Potret Para Sahabat dalam Berpegang Teguh kepada As-Sunnah

POTRET SHABAT DALAM BERPEGANG KEPADA AS SUNNAH

Potret Para Sahabat dalam Berpegang Teguh kepada As-Sunnah

Para sahabat nabi merupakan manusia pilihan Allah untuk menemani nabi serta menjadi penerus dari dakwah Nabi. Allah sengaja memilih mereka mendampingi nabi-Nya. Pilihan Allah sudah pasti yang terbaik di antara yang baik. Kemuliaan dan keutamaan yang banyak sekali dimiliki oleh para sahabat Rasulullah. Cukup menjadi sebuah kemuliaan yang luar biasa dimiliki oleh para sahabat ketika mereka dijamin surga ketika mereka masih berjalan di bumi Allah. Allah meridhoi para sahabat Nabi, dan konsekuensi dari sebuah keridhaan adalah surga Allah yang diperuntukkan bagi hamba-hamba yang mendapatkan keridaan Allah.

Para sahabat adalah figur dan contoh teladan bagi generasi-generasi yang datang setelahnya. Para sahabat adalah orang yang paling paham dan mengetahui As-sunnah. Bahkan banyak perkara yang terjadi yang menyebabkan Wahyu diturunkan dengannya. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu pernah menyebutkan:

إن الله تعالى نظر في قلوب العباد فاختار محمدا فبعثه برسالته، وانتخبه بعلمه، ثم نظر في قلوب الناس فاختار أصحابه فجعلهم وزراء نبيه، وأنصار دينه، فما رآه المؤمنون حسنا فهو عند الله حسن، وما رآه المؤمنون قبيحا فهو عند الله قبيح

Artinya: “Allah memperhatikan hati-hati hambanya, lalu ia memilih Muhammad dan mengutusnya dengan risalah. Allah memperhatikan hati-hati manusia, lalu ia memilih para sahabat Nabi, kemudian menjadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya dan pembela agama-Nya. Maka segala sesuatu yang dipandang baik oleh kaum Mukminin yaitu Rasulullah dan para sahabatnya, itulah yang baik di sisi Allah. Maka segala sesuatu yang dipandang buruk oleh kaum Mukminin, itulah yang buruk di sisi Allah.” (HR. At-Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir, no: 8504 dan Majma’ Az-Zawaid: 8/453)

Oleh karena itulah, kewajiban kaum muslimin menjadikan para sahabat sebagai figur dan panutan dalam meneladani junjungan alam Muhammad bin Abdillah. Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu pernah berkata:

من كان منكم متأسيا فليتأس بأصحاب رسول الله، فإنهم كانوا أبر هذه الأمة قلوبا، وأعمقها علما، وأقلها تكلها، وأقومها هديا، وأحسنها حالا، اختار هم الله لصحبة نبيه وإقامة دينه، فاعرفوا لهم فضلهم، واتبعوهم في آثارهم، فإنهم كانوا على الهدى المستقيم

Artinya: ‘’Siapa saja yang mencari telada, teladanilah para sahabat Rasulullah. Karena merekalah orang yang palin baik hatinya di antara umat ini, paling mendalam ilmu agamanya, umat yang paling sedikit dalam berlebih-lebihan, paling lurus bimbingannya, paling baik keadaannya. Allah telah memilih mereka untuk mendampingi Nabi dan menegakkan agamaNya. Kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jalan mereka. Karena mereka semua berada pada shirathal mustaqim (jalan yang lurus).[1]

Ungkapan yang menunjukkan kedudukan serta kemuliaan yang harus dipahami oleh setiap manusia bagaimana derajat para sahabat, tidak satupun sifat Mulia kecuali melekat pada diri mereka. Karena mereka adalah orang-orang mulia yang dibanggakan oleh Allah dan dicintai oleh Rasulullah. Kemuliaan tersebut tentunya tidak sama antara satu Sahabat dengan yang lainnya. Walau semuanya mulia, namun ada yang paling mulia, paling dicintai oleh Allah dan Baginda Nabi. Mereka adalah para mertua dan menantu Nabi, yaitu Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Selain bagian dari para keluarga Nabi, mereka juga penerus Nabi dalam memimpin umat pada perkara dunia dan agama. Mereka lah dikenal dengan khulafa Ar-Rasyidin yang dipuji oleh Nabi dalam hadits-haditsnya. Diantara pujian Nabi yang menyebutkan Bagaimana kedudukan mereka dalam agama dan menjadikan standar untuk mengikuti As-Sunnah adalah sabda Nabi sebelum beliau.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

