
Buah Dan Faidah Beriman Terhadap Takdir – Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita, shalawat dan salaam semuga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman, pembaca yang semuga mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah Azza wa Jalla, sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan seorang hamba, sebagaimana Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan shalih, sekecil dan sebesar apapun keimanan anda pasti Allah akan berikan buah dan faidah dari keimanan tersebut, begitu juga Allah akan memberikan balasan sesuai perbuatan hammba-hamba-Nya, tatkala seorang hamba berbuat baik maka Allah akan balas dengan yang lebih baik, jika berbuat buruk niscaya Allah berikan balasan yang setimpal. Beriman kepada takdir Allah yang baik maupun yang buruk terhadap hamba-hamba-Nya merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh seorang hamba, sehingga jika seorang hamba beriman ia akan mendapatkan buah dan faidah dari imannya tersebut dan Allah tidak akan menyia-nyiakan keiman hamba-hamba-Nya . Allah berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (143) [البقرة : 143]
“dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian, sungguh Allah maha pengasih lagi maha penyayang terhadap manusinya”. (Q.S Al-Baqarah: 143).
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا (30) [الكهف : 30]
“Sungguh mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kami bener-bener tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik”. (Q.S Al-Kahfi:30).
Diantara buah dan faidah beriman terhadap takdir Allah Azza Wa Jalla adalah:
- Penyempurna Iman.
Iman kepada takdir Allah yang baik maupun yang buruk sebagai penyempurna keimanan seorang hamba kepada Allâh Azza wa Jalla dan tidak akan benar keimanan seorang hamba tanpa beriman terhadap takdir, karena beriman terhadap takdir Allâh Azza wa Jalla termasuk rukun iman.
عن جابر بن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لا يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خيره وشره حتى يعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأن لم يكن ليصيبه.)[1](
Dari jabir bin Abdillah berkata: Rosulullah bersabda : “tidak sempurna iman seseorang sehingga dia beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk, sehingga meyakini apa yang ditakdirkan menimpanya tidak akan meleset, dan apa yang ditakdirkan tidak menimpanya, tidak akan menimpanya”. (HR. Tirmidzi: 2144, dan dishahihkan oleh syaikh Al-albani)
Dan orang yang tidak beriman terhadap takdir tidak termasuk golongan rosulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana Rosulullah bersabda diriwayatkan dari ubadah bin shamit :
يَا بُنَىَّ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّى »[2].
Ubadah bin shamat berpesan: wahai anakku sungguh aku mendegar Rosulullah bersabda: “barang siapa yang meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada takdir, maka bukan dari golonganku”. (HR. Abu Daud : 4702)
- menimbulkan keyakinan di dalam hati terhadap takdir Allah.
Dengan beriman terhadap taqdir Allah azza Wajalla akan timbul keyakinan bahwa apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi telah ditentukan dan ditetapkan oleh Allah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ »
“Allah telah menetapkan ketentuan takdir semua makhluk-mahluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi”. (H.R Muslim: 2653)
- Menenangkan hati.
Tatkala orang yang beriman kepada Allah menerima dan ridha terhadap qadha’ dan takdir-Nya, sungguh keimanannya itu membuat tenang hatinya, tentran jiwanya serta menerima terhadap musibah dan cobaan yang sedang dia jalani, tidak sedih dan putus asa terhadap apa yang luput darinya, dan tidakpula terlalu bergembira (terjatuh pada sombong) terhadap nikmat yang dia terima, bersabar tatkala ditimpa musibah dan bersyukur tatkala mendapatkan kelapangan rezeki.
Allah Azza Wa Jalla berfirman :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
“Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfûzh) sebelum Kami menciptakannya.Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allâh (22) Agar kalian tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kalian, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”. (Al-Hadiid : 22-23)
Maka orang yang beriman terhadap takdir akan selalu mengembalikan semua urusannya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , karena jika dia mengetahui bahwa segala sesuatu terjadi dengan takdir dan ketetapan-Nya maka dia akan selalu kembali kepada-Nya dan memohon taufik dan kebaikan baginya dan agar terhindar dari keburukan, serta menyandarkan semua kebaikan dan nikmat kepada-Nya semata.
- Tidak ber andai-andai terhadap sesuatu yang telah terjadi.
Termasuk tanda keimanan seseorang terhadap taqdir Allah Azza Wajalla dia tidak ber andai-andai terhadap sesuatu yang telah terjadi, seperti contoh perkataan : seandainya aku tidak pergi ke lereng gunung kemaren aku tidak akan tertimpa longsor. Sungguh perkataan seperti ini tidak pantas di ucapkan oleh orang yang beriman namun katakanlah : “qadarullah wama sya’a faal”.
Rosulullah bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ ».
“orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah Azza wa Jalla dari pada orang mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Dan apabila engkau tertimpa musibah janganlah engkau berkata, seandainya aku berbuat demikian dan demikian tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, ini telah ditaqdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan” . (H.R Muslim : 2664).
- Mengambil sebab.
Tanda-tanda benarnya iman seseorang terhadap taqdir Allah ialah mengambil sebab akan tercapainya sesuatu yang dia inginkan atau sesuatu yang tidak dia inginkan. Sebagaimana Allah telah memberi petunjuk didalam Al-Qura’an dan memberi tahu sebab-sebab dan akibat suatu perbuatan, dan semua keadaan atau kejadian terikat dengan sebab dan yang menurunkan sebab dan semua rangkaian ini merupakan taqdir Allah yang telah Allah tetapkan di lauh mahfudz.
- Mendapatkan petunjuk.
Imam Ibnu Katsirt mengatakan, “ seseorang yang ditimpa musibah dan dia yakin musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Azza wa Jalla ), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh tersebut, maka Allâh akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya”.
- Sadar akan kelemahan manusia.
Beriman terhadap Taqdir Allah Menyadarkan seseorang terhadap kekurangan dan kelemahan dirinya, sehingga dia tidak merasa bangga dan lupa diri ketika melakukan kebaikan, dan semakin mengetahui kesempurnaan hikmah Allâh Azza wa Jalla.
- penyemangat untuk berbuat baik.
Beriman terhadap taqdir Menjadi motivasi bagi orang yang beriman untuk semakin semangat berbuat kebaikan dan melakukan hal-hal yang bermanfaat, Berani dan tegar dalam menegakkan agama Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan tidak takut terhadap celaan manusia dalam kebenaran.
Dengan mengetahui dan memahami buah-buah dan faidah beriman terhadap takdir Allah semuga menjadikan kita sebagai orang yang senantiasa bertaqwa dan bertawakkal kepada Allah Azza Wajalla, wabarakallahu fiikum.
Sumber Artikel:
- Al-quran Alkariim.
- Tafsir ibnu katsir, Darul munghni ar-riyad, muassasah ar-rayyan.
- Shahih muslim “dar ibnu al jauzi”
- Kitab Al-imanu, arkanuhu, haqiqatuhu, nawaqiduhu
- majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XIV/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta,
Disusun oleh: Ali zhufri
[1]. مكتبة الشاملة سنن الترمذي – شاكر + ألباني – (4 / 451)
[2] .مكتبة الشاملة سنن أبي داود ـ محقق وبتعليق الألباني – (4 / 362)
BACA JUGA :
Ajukan Pertanyaan atau Komentar