Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

PENYIMPANGAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

penyimpangan-dalam-kehidupan-manusia

Penyimpangan dalam Kehidupan manusia, Alloh menciptakan makhluk agar mereka beribadah kepada mereka. Alloh persiapkan rejeki bagi mereka yang dapat membantu mereka untuk beribadah kepada-Nya. Alloh berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzâriyât: 56-57).

Manusia secara fitroh mengakui sifat uluhiyyah Alloh, yaitu bahwa Alloh yang berhak untuk disembah. Dia akan mencintai Alloh, menyembahnya serta tidak mensyirikkannya dengan suatu apapun. Akan tetapi fitroh tersebut terusak dan disimpangkan oleh syetan dari kalangan jin dan manusia. Tauhid telah tertanamkan di dalam fitroh manusia, sedangkan kesyirikan datang dan merusaknya. Alloh berfirman:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Alloh; (tetaplah atas) fitroh Alloh yang telah menciptakan manusia menurut  fitroh itu. Tidak ada peubahan pada fitroh Alloh. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”  (QS. Ar-Rûm: 30)

Rosululloh bersabda:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ  أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak yang dilahirkan berada di atas fitroh, lalu kedua orang tuanya yang menjadikannya yahudi, nasroni atau majusi.” [1]

Agama sejak Nabi Adam hingga masa anak keturunannya berabad-abad lamanya adalah agama Islam. Alloh berfirman:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ

“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Alloh mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan.” (QS. Al-Baqoroh: 213)

Pertama kali terjadi kesyirikan dan penyimpangan dari aqidah yang lurus adalah pada masa kaum Nabi Nuh.  Maka Nuh adalah rosul yang pertama, Alloh berfirm an:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang setelahnya.” (QS. An-Nisâ’: 163)

Ibnu Abbas berkata: “Masa antara Adam dan Nuh adalah sepuluh abad, seluruh manusia berada di atas agama Islam.”

Maka pengutusan para nabi sebabnya adalah penyelisihan yang terjadi terhadap agama yang benar, sebagaimana orang-orang Arab setelah diutusnya para nabi tersebut berada di atas agama Nabi Ibrohim hingga datanglah Amr bin Luhay Al-Khuzâ`i yang kemudian mengubah-ubah ajaran agama Ibrohim. Ia mendatakan berhala-berhala ke negeri Arab hingga sampai ke Hijaz dengan cara tertentu sehingga berhala-berhala tersebut disembah selain Alloh dan kesyirikan pun menyebar di negeri yang suci dan yang berdekatan dengannya. Hal tersebut berlanjut hingga Alloh mengutus Nabi Muhammad n sebagai penutup para nabi. Beliau menyeru manusia untuk  menyembah Alloh dan mengikuti agama Ibrohim, beliau berjuang di jalan Alloh dengan sebenarnya hingga kembalilah aqidah serta agama Ibrohim, berhala-berhala di hancurkan dan Alloh menyempurnakan dengannya agama ini.  Alloh menyempurnakan dengan Nabi Muhammad n kenikmatan-Nya bagi alam semesta.

Kenikmatan ini dirasakan generasi-generasi pertama umat ini hingga menyebarlah kejahilan diantara generasi-generasi yang datang belakangan dan tercampur dengan berbagai ajaran agama yang lain. Maka kesyirikan pun kembali kepada kebanyakan umat ini disebabkan oleh para penyeru kesesatan dan disebabkan oleh pembangunan-pembangunan di atas kuburan untuk menggambarkan pengagungan terhadap para wali serta orang-orang sholih. Dengan atas nama cinta kepada para wali dan orang-orang sholih maka dibangunlah kuburan-kuburan dan dijadikan sebagai berhala yang disembah selain Alloh dengan berbagai macam amalan, berupa doa, permohonan pertolongan, penyembelihan dan nadzar untuk makam-makam mereka. Orang-orang yang melakukan kesyirikan tersebut menamakan kesyirikan sebagai tawasul dengan orang-orang sholih serta sikap menampakkan rasa cinta kepada mereka bukan sebagai ibadah kepada orang-orang sholih tersebut menurut mereka. Orang-orang yang berbuat kesyirikan tersebut lupa atau pura-pura lupa, atau tidak mengetahui atau pura-pura tidak mengetahui perkataan orang-orang musyrik pada zaman dahulu yang Alloh beritakan dalam Al-Qur’an:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Alloh (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat- dekatnya.” (QS. Az-Zumar: 3)

Bersamaan dengan adanya kesyirikan yang terjadi dikalangan manusia pada zaman dahulu dan sekarang, kebanyakan mereka percaya terhadap tauhid rububiyyah. Sesungguhnya kesyirikan mereka dalam hal ibadah, sebagaimana firman Alloh:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Alloh, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Alloh (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf: 106).

Tidak ada yang mengingkari keberadaan Alloh kecuali sekelompok kecil manusia, seperti Fir`aun, serta orang-orang ateisme pada zaman sekarang. Pengingkaran mereka disebabkan karena kesombongan mereka, sesungguhnya mereka mengakui keberadaan Alloh dalam hati mereka, sebagaimana firman Alloh:

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

“Dan mereka mengingkarinya karena kezholiman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (QS. An-Naml: 14).

Akal pikiran mereka mengakui bahwa semua makhluk sudah pasti memiliki Dzat yang menciptakannya, dan semua yang ada sudah pasti ada yang membuatnya. Alam yang begitu teratur dengan detail ini sudah pasti ada yang mengaturnya yang Maha Bijaksana, Maha Mampu dan Maha Mengetahui. Orang yang mengingkari hal tersebut bisa jadi ia adalah ornag yang kehilangan akal, atau karena kesombongan dirinya yang telah menutupi akalnya serta menjadikannya sebagai orang yang bodoh.