أو صيكم بتقوى الله والسمع والطاعة، وإن كان عبدا حبشيا فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين ، فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة

Artinya: Aku wasiatkan kalian agar bertakwa kepada Allah. Lalu mendengar dan taat kepada pemimpin, walaupun ia dari kalangan budak Habasyah. Sungguh orang yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk mengikuti Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mereka telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dan gigitlah ia dengan gigi geraham. Serta jauhilah perkara yang diada-adakan, karena ia adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud no.4609, Al Hakim, no: 304, Ibnu Hibban, no: 5)

Pesan dan wasiat ini harus dilaksanakan oleh umat Nabi dalam menerapkan As-Sunnah. Bahkan Nabi yang sangat menekankannya ibarat seseorang yang menggigit sesuatu dengan gigi geraham yang paling kuat. Sehingga dalam perkara mengikuti As-Sunnah, maka para Sahabat adalah contoh utama dalam menerapkannya. Mengapa tidak? mereka merupakan orang-orang yang paling mulia setelah Rasulullah. Terkhusus para Khulafaur Rasyidin. Dalam bab ini kita akan mengambil sedikit contoh protet kegigihan para sahabat Radiyallahu ‘Anhum dalam melaksanakan As-Sunnah dalam berbagai macam Sisi dari kehidupan.

– Abu Bakar As-Siddhiq Radiyallahu ‘Anhu

Abu Bakar merupakan Sahabat yang paling mulia dan yang paling dicintai oleh Baginda Nabi. Banyak sekali dalil yang menyebutkan keutamaan Abu Bakar. Salah satu kemuliaan yang tidak dimiliki oleh siapapun dari kalangan Sahabat adalah hadis yang dibawakan oleh sahabat Umar Bin Khattab Radhiyallahu Anhu:

لو وزن إيمان أبي بكر الصديق بإيمان أهل الأرض لرجحهم

Artinya: ‘’Seandainya keimanan Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu ditimbang dengan keimanan penduduk bumi (selain para Nabi dan Rasul) maka sungguh keimanan beliau Radiyallahu ‘anhu lebih berat dibandingkan keimanan penduduk bumi.”(HR. Ishaq bin Rahuyah dalam Musnadnya, no: 1266 dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no: 36)

Abu Bakar adalah contoh bagi kaum muslimin dalam mengikuti Sunnah-sunah Nabi. Karena tidak mungkin beliau mendapatkan keimanan yang kuat melainkan dengan perjuangannya melakukan Sunnah Nabi dalam kehidupan.

Contoh Pertama:

Diantara Sunnah Nabi terkhusus untuk kaum laki-laki adalah tidak menjulurkan pakaiannya (sarung, jubah, celana dan sejenisnya) melebihi mata kakinya. Karena ada ancaman khusus dari Nabi. Demikian juga keadaannya dengan Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu yang berupaya untuk selalu menjadikan pakaiannya di atas mata kaki. Dalam sebuah riwayat yang dibawakan oleh sahabat Abdullah bin Umar Radiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة

Artinya: ‘’Barang siapa yang menjulurkan pakaiannya (melebihi mata kaki )dengan sombong, Allah tidak akan melihat dirinya pada hari  kiamat.” Lalu Abu Bakar yang mendengarkan hadits tersebut merasa takut atas dirinya, karena dia memiliki bentuk tubuh yang menyebabkan pakaiannya selalu menjulur ke bawah. Maka ketika itu juga Abu Bakar memberanikan diri untuk bertanya:

فقال أبو بكر إن أحد شقى ثوبى يسترخى إلا أن أتعاهد ذلك منه . فقال رسول الله إنك لست تصنع ذلك خيلاء

Artinya: ‘’Lantas Abu Bakar berkata, sungguh salah satu ujung Celanaku biasa melorot akan tetapi aku selalu memperhatikannya.”Maka Rasulullah bersabda engkau bukan melakukannya karena sombong.” (Bukhari no: 3655)

Dari hadis ini dapat kita ambil pelajaran bagaimana kuatnya usaha yang dilakukan oleh Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu dalam menjalankan Sunnah Nabi. Dia merasa khawatir terhadap dirinya supaya tidak termasuk orang-orang yang sombong lagi enggan melaksanakan sunnah nabi tersebut. Sampai pada akhirnya Nabi memberikan rekomendasi khusus untuknya bahwa dia tidak termasuk ke dalam ancaman yang disebutkan oleh Nabi dalam hadits ini. Karena bagaimanapun Abu Bakar tidak akan pernah menjadi seseorang yang sombong. Bukankah dia yang pertama kali beriman kepada Nabi dari kalangan laki-laki.

