Cinta Dunia Merupakan Sumber Dari Kesalahan dan Kerusakan Agama

cinta dunia sumber kesalahan dan kerusakan agama

Cinta Dunia Merupakan Sumber Dari Kesalahan dan Kerusakan Agama – Tujuan hidup seorang muslim adalah akhirat, bukan dunia. Akhirat (surga) merupakan puncak cita-cita seseorang muslim. Orang yang beriman dan berakal memandang dunia dan akhirat dengan sudut pandang yang benar.

Cinta seorang kepada akhirat tidak akan sempurna kecuali dengan bersikap zuhud terhadap dunia. Sementara zuhud terhadap dunia tidak akan terealisasi melainkan setelah ia memandang  kedua hal ini dengan sudut pandang yang benar.

PERTAMA, memandang dunia sebagai suatu yang mudah hilang, lenyap, dan musnah. Dunia adalah sesuatu yang kurang, tidak sempurna dan hina. Persaingan dan ambisi dalam mendapatkan hal-hal duniawi sangat menyakitkan. Dunia adalah tempat kesedihan ,kesusahan dan kesengsaraan. Akhir dari semua masalah duniawi adalah kefanaan yang diikuti dengan penyesalan dan kesedihan. Orang yang mengejar kenikmatan dunia tidak lepas dari tiga keadaan yaitu kecemasan sebelum meraihnya ,dan kesedihan meraihnya.

KEDUA, memandang akhirat sebagai sesuatu yang pasti datang, kekal  dan abadi. Karunia dan kebahagiaan yang terdapat di akhirat begitu mulia, dan apa yang ada di akhirat sangat berbeda dengan apa yang ada di dunia.

والأخرة خير وأبقى

Artinya: “Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17)        

Kedua hal ini menunjukkan lemahnya iman, akal, dan hatinya. sebab, orang yang mengejar dunia, berambisi terhadapnya, dan lebih memprioritaskannya dari pada akhirat, tidak luput dari kondisi apakah ia percaya bahwa apa yang di akhirat, percaya bahwa apa yang  di akhirat itu lebih mulia, lebih utama, dan lebih kekal daripada apa yang ada di dunia, ataukah ia tidak percaya akan hal tersebut? Jika ia tidak percaya, berarti ia tidak mempunyai keimanan. Tapi jika ia percaya namun tidak lebih mengutamakan akhirat dari pada dunia, maka ia adalah orang yang akalnya rusak dan tidak pandai memilih yang terbaik bagi diri sendiri.

Oleh sebab itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  dan para sahabat beliau mencampakkan dunia di belakang punggung mereka. Mereka memalingkan hati mereka dari dunia. Mereka mengabaikannya dan tidak merasa nyaman dengannya. Mereka meninggalkannya dan tidak mengerjakannya. Bagi mereka, dunia adalah penjara, bukan surga, sehingga mereka selalu bersikap zuhud dalam arti yang sebenarnya. Seandainya menginginkan dunia, niscaya mereka akan mendapatkan apa yang disenangi dan mencapai apa yang diinginkan.

Dunia adalah tempat kesedihan, bukan tempat kebahagiaan. Dunia tidak ubahnya seperti awan pada musim kemarau yang membumbung  di langit namun hanya sebentar lalu menghilang. Dunia seperti khayalan (mimpi) sesaat yang belum juga kita puas menikmatinya, tiba-tiba diumumkan untuk berangkat(menuju tempat tujuan). Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda,

مالي وللدّنيا؟ ماأنا والدّنيا؟ إنّما مثلي ومثل الدّنيا كمثل راكب ظلّ تحت شجرة ثمّ راح وتر كها

Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya. (Shahih, HR Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda:

والله ماالدّنيا في الآخرة إلاّ مثل ما يجعل أحدكم إصبعه هذه- وأشار يحي باالسّبّابة-في اليمّ, فلينظر بم ترجع؟

Demi Allah! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian meletakkan jarinya-Yahya (perawi hadist) berisyarat dengan jari telunjuknya-ke laut, lalu lihatlah apa yang dibawa jarinya itu?  (HR Muslim)

ada kabar mutawatir  dari ulama salaf mengatakan,” cinta dunia merupakan induk dari segala kesalahan (dosa ) dan kerusakan agama .Hal ini ditinjau dari beberapa segi :

Pertama:  mencintai dunia berarti mengagungkan dunia, padahal ia sangat hina di mata ALLAH  Subhanahu Wata’ala . Termasuk dosa yang paling besar adalah mengagungkan sesuatu yang direndahkan oleh ALLAH Subhanahu Wata’ala.

