Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Ruh Manusia Yang Telah Meninggal

ruh manusia meninggal

Ruh Manusia Yang Telah Meninggal – Semua ruh manusia dan jin dikumpulkan di alam barzakh, namun tempat, kedudukan dan keadaan keadaan mah berbeda-beda. Ruh orang-orang yang beriman dan beramal shalih bertingkat-tingkat berdasar kadar iman dan amal shalih mereka saat masih hidup di alam dunia. Demikian pula keadaan orang-orang kafir dan fasik. Berikut ini kami bahas tempat-tempat ruh manusia yang telah meninggal. Mudahan-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dan faedah.

Dimanakah ruh manusia yang telah meninggal?

1. Ruh para Nabi dan Rasul

Ruh para Nabi dan Rasul berada di ‘Illiyyin, di Al-Mala Al-A’la atau alam yang tinggi, yaitu di sisi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih, bahwa ruh Nabi akan diangkat ke sisi Allah (Ar-Rafiq Al-A’la). Dari Aisyah, dia berkata, “Saat Rasulullah masih sehat. beliau pernah bersabda “Tidaklah ada seorang Nabi pun yang diwafatkan, melainkan kepadanya telah diperlihatkan tempatnya kelak di surga, kemudian dia diberi kesempatan memilih (untuk hidup di dunia lebih lama lagi atau diwafatkan untuk mendapatkan tempatnya di surga)’. Ketika beliau mengalami detik-detik terakhir hidup beliau dan kepala beliau berada di atas paha saya, beliau pingsan beberapa saat, kemudian tersadar kembali dan memandang ke arah atap rumah seraya bersabda, “Ya Allah, (aku memilih) Ar-Rafiq Al-A’la (Kawan yang paling Tinggi)[1]. Tingkatan mereka juga berbeda-beda, sebagaimana yang disaksikan oleh Nabi pada malam Al-Isra’.

2. Ruh orang-orang yang mati syahid

Ruh orang-orang yang mati syahid berada di tembolok burung-burung hijau, yang bebas terbang ke sana ke mari di surga, meminum air dari sungai-sungai surga dan memetik segala jenis buah yang ada. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُون

Artinya: “Dan janganlah engkau sekali-kali mengira orang- orang yang terbunuh di jalan Allah itu adalah orang-orang yang mati. Justru, mereka tetap hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat limpahan rezeki.”[2]

Rasulullah juga menerangkan hal ini sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits:

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ أُصِيبَ حَارِثَهُ يَوْمَ بَدْرٍ وَهُوَ غُلَامٌ فَجَاءَتْ أُمُّهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَدْ عَرَفْتَ مَنْزِلَةَ حَارِثَةَ مِنِّي فَإِنْ يَكُن في الجنَّةِ أَصْبِرُ وَأَحْتَسِبْ وَإِنْ تَكُ الْأُخْرَى تَرَى مَا أَصْنَعُ فَقَالَ وَيُحَكِ أَوَهَبِلْتِ أَوَجَنَّةً وَاحِدَةً هِيَ إِنَّهَا جِنَانٌ كَثِيرَةٌ وَإِنَّهُ فِي جَنَّةِ الْفِرْدَوْسِ

Artinya: “Dari Anas bin Malik, dia berkata, “Haritsah terbunuh pada saat perang Badar, padahal saat itu dia masih anak-anak. Maka ibunya datang kepada Rasulullah dan surga, bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda telah mengetahui betapa saya sangat mencintai anakku, Haritsah. Jika dia berada di surga, saya akan bersabar dan mengharapkan pahala Allah. Namun apabila dia tidak berada di sungguh Anda akan melihat apa yang aku perbuat (meratapinya).” Rasulullah bersabda, “Bagaimana engkau ini? Apakah engkau mengira surga itu hanya satu? Surga itu ada banyak tingkatan, dan anakmu berada pada surga Firdaus (surga yang tertinggi).”[3]

عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ سَأَلْنَا عَبْدَ اللَّهِ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ ( وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ( قَالَ أَمَا إِنَّا قَدْ سَأَلْنَا عَنْ فَقَالَ أَرْوَاحُهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا فَنَادِيلُ مُعَلَّقَةُ بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ مِنْ الجنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ

Artinya: Masruq berkata, “Kami pernah bertanya kepada Abdullah bin Mas’ud tentang ayat “Dan janganlah engkau sekali-kali mengira bahwasanya orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu adalah orang-orang yang mati. Justru, mereka tetap hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat limpahan rezeki.” (Ali Imran (3): 169), maka dia menjawab, “Kami juga pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah, maka beliau menjawab, “Ruh-ruh mereka berada di dalam tembolok burung yang hijau, yang bergelantungan pada lampu-lampu yang digantungkan dengan ‘Arsy. Mereka terbang ke surga bagian mana saja yang mereka kehendaki, kemudian mereka kembal bertengger pada lampu-lampu tersebut,[4]

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم لها أُصِيبَ إِخْوَانُكُمْ بِأُحُدٍ جَعَلَ اللَّهُ أَزْوَاحَهُمْ فِي جَوْفِ عَنِي خُضْرٍ تَرِدُ أَنْهَارَ الْجَنَّةِ تَأْكُلُ مِنْ ثِمَارِهَا وَتَأْوِي إِلَى فَنَادِينَ ذَهَبٍ مُعَلَّقَةٍ فِي ظِلَّ الْعَرْشِ

Artinya: Dari Ibnu Abbas, dia berkata, Rasulullah bersabda, “Ketika saudara-saudara kalian terbunuh dalam perang Uhud Allah menempatkan ruh-ruh mereka di dalam tembolok burung yang hijau. Mereka meminum air dari sungai-sungai di surga, makan dan kemudian kembali kepada lampu-lampu dari emas yang bergantungan dengan naungan ‘Arsy.[5]

3. Ruh Ja’far bin Abi Thalib

Jafar bin Abu Thalib gugur sebagai syahid dalam perang Mu’tah melawan tentara Romawi. Dalam perang dahsyat tersebut, kedua tangannya terputus karena ditebas oleh musuh, maka Allah menggantikan kedua tangannya yang terputus tersebut dengan dua sayap yang dapat digunakan untuk terbang di surga sekehendak hatinya. Sebagaimana dijelaskan oleh hadits yang shahih:

بجناحين رَأَيْتُ جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِب مَلَكًا يطير مع الملائكة

Artinya: “Aku melihat Ja’far bin Abi Thalib dalam wujud seorang malaikat yang di surga dengan kedua sayapnya bersama para malaikat yang lain.[6]

4. Ruh sebagian orang yang mati syahid tertahan

Tidak semua ruh orang yang mati syahid berada pada tembolok burung hijau yang bergelantungan pada lampu di ‘Arsy, dan bebas beterbangan di dalam surga untuk minum dan makan sepuasnya. Sebagian ruh orang yang mati syahid terpaksa tertahan di depan pintu surga, karena mempunyai tanggungan yang belum dia tunaikan. Di antaranya ada yang tertahan di pintu surga karena mempunyai hutang yang belum dia bayarkan. Ada pula yang tertahan karena mengambil harta perang yang belum dibagi oleh pimpinan pasukan.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

Dari Muhammad bin Abdullah bin Jahsy bahwa ada seorang lelaki yang datang menemui Nabi dan berkata, “Wahai Rasulullah! Apa yang akan kudapatkan bila aku terbunuh di jalan Allah?” Nabi menjawab, “Surga.” Ketika orang itu pergi, beliau meneruskan, “Kecuali bila dia berhutang. Baru saja Jibril membisikkannya kepadaku.”[7]

Dari Muhammad bin Jahsy bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ رَجُلًا قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أَحْيَ ثُمَّ قُتِلَ ثُمَّ أُحْيِيَ ثُمَّ قُتِلَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنَّةَ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ

Artinya: “Demi Allah yang nyawaku berada di tangan-Nya, seandainya ada sseseorang laki-laki yang terbunuh di jalan Allah, kemudian dia dihidupkan lagi, kemudian dia terbunuh lagi, kemudian dia dihidupkan kembali, kemudian dia terbunuh lagi, sementara dia mempunyai hutang yang harus dia bayar, niscaya dia tidak akan masuk surga sehingga hutangnya dibayar.”[8]

5. Ruh sebagian syuhada’ berada pada pintu surga

Ada ruh sebagian syuhada’ yang tempat tinggalnya pintu Jannah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

عن ابن عباس قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهَرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ يَخْرُجُ عَلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنْ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَعَشِيًّا

Artinya: Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah bersabda, “Orang-orang yang syahid berada dalam sungai berkilau pintu Jannah dalam sebuah kemah hijau. Mereka diberi makan dari makanan surga setiap pagi dan sore.[9]

6. Ruh orang mukmin yang shalih

Ruh orang mukmin yang shalih akan berada pada burung hijau yang bergelayutan pada pepohonan surga. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits:

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إنَّمَا نَسَمَةُ الْمُؤْمِنِ طَائِرٌ يَعْلُقُ فِي شَجَرِ الْجَنَّةِ يُرْجِعَهُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ

Artinya: “Dari Ka’ab bin Malik bahwasanya Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya jiwa orang yang beriman itu aben berada pada seekor burung yang bergelayutan pada pepohonan surga. Demikianlah keadaannya sehingga Allah mengembalikannya kepada tubuhnya pada hari kebangkitan.[10]

7. Di antara ruh orang mukmin, ada yang tertahan di depan pintu surga dan ada pula yang tetap menanti di kubur mereka sampai datangnya hari kebangkitan

8. Ruh anak-anak umat Islam yang meninggal saat kecil

Ruh anak-anak umat Islam yang meninggal saat kecil berada di surga. Mereka diasuh oleh Nabi Ibrahim dan istrinya, Sarah, sampai hari kiamat kelak. Tatkala orang tua mereka kelak masuk surga, barulah Nabi Ibrahim menyerahkan mereka kepada orang tuanya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda:

ذَرَارِيُّ الْمُسْلِمِينَ فِي الجَنَّةِ يَكْفُلُهُمْ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْه السلام

Artinya: “Anak-anak kaum muslimin (yang meninggal di waktu kecil) berada di dalam surga. Mereka diasuh oleh Nabi Ibrahim.” [11]

Dan juga sabda beliau Shallallahu Alaihi Wasallam:

مال المُسْلِمِينَ في جَبل في الجنَّةِ يَكْفَلُهُمْ إِبْرَاهِيمُ و سارة حتى يَدْفَعُوهُمْ إِلَى آبَائِهِمْ يَومَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Anak-anak umat Islam (yang meninggal sebuah gunung saat kecil berada) Mereka diasuh oleh Nabi Ibr dalam surga. dan istrinya, Sarah, sampai saat mereka (para malaika) menyerahkannya kepada orang tuanya pada hari ham kelak.” [12]

9. Ruh anak-anak orang kafir dan musyrik yang meninggal saat masih kecil

Pendapat yang lebih kuat menyatakan bahwa ruh me berada di dalam surga, diasuh oleh Nabi Ibrahim. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

وَأَمَّا الرَّجُلُ الطَّوِيلُ الَّذِي فِي الرَّوْضَةِ فَإِنَّهُ إِبْرَاهِيمُ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَّا الْوِلْدَانُ الَّذِينَ حَوْلَهُ فَكُلُّ مَوْلُودٍ مَاتَ على الْفِطْرَةِ قَالَ فَقَالَ بَعْضُ الْمُسْلِمِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَوْلَادُ المُشْرِكِينَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَوْلَادُ المشركين

