KEBAIKAN YANG BANYAK, MAU?

Kebaikan

 

KEBAIKAN YANG BANYAK, MAU?- Segalah puji hanya milik Allah subhanahu wata’ala yang telah menciptakan Kebaikan dan keburukan, Kemudian shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shallahualaihi wa sallam yang telah Gigih berdakwa pada umat ini agar umat tahu mana yang baik dan mana yang buruk dan agar umat ini mendapatkan kebaika di sisiNya.

Kaum muslim yang semoga kita senantiasa di jaga oleh Allah subhanahu wata’ala. Berkaitan denga Kebaikan, siapa diantara kita yang tidak menginginkan Kebaikan, baik dari sisi duniawy atau dari sisi ukhrawy.

bahkan sudah  menjadi tabiat manusia apabilah berbicara tentang Kebaikan pasti ia akan meminta Kebaikan yang banyak, takkalah kita ditawari dengan perkara yang baik, seperti halnya saja jika ada seseorang menawarkan kepada kita untuk diberikan uang, apakah kita akan mengambil yang sedikit jumlahnya atau yang banyak, maka jawabannya tentu kita akan memilih yang banyak.

Sangat jarang sekali kita temui bahkan hampir tidak ada seseorang yang menolak untuk diberi Kebaikan yang banyak dan lebih untuk memilih yang sedikit

 

itu halnya berkaitan dengan duniawy semata, bagai mana jika halnya yang baik tersebut berkaitan dengan akhirat, pahalah, balasan, imbalan nicaya kita akan lebih lagi untuk mendapatkannya. Jika kita temui didalam perkara ini masalah dunia saja sangat amat sedikit yang menolak. lebih tidak wajar lagi jika perkara ini kaitannya dengan akhirat. Maka dari itu bagai mana si untuk mendapatkan Kebaikan yang banyak berupa pahala, imbalan dan ganjaran di sisi Allah subhanahu wa ta’ala,

berikut adalah sebuah hadits yang di riwayatkan oleh imam Buhari dan Muslim, Rasullahu shallahu alaihi wasallam menerangkan dalam hadits qudsi bagaimana cara mendapatkan Kebaikan yang banyak dan memperoleh balasan yang tidak ada batasnya dari Allah subhanahu wataala.

Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi :

إن الله الحسنات والسيئات، ثم بين ذلك: فمن بحسنة فلم يعملها كتبها عنده حسنة كاملة، وإن هم بها

فعملها كتبها الله عنده عشرة حسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة، وإن هم بسيئة فلم يعملها

كتبه الله عنده حسنة كاملة، وإن هم بها فعملها كتبها الله سيئة واحدة.

Artinya:

Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut : Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan. (Riwayat Al Bukhari dan Muslim dalam kedua shahihnya dengan redaksi ini).

 

Hadits qudsi yang mulia ini menunjukkan kemurahan dan kasih sayang Allah yang sempurna kepada manusia. Allah jelaskan bahwa Ia telah menetapkan kebaikan dan keburukan. Lalu memerintahkan malaikat pencatat amalan untuk mencatat keinginan kita berbuat kebaikan dengan satu pahala kebaikan walaupun kita belum melaksanakannya. Sebaliknya bila kita berkeinginan berbuat keburukan dan dosa namun tidak melaksanakannya karena takut kepada Allah maka dicatat sebagai satu kebaikan.

Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat lainnya,

فإنما تركها من جرائي

Artinya:

Ia meninggalkannya hanya karena takut kepadaku”.

 

Hal ini karena keiklasan dan takwanya membuatnya menggagalkan keinginan jelek tersebut dan merubahnya menjadi baik.  Jadilah hal itu menjadi keinginan berbuat kebajikan, karena meninggalkan kemaksiatan adalah kebaikan.

Apabila meninggalkannya hanya karena ketidak mampuan maka tetap dicatat sebagai keburukan dan tidak mendapatkan satu kebaikan.

Hal ini dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dalam sabda beliau,

إذا التقى المسلمان بسيفيهما فالقاتل والمقتول في النار، قالوا يا رسول الله، هذا القاتل فما بال

المقتول؟ قال: إنه كان حريصا على قتل صاحبه

Artinya:

ِ”Apabila dua orang muslim berperang, maka pembunuh dan korbannya di neraka. Mereka (para sahabat) bertanya: Wahai Rasulullah! Pembunuh jelas, lalu bagaimana yang korban? Maka beliau menjawab: Ia masih berniat sungguh-sungguh untuk membunuh temannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu para ulama menyatakan:

“Apabila seorang mampu melakukan sebab kemaksiatan dan dipalingkan darinya sesuatu diluar kehendaknya, maka keinginan berbuat maksiat tersebut dicatat sebagai keburukan dan kemaksiatan. Sedangkan bila kebaikan tersebut dilaksanakan maka Allah membalasnya dengan sepuluh kali lipat sampai kelipatan yang tak terhingga.

Disini nampak jelas bahwa kaum muslimin bertingkat-tingkat dalam meperoleh pahala satu amalan. Ada yang mendapat sepuluh kali lipat, ada juga yang mendapat tujuh ratus kali lipat bahkan ada yang berlipat-lipat ganda lagi.

Hal ini berbeda sesuai dengan perbedaan ilmu dan pengagungan kepada Allah serta kerinduannya kepada akherat.

Oleh karena itu para sahabat menjadi umat terbesar pahalanya dan tertinggi kedudukan.  Demikian juga orang yang berkeinginan berbuat keburukan dan melaksanakannya maka hanya dicatat satu keburukan saja.

Hal ini menunjukkan agungnya rahmat Allah kepada hamba-Nya yang mukmin.

Alangkah celakanya seorang hamba ketika ditimbang amalannya di akherat nanti keburukannya lebih berat dari kebaikannya.

Bagaimana tidak? Allah melipat gandaan pahala kebaikan hingga keingina berbuat baik juga diberi pahala. Sedangkan dosa kemaksiatan hanya dibalas semisalnya tidak dilipat gandakan. Bersamaan dengan itu iya masih mendapati timbangan keburukannya masih lebih berat di banding amal baiknya  na’uzubillahi minzhalik.

Marilah kita bersyukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan kemurahan ini dengan memperbanyak amalan sholeh dan menjauhi seluruh kemaksiatan. Semoga kita menjadi hamba Allah yang selamat didunia dan akherat.

Beberapa Pelajaran dari Hadits ini

  1. Kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang beriman sangat luas dan ampunan-Nya menyeluruh sedang pemberian-Nya tidak terbatas.
  2. Sesungguhnya apa yang tidak kuasa oleh manusia, dia tidak diperhitungkan dan dipaksa menunaikannya.
  3. Allah tidak menghitung keinginan hati dan kehendak perbuatan manusia kecuali jika kemudian dibuktikan dengan amal perbuatan dan praktek.
  4. Seorang muslim hendaklah meniatkan perbuatan baik selalu dan membuktikannya, diharapkan dengan begitu akan ditulis pahalanya dan ganjarannya dan dirinya telah siap untuk melaksanakannya jika sebabnya telah tersedia.
  5. Semakin besar tingkat keikhlasan semakin berlipat-lipat pahala dan ganjaran.

REFERENSI:

DIRINGKAS DARI BULETIN AL IKMAH YANG DI TULIS OLEH Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.,

DIRINGKAS KEMBALI OLEH: ANGGARA PRATODI (PENGAJAR PONPES DARUL QURAN WAL HADITS)

Baca Juga Artikel:

Mengenal Apa Itu Ghisysy?

Benarkah Cara Berislam Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.