Kedua: ALLAH Subhanahu Wata’ala  mengutuk ,memurkai ,dan membenci dunia, kecuali yang ditujukan kepada-nya, Karena itu, barang sapa yang mencintai apa yang dikutuk, dimurkai, dan dibenci oleh ALLAH Subhanahu Wata’ala . maka ia akan berhadapan dengan kutukan, murka dan kebencian-nya.

Ketiga: mencintai  dunia berarti menjadikan dunia sebagai tujuan dan menjadi kan amal dan ciptaan Allah yang seharusnya menjadi sarana menuju kepada Allah dan negeri akhirat berubah menjadi kepentingan dunia. Sehingga ia membalik persoalan dan memutar kebijaksanaan.

Disini ada dua persoalan:

  1. Menjadi  wasilah (sarana) sebagai tujuan .
  2. Menjadikan amalan akhirat sebagai alat untuk menggapai dunia.

Ini adalah keburukan yang terbalik dari semua sisi. Juga berarti membalik sesuatu pada posisi yang benar-benar terbalik. Ini sesuai  sekali dengan firman Allah Subhanahu Wata’ala:

من كان يريد الحيوة الدّنيا وزينتها نوفّ إليهم أعملهم فيها وهو فيها لايبخسون 15 أولىك الّذين ليس لهم في الأخرة إلاّ النّار وحبط ما صنعوا فيها وبطل مّا كانوا يعملون 16

“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan di rugikan. Itulah orang-orang yang memperoleh di akhirat kecuali neraka. Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [QS.Hud/11:15-17]

Keempat: Mencintai dunia membuat manusia tidak sempat melakukan sesuatu yang bermanfaat baginya di akhirat akibat kesibukannya dengan dunia.

Kelima: Cinta dunia menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesar manusia.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda –dalam hadits shahih- yang berarti: “Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah Subhanahu Wata’ala akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.

Keenam: Pecinta dunia adalah orang yang paling banyak yang disiksa karena dunia, ia disiksa pada tiga keadaan. Ia disiksa di dunia dalam bentuk usaha, kerja keras untuk mendapatkannya, dan perebutan dengan sesama pencinta dunia. Dia disiksa di alam barzakh (kubur) dan di siksa di hari kiamat.

ketujuh: penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia daripada  akhirat adalah orang yang paling bodoh dan paling idiot. Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan tidur, daripada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera hilang daripada  kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera binasa dan menukar kehidupan yang  abadi yang nyaman dengan kehidupan yang tidak lebih dari sekedar mimpi atau bayang-bayang yang segera hilang. Sesungguhnya orang yang cerdas tidak akan tertipu dengan hal-hal semacam itu.

Oleh karena itu wajib dia habiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Janganlah seorang muslim tertipu dengan dunia ,sehingga dia lalai dan meninggalkan ibadah kepada Allah. Rezeki dan ajal sudah ditentukan oleh Allah, meskipun demikian seorang muslim wajib mencari nafkah sekedarnya untuk kehidupan dia di dunia. Akan tetapi janganlah kesibukan dia dengan usaha, dagang, kerja, dan lainnya itu membuat ia lalai dari mengingat Allah.

Banyak manusia yang terlalaikan sehingga banyak waktu yang terlalaikan sehingga banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk mengejar dunia, waktu yang di gunakan mulai dari pagi hingga malamnya untuk mengurusi dunia, seperti mencari nafkah, dagang, kerja, lembur, mengerjakan tugas kantor. Sedangkan rezeki itu datangnya dengan pasti adalah keadaan kita di hadapan Allah pada hari kiamat, apakah amal kita diterima atau tidak, apakah kita masuk surga atau neraka. Oleh karena itu, jangan jadikan dunia sebagai tujuan.

Orang yang tujuannya dunia akan dicerai beraikan urusannya dan jadikan kefakiran di depan pelupuk matanya. Sehingga ia selalu merasa kurang, tidak cukup, dan fakir, padahal Allah telah memberikan nikmat yang banyak.

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”

Akan tetapi dunia tidak akan datang melainkan hanya seukuran apa yang telah Allah tentukan meskipun ia telah kerja dari pagi sampai larut malam. Adapun orang yang tujuannya adalah akhirat, Allah jadikan hatinya itu merasa cukup dengan rezeki yang ALLAH berikan

dan dunia akan datang dalam keadaan hina. Orang yang bahagia adalah orang yang cukup dan puas dengan rezeki yang ALLAH berikan.

Referensi Majalah

Ditulis oleh ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz

awas dari majalah As-sunnah Edisi/01/tahun XIX/Rajab 1436 H/Mei 2015.

BACA JUGA :

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.