“Adapun lelaki yang tinggi di kebun adalah Nabi Ibrahim. Dan anak-anak kecil di sekitarnya adalah setiap anak yang meninggal dalam fitrahnya.” Sebagian sahabat bertanya: “Wahai Rasululah! Bagaimana dengan anak-anak orang- orang musyrik?” Beliau menjawab: “Demikian juga dengan anak-anak kaum musyrikin.” [13]

10. Ruh yang terkurung di dalam kuburnya

Seperti hadits tentang pemilik selendang yang dia curi dari harta rampasan kaum muslimin, lalu dia mati Syahid. Orang-orang berkata, “Sungguh senangnya dia masuk Jannah.” Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam justru bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya selendang yang dicurinya dari rampasan perang itu akan menyala sebagai api dalam kuburnya.” [14]

11. Ruh para pezina akan diletakkan di atas tungku api yang membara

12. Ruh orang-orang yang memakan harta riba

Ruh para pemakan riba akan dimasukkan ke dalam sungai darah, setiap kali mereka akan berenang menuju ke tepian, maka di tiap tepi sungai darah busuk itu telah berdiri para penjaga yang siap dengan batu-batu besar di tangannya, dilemparnya laki-laki dan wanita pemakan riba itu, hingga tubuh mereka terdorong lagi ke tengah-tengah sungai. Tak terhitung berapa liter dan nanah yang mereka minum. Perut mereka membuncit hingga sebesar rumah, mereka tak mampu berjalan kecuali seperti berjalannya orang mabuk yang sempoyongan, yang sedang kerasukan setan. Mereka tidak berjalan dengan kaki-kaki mereka, namun mereka berjalan dengan perut-perut mereka yang membuncit.

13. Ruh orang-orang kafir

Ruh orang-orang kafir ditolak oleh langit. Ketika para malaikat membawa ruhnya ke langit, para malaikat penjaga langit enggan membukakan pintu untuknya. Maka Allah memerintahkan kepada para malaikat tersebut untuk mencampakkan ruh yang keji dan berbau busuk tersebut ke bagian bumi yang paling dalam dan rendah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari sahabat Bara’ bin Azib: “Sesungguhnya manakala seorang hamba yang kafir sedang berada pada detik-detik terakhir kehidupannya & dunia dan akan memasuki gerbang kehidupan akhirat, para malaikat yang hitam legam wajahnya turun kepadanya dari langit dengan membawa kain tenunan yang kasar. Mereka kemudian duduk di sekeliling orang kafir itu sejauh mata Setelah itu malaikat maut datang hingga duduk di sisi kepalanya, dan berkata, ‘Wahai jiwa yang keji, keluarlah kebencian Allah dan murka-Nya.”

Nyawanya lalu dipisah-pisahkan dari badannya dan dicabut dengan keras, bagaikan besi tusukan sate dicabut dan kain bulu yang masih basah. Malaikat maut segera menyambut nyawanya, namun belum sekejap mata nyawa itu berada di tangannya, para malaikat yang hitam legam wajahnya itu segera mengambilnya dan meletakkannya di atas kain tenunan kasar, sehingga darinya keluar bau busuk yang melebihi seluruh bau busuk bangkai yang pernah ada di muka bumi. Para malaikat itu membawa nyawanya ke langit, dan tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat pun melainkan mereka bertanya, “Nyawa siapakah yang sangat keji ini?”

Para malaikat yang membawanya menjawab, “Nyawa falan bin fulan”, sembari menyebutkan nama panggilannya yang terburuk kala masih hidup di dunia. Mereka terus membawanya hingga sampai ke langit dunia, maka mereka meminta dibukakan pintu langit dunia, namun pintu langit dunia tidak dibukakan untuknya.” Rasulullah kemudian membacakan ayat: ‘Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit, dan mereka tidak akan memasuki surga sehingga unta bisa masuk ke dalam lubang jarum’. (Al-A’râf [7]: 40). Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, ‘Tulislah buku catatan amalnya di Sijjin pada lapisan bumi yang terendah!’ Kemudian nyawanya dilemparkan dengan keras. Rasulullah lantas membaca ayat, ‘Dan barangsiapa menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah dia seakan-akan jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh tempat yang jauh’. (QS. Al-Hajj [22]: 31). 51)