Pengertian syirik:

Syirik adalah menjadikan sekutu bagi Alloh dalam hal sifat rububiyyah dan uluhiyyah. Kebanyakan kesyirikan yang terjadi dalam hal uluhiyyah, dengan berdoa kepada selain Alloh bersamaan dengan doa kepada Alloh atau memberikan sebagian macam ibadah kepada selain Alloh tersebut. Seperti penyembelihan, nadzar, rasa takut, berharap, dan rasa cinta. Kesyirikan adalah dosa yang paling besar, hal tersebut disebabkan oleh beberapa perkara:

  1. Kesyirikan merupakan sikap menyerupakan makhluk dengan Alloh yang Maha Pencipta dalam hal uluhiyyah yang merupakan kekhususan-Nya. Orang yang berbuat syirik telah menyerupakannya dengan Alloh, dan hal ini merupakan kezholiman yang paling besar. Alloh berfirman:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezholiman yang besar.” (QS. Luqman: 13).

Kezholiman berarti meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, maka barangsiapa yang beribadah kepada selain Alloh sungguh ia telah meletakkn ibadah tidak pada tempatnya, ia berikan ibadah tersebut kepada yang tidak berhak untuk diibadahi, dan hal tersebut merupakan kezholiman yang terbesar.

  1. Alloh memberitahukan bahwa orang yang berbuat kesyirikan dan tidak bertaubat maka ia tidak akan mendapatkan ampunan dari Alloh. Alloh berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. “ (QS. An-Nisâ’: 38).  

  1. Alloh mengabarkan bahwa surga diharamkan bagi orang musyrik, ia kekal di dalam neraka sebagaimana firman Alloh:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zholim itu seorang penolongpun. “  (QS. Al-Maidah: 72).

  1. Kesyirikan menggugurkan seluruh amalan, sebagaimana firman Alloh:

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Seandainya mereka mempersekutukan Alloh, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. “  (QS. Al-An`âm: 88).

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. “ (QS. Az-Zumar: 65)

  1. Kesyirikan adalah dosa besar yang paling besar. Rosululloh bersabda:

“Maukah aku beritahukan kepada kalian mengenai dosa besar yang paling besar?”Kami mengatakan: “Ya wahai Rosululloh.” Beliau bersabda: “Berbuat syirik kepada Alloh, dan durhaka kepada orang tua.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Qoyyim mengatakan[2]: Alloh mengabarkan bahwa tujuan di penciptaan dan perintah adalah untuk mengenalkan nama dan sifat-sifat-Nya serta agar Alloh semata yang disembah tidak ada sekutu bagi-Nya, dan agar orang melakukan keadilan yang karenanya langit dan bumi tegak. Sebagaimana Alloh berfirman:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ    

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rosul-rosul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. Al-Hadid: 25).

Alloh memberitahukan bahwa Dia mengutus para rosul dan menurunkan kitab-kitab-Nya agar orang-orang menegakkan keadilan, dan keadilan yang terbesar adalah tauhid yang merupakan puncak keadilan serta tonggak keadilan, sementara syirik merupakan kezholiman sebagaimana firman Alloh:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

“Sesungguhnya kesyirikan adalah kezholiman yang besar.” (QS. Luqmân: 13).

Kesyirikan adalah kezholiman yang paling besar sementara tauhid adalah keadilan yang terbesar. Perbuatan yang paling berlawanan dengan tujuan ini (yaitu beribadah kepada Alloh semata) merupakan dosa besar yang paling besar.”

  1. Bahwa membutuhkan sekutu merupakan kekurangan serta aib yang telah Alloh sucikan diri-Nya dari hal tersebut, maka barangsiapa yang mensekutukan Alloh dengan sesuatu sungguh ia telah menetapkan sesuatu yang telah Alloh sucikan diri-Nya darinya.

Macam-macam kesyirikan:

Yang pertama:

Syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama serta mengekalkannya di dalam neraka apabila ia meningga dan belum bertaubat. Syirik besar adalah memberikan berbagai macam ibadah kepada selain Alloh, seperti berdoa, mendekatkan diri dengan menyembelih, dan bernadzar untuk selain Alloh baik untuk kubur, jin maupun syetan. Demikian juga yang termasuk dalam syirik besar adalah takut kepada orang yang mati, takut kepada jin atau syetan jikalau mereka memberikan madhorot atau menjadikannya sakit dan lain sebagainya. Demikian juga berharap kepada selain Alloh dalam perkara yang tidak mampu dilakukan oleh selain Alloh, berupa tertunaikannya berbagai hajat, serta menghilangkan musibah. Alloh berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

“Dan mereka menyembah selain daripada Alloh apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Alloh.” (QS. Yunus: 18)

Jenis kesyirikan yang kedua:

Syirik kecil yang tidak mengeluarkan dari agama, akan tetapi mengurangi tauhid, dan hal tersebut sebagai sarana menuju syirik besar. Syirik kecil ada dua macam,

yang pertama:

Syirik yang kelihatan nampak, kesyirikan tersebut berupa lafazh dan perbuatan. Syirik yang berupa lafazh seperti bersumpah dengan nama selain Alloh. Rosululloh n bersabda:

[1] Riwayat Abu Huroiroh dalam kitab Shohih Bukhori dan Muslim.

[2] Al-Jawâbul Kâfî, hal. 109.

Referensi: Diambil dari Majalah Lentera Qolbu

 

Baca juga artikel berikut:

PERANAN RUMAH BAGI KELUARGA MUSLIM

BAHAYA KEBIASAAN BERHUTANG

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.