Artinya Allah telah memberikan jaminan kepada sahabat yang selalu menemani NabiNya, baik dalam keadaan suka maupun duka. Sehingga tidak mungkin dia sengaja melanggar aturan Allah dan RasulNya. Walau demikian dia selalu merasa takut akan ancaman yang Nabi sebutkan, karena kekuatan iman yang dia miliki agar selalu menjaga As-Sunnah dan juga kelembutan hatinya. Seorang muslim hendaklah selalu memburu Sunnah-Sunnah Nabi sekecil apapun Sunnah tersebut dengan demikian seorang hamba akan selalu bangga untuk menjaga dan menerapkannya dalam kehidupannya serta mendapatkan ketenangan dan kenyamanan dalam beribadah kepada Allah.

Contoh Kedua:

Diantara wasiat Nabi sebelum meninggal adalah mengutus pasukan untuk melawan orang-orang Romawi yang dulu menjadi tempat gugurnya sahabat-sahabat Nabi yang mulia seperti Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin Rawahah serta sahabat yang lainnya Radiyallahu ‘Anhum. Nabi menunjuk Usamah yang menjadi pemimpin pasukan pada saat itu walaupun dia belum genap 20 tahun, namun ada semangat yang membara di dalam jiwanya. Karena itu adalah tempat ayahnya gugur sebagai seorang syahid di jalan Allah. Namun ada sedikit kabar yang tidak menyenangkan ketika ada yang tidak setuju dengan kepemimpinan Usamah yang masih muda tersebut, Nabi pun memberikan pesan kepada semua para Sahabat dan naik ke atas mimbar agar menghilangkan kabar yang tidak baik tersebut.

– Umar bin Khattab Radiyallahu ‘Anhu

Umar Radiyallahu ‘Anhu merupakan Sahabat yang diberikan oleh Nabi dengan “Al-Mulhim”, yang artinya orang yang diberikan ilham oleh Allah. Dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh sahabat Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu bawa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

لقد كان فيما قبلكم من الأمم ناس محدثون، فإن يك في أمتي أحد فإنه عمر

Artinya: ‘’Diantara umat sebelum kalian ada beberapa orang yang mendapat Ilham yang khusus. Seandainya ada seseorang diantara umatku menjadi seperti itu, maka sesungguhnya Ia adalah Umar ” (HR. Bukhari, no: 3689 dan Muslim, no: 2398)

Tentunya ini merupakan keutamaan yang mulia disebutkan oleh Nabi terkhusus untuk sahabat yang mulia Umar Bin Khattab Radiyallahu ‘Anhu. Dan itu terbukti dalam momen yang banyak sekali di mana Banyak sekali pendapat Umar yang serasi dengan apa yang Umar sampaikan, seperti masalah hijab tawanan perang Badar, makam Ibrahim dan yang lainnya. Pendapat Umar serasi dengan Wahyu yang Allah turunkan titik dengan itulah dia diberikan julukan dengan sebutan “Al-Mulhim”.

Ini merupakan kelebihan sekaligus keutamaan yang dimiliki oleh sahabat Umar Radiyallahu ‘Anhu. Yang juga memiliki isyarat bahwa Umar adalah orang yang paling kuat keserasiannya dengan agama Allah dan juga sunnah Nabi. Maka akan kita dapati betapa kuatnya sahabat ini dalam berpegang teguh terhadap sunnah-sunnah Nabi yang wajib bagi kaum muslimin untuk meneladani serta mencontohnya.

– Utsman bin Affan Radiyallahu ‘Anhu

Utsman Radiyallahu ‘Anhu merupakan sahabat Nabi sekaligus menantu yang menikahi dua puteri Nabi yang bernama Ruqayah dan Ummu Kultsum Radiyallahu ‘Anhuma. Kedekatan nabi dengan Utsman bin Affan tidak diragukan lagi, sehingga dengannya sahabat Utsman mendapatkan julukan Dzu An-Nurain, yang artinya orang yang memiliki dua cahaya. Karena dua putri Nabi menjadi istrinya, ketika Ruqayyah meninggal Setelah usai Perang Badar maka Usman menikahi Ummu Kultsum. Sampai pada akhirnya Ummu Kultsum meninggal pada tahun ke sembilan Hijriyah.

