orang yang berhak menjadi imam shalat

Dari Abu Mas’ud al-Anshari, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda: “yang berhak mengimami sebuah kaum adalah yang paling banyak hafalan al-Quran diantara kalian. Jika dalam bacaan sma, maka yang paling tahu tentang sunnah. Jika dalam sunnah sama, maka yang paling dulu berhijrah. Jika dalam hijrah sama, maka yang paling dulu masuk islam (dalam riwayat lain: maka yang paling tua). Janganlah seseorang mengimami orang lain di dalam kekuasaannya. Dan janganlah menduduki tempat khusus di rumah orang itu kecuali dengan izinnya.

  1. Bolehnya menjadikan anak kecil sebagai imam apabila hafalan al-qurannya melebihi yang lain

Hal ini berdasarkan riwayat dari shahabat ‘Amr bin Salamah, bahwasannya beliau mengimami kaumnya padahal saat itu usia beliau baru 6 atau 7 tahun.

  1. Hendaknya imam meringankan shalat menyesuaikan dengan kondisi orang-orang yang berjamaah bersamanya.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda:

“Jika salah seoarang dari kalian mengimami orang-orang, maka ringankanlah. Karena di antara mereka ada yang lemah, sakit, dan orang tua. Namun, jika ia shalat sendirian, maka dia boleh memanjangkan sesuka hatinya. (HR. Al-Bukhari)

  1. Makmum wajib mengikuti imam dan dilarang untuk mendahuluinya

Dari Anas, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda:

“Sesungguhnya imam diangkat untuk diikuti, jika dia bertakbir, maka bertakbirlah. Jika dia sujud, maka sujudlah. Dan jika dia bangkit, maka bangkitlah…  (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

  1. orang yang mukim boleh bermakmum pada orang yang safar atau sebaliknya

Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Umar pernah mengimami penduduk makkah shalat zhuhur. Dia kemudian salam pada rakaat kedua, lalu berkata, “sempurnakanlah sahalat kalian, wahai penduduk Makkah, karena kami sedang dalam perjalanan (musafir). (HR. Abdur Razzaq)

  1. Jika seorang musafir bermakmum di belakang orang yang mukim, jika dia harus ikut menyempurnakan shalat

Dari Musa bin Salamah al-huzali, ia berkata, “Aku berkata kepada ibnu abbas, “Bagaimana caraku shalat apabila sedang di makkah padahal aku tidak shalat berjamaah dengan seorang imam? Dia menjawab (shalatlah) dua rakat. Begitulah sunnah abul qasim.

Dari Abu Mijlaz, ia berkata, “Aku bertanya kepada ibnu umar, apabila seorang musafir telah mendapatkan dua rakaat ketika shalat berjamaah dengan penduduk yan mukiim (menetap), maka apakah dua rakaat tadi telah mencukupinya ataukah ia harus mengikuti shalat mereka? Ibnu ‘Umar pun tertawa sambil menjawab, ‘DIa harus shalat sebagaimana mereka shalat.”

  1. bila seorang yang mampu berdiri bermakmum pada orang yang shalat sambil duduk, maka ia harus ikut duduk.

Dari anas, ia berkata, “Rasulullah pernah jatuh dari kuda beliau yang menyebabkan bagian kanan badan beliau lecet. Selang yak berapa lama lalu kami menjenguk beliau lalu tibalah waktu shalat. Beliau lantas mengimami kami dalam keadaan duduk, dan kami pun shalat di belakang beliau sambil duduk. Ketika selesai menunaikan shalat, beliau bersabda: ‘sesungguhnya imam ditunjuk untuk diikuti. Jika ia takbir, maka takbirlah kalian, jika ia sujud maka sujudlah kalian. Jika ia bangkit, maka bangkitlah kalian. Jika ia mengucap, ‘sami’allahu liman hamidah,’ maka ucapkanlah rabbana wa lakal hamdu. Dan jika ia shalat sambil dudukm maka shalatlah kalian semua sambil duduk.

  1. apabila makmum hanya satu orang, maka imam dan makmum berdiri sejajar

Dari Ibnu Abbas , ia mengatakan,”akau pernah menginap dirumah bibikku, Maimunah. Kemudian Rasullulah sholat isya’. Setelah itu beliau sholat empat rekaat lalu tidur. Selang tak berapa lama kemudian beliau bangun lalu sholat. Akupun lantas berdiri di sebelah kiri beliau. Akan tetapi beliau langsung menarikku kesebelah kanannya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

  1. Jika makmumnya dua orang atau lebih, maka mereka berdiri sejajar dibelakang imam

Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  hendak melaksanakan shalat. Lantas akau berdiri disisi kiri beliau. Beliau segera memegang tanganku lalu memutarku hingga mendirikanku disamping kanannya. Taklama kemudian Jabbar bin Shakhr datang dan langsung berdiri disisi kiri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau lantas memegang kedua tangan kami berdua lalau mendorong hingga mendirikan kami dibelakangnya.” (HR. Muslim)

  1. Jika makmumnya seorang wanita, maka dia berdiri dibelakang imam

Dari Anas bin Malik, ia mengatakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  pernah shalat bersamanya, ibu atau bibinya. Dia berkata, “beliau lantas mendirikanku disamping kanan beliau dan mendirikan wanita dibelakang kami.” (HR. Muslim)

 

Dirangkum Oleh Sahl

Rerensi: Amalan Sunnah dalam setahun karya ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz

 

artikel lainnya:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.