
Menahan Marah Dan Memberi Maaf – Perbuatan tidak menyenangkan begitu banyak berseliweran di dunia. Ditipu, Diperalat, Dituduh, Dihina, Difitnah, Digunjing dan sederajat kejahatan lisan maupun fisik. Menyingkapinya dengan marah? Itu bisa terjadi, maupun menahan marah dan memberi maaf.?
Seseorang yang melempar fitnah dan teror ketika di balaspun sulit menahan marah. Tidak jarang justru melaporkan pada polisi dengan dalil pencemaran nama baik. Tidak cukup dengan itu masih menuntut agar lawanya membayar sejumlah uang.
Menahan marah memang tidak mudah, apalagi memberi maaf. Bagi yang menerima balasan saja sulit apalagi bagi yang statusnya murni korban. Namun sesungguhnya menahan marah dan memberi maaf merupakan ahklak yang mulia. Karena itu si empunyapun akan menuai taburan keutamaan dan pahala.
Ketika Allah menderitakan sebagian karakter orang bertakwa, Dalam firmanya :
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. ( QS Ali-Imran : 134 )
Tentang karakter kedua tersebut Al-Hafiz Ibnu Katsir berkata : Saat timbul rasa marah, mereka orang-orang bertakwa berusaha menahan diri, tidak berbuat jelek sedikit kepada orang lain. Hal itu mereka lakukan semata-mata mengharap pahala Allah.
Sementara tentang karakter ketiga, Syaikh Abdurrahman bin Nasr As-Sa’di berkata: Pemberian maaf disin bersifat umum yaitu terdapat semua orang yang telah menyakitimu, baik dengan perkataan dan perbuatan. Al-Afwu ( Memberi Maaf )tingkatannya lebih tinggi dibandingkan Al-Khazm ( Menahan marah ). Karena Al-Afwu berarti tidak melakukan pembalasan kepada orang yang telah menzalimi disertai sikap lapang dada ( tanpa menyimpan rasa dongkol ), sedangkan Alkazm ( Menahan marah )bisa jadi masih disertai rasa dongkol atau dendam di hati.
Sifat tadi hanya dimiliki oleh orang yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji dan menjauhkan diri dari ahklak yang tercela, kepada sesame hamba bersikap lembut, berbuat kebaikan, tidak suka kalau mereka mendapatkan kejelekan, dan suka memberi maaf.
Syaihk Abdurrahman As-Sa’di berkomentar tentang ayat tersebut, “ Insan ada dua macam, yaitu insan dalam beribadah kepada Allah, dan Insan kepada mahluk. Insan kepada Allah adalah sebagaimana yang telah dijelaskan Rasulullah didalam sabdahnya : Engkau menyembah Allah seakan-akan melihatnya, dan kalau engkau tidak bisa melihatnya maka sesungguhnya pasti melihat engkau.
Adapun berbuat insan kepada sesama mahkluk Allah adalah dengan memberikan segala manfaat baik yang bersifat duniawi maupun uhkrowi dan mencega segala kejelekan yang akan merusak urusan agama dan dunia mereka. Termasuk juga memerintahkan mereka berbuat makruf dan melarang dari melakukan kemungkaran, mengajari yang bodoh dan mengingatkan yang lalai di antara mereka, memberi nasehat kepada mereka dan berusaha menjaga kebutuhan mereka, menyalurkan sedekah-sedekah dan infaq baik yang wajib maupun yang mustahab kepada mereka. Bermurah hati, tidak mengganggu, dan bersabar atas segala macam gangguan juga termasuk insan. Sebagaimana sifat-sifat orang yang bertakwayang Allah sebutkan didalam ayat-ayat ini.
Tidak melakukan pembelaan terhadap diri baik dengan ucapan maupun perbuatan memang bukan perkara yang mudah. Bersabar, berlapang dada, memberi maaf, dan membalas kejelekan dengan kebaikan lebih sulit lagi dan lebih berat. Akan tetapi akan menjadi ringan bagi orang yang Allah beri kemudahan, yang selalu berusaha melatih diri memiliki sifat-sifat tersebut dan selalu memohon pertolongan kepada Allah untuk mampu mewujudkanya. Apabila seseorang telah bisa merasakan manisnya dari buah-buah diatas, maka akan menghadapi gangguan dengan lapang dada dan terbuka. Bahkan akan melaluinya dengan penuh kenikmatan dan kelezatan.”
Pesan-pesan Rasulullah.
Rasulullah yang mengemban misi penyempurnaan ahklak mulia banyak memberika contoh yang mengagungkan. Jadi berbagai pesan Rasulullah bukan sekedar pesan kosong tanpa contoh yang nyata. Berikut adalah sebagai pesan Rasulullah tentang menahan marah dan memberi maaf.