Pernikahan tersebut berdasarkan wahyu dari langit, sebagaimana juga Nabi berkeinginan untuk menikahkan Utsman dengan puteri nabi yang lainnya kalau masih ada. Tentunya yang demikian merupakan kedekatan yang tidak dimiliki oleh sahabat yang lainnya. Maka cukup menjadi keutamaan luar biasa yang dimiliki oleh sahabat Utsman ketika menjadi keluarga dekat serta menantu kesayangan Nabi. Utsman bin Affan Radiyallahu ‘Anhu merupakan sahabat yang sangat antusias untuk menerapkan Sunnah Nabi dalam kehidupan. Mengapa tidak, dia adalah bagian dari keluarga Nabi yang akan memberikan contoh kepada umat berupa keteladanannya dalam mengindahkan apa yang Nabi sampaikan.

Banyak sekali contoh yang bisa kita jadikan rujukan akan sebuah keindahan dalam pengabdian dan ketundukan dalam melaksanakan perintah Nabi.

Contoh pertama:

Sebuah peristiwa yang sangat berkesan di hati nabi ketika ingin meletuskan Perang Tabuk, atau istilah yang lebih populer dengan menyebut “Ghazwah Al-‘Usrah” yang artinya sebuah peperangan yang sangat sulit. Dinamakan yang demikian karena memang peperangan ini terjadi di musim panas yang sangat menyengat. Ditambah lagi dengan kondisi kaum muslimin yang lemah dan kurang secara ekonomi. Jarak tempuh yang cukup jauh kurang lebih 680/700 km untuk melawan pasukan bangsa Romawi yang memiliki jumlah pasukan ratusan ribu personil. Tentu harus memiliki persiapan yang matang dan perbekalan yang lengkap. Dari situlah Nabi memberikan semangat dan motivasi kepada para sahabatnya untuk berinfak di jalan Allah. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

من جهز جيش العسرة فله الجنة

Artinya: “Barangsiapa yang mempersiapkan pasukan “Al-Usrah”, maka baginya syurga.” (HR. Bukhari, no: 2778)

Ketika mendengar yang demikian, maka sahabat Utsman bin Affan langsung bergegas memberikan yang terbaik dari harta yang dia miliki. Melihat semangat Utsman bin Affan Radiyallahu ‘Anhu yang membawa harta begitu banyak dalam masa-masa sulit untuk berjuang dijalan Allah membuat Nabi bahagia dan bangga.

– Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘Anhu

Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘Anhu juga merupakan seorang sahabat sekaligus sepupu dan menantu Nabi semenjak kecil beliau dijaga dan diasuh oleh Nabi. Ia termasuk sahabat kecil yang pertama kali masuk dalam agama Islam dan membantu dakwah Nabi. Beliau selalu bersama Nabi sampai pada akhirnya Allah betul-betul menjadikannya sebagai suami dari Putri nabi yang bernama Fatimah Rhadiyallahu ‘Anha. Antara nabi dan Ali Bin Abi Thalib Radiyallahu ‘Anhu seperti hubungan antara Nabi Musa dan Harun ‘Alaihimas Salam hanya saja tidak ada nabi setelah Baginda.

Ali Bin Abi Thalib yang selalu bersama Nabi sudah pasti mengetahui aturan dan Sunnah-sunnah Nabi dalam kehidupan. Dia merupakan orang yang pasti menerapkan serta mengindahkan Sunnah Nabi. Mengapa tidak, Ali Bin Abi Thalib adalah orang yang pertama menganut agama Islam dari kalangan anak-anak, sehingga tidak satupun kaum muslimin yang masuk ke dalam agama Islam melainkan sahabat Ali mendapatkan bagian darinya, karena beliau mencontohkan sunnah yang terindah dalam kehidupan.

REFERENSI:

Diringkas oleh               : Asandri (pengajar di ponpes darul Qur’an wal Hadits Ogan Komering Ulu timur sumsel)

Judul                              : Potret Para Sahabat dalam Berpegang Teguh kepada As-Sunnah

Judul Buku                    : Bahagia Dengan Sunnah Nabi

Cetakan                         : Cetakan Pertama 2023

Penerbit                        : Dar Al-Furqon

Penulis                           : Dr. Ariful Bahri, MA

[1] Lihat: Tafsir Al Qurthubi (1/60)

Baca juga artikel:

Ibu Madrasah Pertama dan Utama

Hari Raya Ummat Islam

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.