14. Ruh yang tertahan dalam tanah

Ada juga ruh yang terkurung dalam tanah, sehingga tidak bisa naik ke Al-Mala Al-A’la, karena ruh itu memang ruh rendahan, ruh tanah. Jiwa “tanah” tidak akan dapat bersentuhan dengan jiwa langit, sebagaimana di dunia, kedua ruh itu pun tidak dapat bertemu. Jiwa yang di dunia tidak pernah mendapatkan ma’rifat terhadap Rabb-nya, tidak pernah senang berdzikir kepada-Nya, tentram dan s mendekatkan diri kepada-Nya, namun justru akrab deng bumi yang rendah (hidup keduniaan), setelah terlepas d jasadnya dia akan kembali ke bumi juga.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

لا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِينٍ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِينُ كِتَابٌ مَرْقُومُ وَيْلٌ يَوْمَيذٍ لِلْمُكَذِّبِين

Artinya: “Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab yang durhaka tersimpan dalam Sijjin. Ttahukah kamu apakah Sijjin itu? lalah kitab yang bertulis. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.” [15]

Sebagaimana jiwa yang tinggi, yang selama di dunia selalu beribadah kepada Allah, selalu cinta kepada-Nya, selalu berdzikir kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya, tenteram dan khusyu menghadap-Nya, maka pada saat berpisah dengan badan, dia akan bersatu dengan ruh-ruh tinggi yang sesuai dengannya. Orang akan dikumpulkan bersama idolanya di alam barzakh dan di hari kiamat Allah menyandingkan hamba yang satu dengan yang lain di alam barzakh di hari akhir nanti. Ruh mukmin dikumpulkan dengan ruh yang baik, yakni ruh-ruh yang baik dan sejenis. Setelah berpisah dengan badan, ruh-ruh akan berkumpul bersama teman-teman sejenisnya, rekan- rekan dan sahabat-sahabat yang sama amalannya dengan mereka, di akhirat sana.

 

Referensi:

Abu Fatiah Al Adnanaii. 2016. Misteri Alam Barzakh. Surakarta: Granada

Diringkas oleh:

Shofwah (Pengajar Ponpes Darul Quran Wal Hadits OKU Timur)

[1] HR. Bukhari no. 4083 dan Muslim no. 4476

[2] Ali Imrân [3]: 169

[3] HR Bukhari Kitab Al-Jihad no. 3683.

[4] HR. Muslim no. 3500

[5] HR. Abu Daud no 2158. Ahmad no. 2267. dan Al-Hakim no. 2400. Dinyatakan shahih oleh Hakim dan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami Ash-Shaghir no. 5205

[6] HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim no 4923, Abu Ya’la, Al-Khathib, Abu Hafsh Al-Kattani, da Adh-Dhiya’ Al-Maqdisi Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1226 dan Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3465.

[7] HR. Ahmad no. 16616

[8] HR. An-Nasai no. 4605

[9] HR. Ahmad no 2268 dan Al-Hakim no. 2362. Dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3742

[10] HR Ibnu Majah no. 4261 dan Ahmad 15217, Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 2372

[11] HR. Ahmad no. 7974, Al-Hakim no. 3356, dan Ibnu Hibban no. 7536. Dinyatakan dalam Shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3428

[12] HR. Abu Nu’aim Al-Asbahani, Ad-Dailami, Ibnu Asakir, dan Abdul Ghani Al-Maqdisi. Dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1467 dan Shahih Al-Jami Ash-Shaghir no. 1023.

[13] HR. Bukhari no. 6525

[14] HR. Bukhari, kisah penaklukan Khabar

[15] Al- Muthaffifin [83]: 7-10

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.