- Hadist Abu Hurairah bahwa nabi bersabda :
ليس الشديد بالصّرعة و لكنّ الشّديد الّذي يملك نفسه عند الغضب
“ Orang hebat itu bukanlah orang yang jago berkelahi, akan tetapi orang yang hebat itu adalah orang yang bisa menguasai diri ketika sedang marah.” (HR Muslim)
- Dari Humaid bin Abdurrahman dari seseorang shabat Nabi dia berkata : Wahai Rasulullah , berikanlah nasihat kepadaku. Rasulullah pun bersabda :
لا تغضب
“ Janganlah engkau marah” (HR Bukhari)
- Hadist Muadz bin Anas dari bapaknya bahwa Rasulullah bersabda :
من كظم غيظا وهو قادر على أن ينفّذه دعاه الله على رؤوس الخلائق حتى يخيّره من أيّ الحور شاء
“ Barang siapa yang menahan marahnya padahal dia mampu untuk melampiaskanya, niscaya Allah akan memanggilnya pada hari kiamat dengan disaksikan oleh semua mahkluk hingga Allah mempersilahkanya memilih bidadari yang ia suka.” (HR Ahmad)
- Hadist ubai bin Ka’ab bahwa Rasulullah bersabda :
من سرّه أن يشرّف له البنيان وترفع له الدّرجات فليعف عمّن ظلمه ويعط من حرّمه ويصل من قطعه
“Barang siapa yang merasa senang dibikinkan bangunan-bangunan dan ditinggikan derajatnya di surga, maka hendaknya ia memaafkan orang yang telah menzaliminya, memberi sedekah kepada orang yang tidak mau memberi kepadanya, dan mengunjungi orang yang memutuskan tali persaudaraan denganya. (HR Ahmad dalam Musnadnya)
MUTIARA SALAFUSH SHALIH.
Orang-orang terdahulu yang dekat dengan kehidupan Rasulullah banyak yang berhasil belajar kepada perilaku beliau, langsung maupun tidak. Merekalah bagian dari para salafussalih yang banyak meninggalkan kilau mutiara perilaku yang mulia. Berikut beberapa diantaranya.
- Dari Umar bin Khatab beliau berkata, “ Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, dia tidak akan melampiaskan kemarahanya, dan barang siapa yang takut kepada Allah, dia tidak akan berbuat semaunya.
- Suatu hari ada seorang laki-laki yang mencaci maki Ibnu Abbas. Setelah laki-laki itu melampiaskan cacimakianya, Ibnu Abbas berkata “ Wahai Ikrimah, coba tanyakan kepada laki-laki itu, Apakah dia punya kebutuhan sehingga kita bisa membantuny? Mendengar hal itu, lelaki tersebut kemudia terdunduk malu.
- Salah seorang budak Abu Dzar datang kepadanya dengan membawa seekor kambing yang telah dipatahkan kakinya. Abu Dzar lantas bertanya kepadanya, “Siapakah yang telah mematahkan kaki kambing ini ? “ Budak tersebut menjawab, “ Aku yang telah mematahkanya dengan sengaja agar engkau marah dan kemudian kamu memukulku sehingga engkau berdosa dengan hal itu.” Mendengar jawaban budak tersebut, Abu Dzar pun berkata : “ Sungguh aku akan membuat setan yang telah mendorongmu membangkitkan kemarahanmu. “ Kemudian Abu Dzar memerdekakan budak tersebut.”
- Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berkata, “ Dermawan itu ada sepuluh tingkat.” Lalu beliau menyebutkan satu per satu sampai pada tingkatan yang ketujuh beliau berkata,” Dan yang ketujuh adalah darmawan dengan kehormatan diri sebagaimana kedermawanan Abu Dhomdhom, salah satu shahabat Nabi. Abu Dhommam apabila datang di pagi hari dia berdoa” Ya Allah, aku tidak mempunyai harta yang bisa aku sedekahkan, akan tetapi aku hanya mempunyai kehormatan diriku yang akan aku sedekahkan kepada mereka. Maka barang siapa yang mencaciku atau menuduhku, sungguh dia telah aku halalkan. “ Maka kemudia Rasulullah bersabda, “ Siapakah di antara kalian yang bisa seperti Abu Dhamdham.?’’’
Kebaikan apapun bentuknya bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Tersenyum dan ramah kepada sesama muslim saat bertemu, dan inilah amal yang paling mudah tanpa biaya, tidak banyak yang mempraktekkanya. Lebih-lebih prilaku mulia menahan marah dan memberi maaf. Namun bukan berarti tidak bisa, karena ahklak mulia memang mestinya menjadi ahklak setiap muslim. Tinggal bagaimana menata hatin untuk membiasakanya di samping tak lupa menguntai kata dalam doa agar Allah berkenan memudahkan kita untuk mewujudkanya. Sifat-sifat yang telah dijelaskan di muka sebagaimana yang dilakukan Syeihk Abdurrahman merupakan sesuatu yang sangat berat kecuali bagi orang yang telah Allah berikan kemudahan dan taufik, serta berusaha keras untuk bisa memiliki sifat-sifat itu.
Mudah-mudahan Allah memberikan Taufiknya kepada kita semua agar bisa memiliki sifat-sifat diatas. Aamiiin..
DIAMBIL DARI : MAJALAH FATAWA September-Oktober 2007 / Ramadhan-Syawwal
DISALIN OLEH : ABDUL HADI
BACA JUGA :
Ajukan Pertanyaan atau Komentar