Bertaubat Dari Korupsi

Bertaubat dari korupsi

BERTAUBAT DARI KORUPSI

Segala puji hanya milik Allah yang telah membagi karunia rezeki kepada seluruh hamba-nya secara adil dan merata, dan menjadi pelindung yang paling sempurna dalam memberi jaminan aman di dunia dan akhirat.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada manusia yang pantas menjadi teladan Abadi bagi seluruh umat manusia yang paling mulia dan harus kita cintai melebihi cinta kita kepada diri sendiri, orang tua, anak, keluarga, dan seluruh makhluk di alam semesta_ Nabi Muhammad. Dan semoga shalawat, rahmat dan berkah-Nya tetap tercurah kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut sunnahnya hingga akhir zaman.

HAKIKAT TAUBAT

Tobat merupakan perasaan menyesal yang sangat mendalam atas dosa yang telah dilakukan. Dia menyesali dalam hatinya dan meminta ampunan dengan lisannya serta dibuktikan dalam amal perbuatannya. Orang yang bertaubat akan menghadap Allah dengan sepenuh hati dan menahan diri dari setiap dosa. Orang yang bertaubat dengan hanya meninggalkan dosa tanpa kembali kepada apa yang dicintai Allah Ta’ala, melakukan amalan yang dicintai Allah, belumlah bisa disebut bertaubat.

Orang yang bertobat akan merenungkan rincian surga dan janji janjinya kepada orang-orang yang taat, juga gambaran neraka dan ancaman-ancamannya bagi orang yang bermaksiat itu dia terus melakukannya sehingga rasa takut dan harapannya menguat. Dia akan berdoa kepada Allah ta’ala dengan penuh harap dan cemas memohon agar Allah membersihkan dosa dan kesalahannya. Dia menyesali semua kesalahan sepenuh hati, memohon ampunan secara lisan dan menahan anggota badannya dari berbagai macam pelanggaran.

Ingatlah, saudaraku, dosa sekecil apapun pasti membawa dampak buruk, menghancurkan harga diri, dan merugikan pelakunya baik di dunia maupun di akhirat. Akibatnya di dunia sangat jelas, seperti terhalang dari ilmu, terhalang dari ketaatan, jauh dari taufik, terhina, hilangnya rasa malu, lenyapnya barokah, bimbang, bingung, sempitnya dada, gundah, mengundang musibah dan laknat Allah, su’ul khotimah, dan sebagainya. Dan di akhirat, neraka yang menyala menanti setiap pelaku dosa. Allah Subhanahu Wata’ala  berfirman:

إن جهنم كانت مرصادا

Artinya: “Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai,” (QS An-Naba'[78]: 21)

KEUTAMAAN TAUBAT

Keutamaan taubat amat banyaknya. Taubat menghapus segala macam dosa, mengangkat derajat pelaku-pelakunya, menuntunnya ke jalan yang lurus dalam menggapai ridha dan cinta Allah, serta membuka pintu rezeki dan karunia-Nya sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: ” Dan (Dia berkata), ‘ Hai kaumku, mohon ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubat lah kepadanya niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanMu Dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa, ” (QS Huud[11]: 52)

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, ” kemudian Hud memerintahkan kaumnya beristighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka bertobat untuk masa yang akan mereka hadapi. Barang siapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rezekinya, dilancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu, Allah berfirman,  Niscaya Diia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu. ”’

Dalam surat lain, Allah Ta’ala juga berfirman :

إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين

Artinya:“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri, ” (QS Al-Baqarah [2]: 222)

DOSA, MENUNDA TAUBAT

Jika seseorang bermaksiat, dan terlintas di benaknya untuk bertobat, sebaiknya bergegaslah.Kita tidak pernah tahu kapan ajal kita tiba. Itulah mengapa Al-Qur’an menyeru manusia untuk mengakui dosa dan segera bertaubat. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka Itulah yang diterima Allah taubat-nya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, ” (QS An-Nisa [4]: 17)

Maksud dari mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan adalah setiap orang yang berbuat maksiat kepada Allah dan pada dasarnya bodoh, dan setiap orang yang berbuat ketaatan adalah Alim (mengerti). Lebih jelasnya begini:

Pertama, orang yang mengerti Allah, keagungan-Nya, kebesaran-Nya, dan kesombongan-Nya, pasti dia merasa merinding dan takut sehingga tidak mungkin berbuat maksiat. Sebagian berkata, “Jika mereka mengetahui keagungan Allah pasti mereka tidak mungkin maksiat.” Sebagian lain berkata,” Cukuplah rasa takut suatu ilmu dan cukuplah sikap teperedaya suatu kebodohan.”

Kedua, orang tidak akan mengutamakan maksiat di atas ketaatan kalau bukan karena bodoh. Jika dia masih memiliki Iman, dia akan berusaha melepaskan dosanya dengan bertaubat. takkan dibiarkan dirinya nyaman dengan dosa dan perbuatan hina, karena dia tidak tahu bagaimana akhir hidupnya. Dia akan khawatir Bagaimana jika kematian menjemputnya sebelum ia sempat bertaubat. Jelas, mengutamakan maksiat merupakan tindakan orang bodoh.

Namun, diterimanya taubat merupakan orang-orang yang mengerjakan dosa atas dasar kebodohan tadi yang kemudian bersegera meminta ampunan Allah. Dan menerima taubat itu merupakan hak murni Allah Ta’ala yang diwajibkan atas diri-Nya sebagai bentuk rahmat dan karunia dari-Nya. Jadi, Jangan tunda taubat.

SYARAT TAUBAT

Taubat merupakan salah satu amal kebajikan yang paling Agung, karena taubat menghancurkan tembok penghalang antara seorang hamba dengan Rabbnya, yakni tembok syahwat dan syubhat. Manusia yang membiarkan jiwanya menjadi bulan-bulanan syahwat dan syubhat tidak akan mencapai ketenangan jiwa.

Namun, taubat juga tidak bisa sembarangan dilakukan. Untuk di terima taubatnya, seorang harus:

Pertama, ikhlas. Allah tidak menerima amal kecuali bila amal itu dilakukan ikhlas karena mencari ridha-Nya, mengharap wajah-nya, dan sesuai perintah-Nya dengan cara mengikuti sunnah rasul-nya. Amal yang benar tapi tidak ikhlas, tak akan diterima. Amal yang ikhlas tapi tidak benar juga tidak diterima.

Bertaubat karena cinta kepada Allah, karena mengagungkan-Nya, karena mengharap rahmat dan pahala-Nya dan karena takut terhadap siksa-Nya, bukan karena malu kepada makhluk atau mengharapkan nikmat duniawi yang fana.

Kedua, meninggalkan maksiat. Jiwa yang terbuai dengan lezatnya maksiat akan sulit Melakukan kebaikan dengan ikhlas. Oleh karena itu,seorang hamba yang bertobat harus memerangi dorongan nafsunya dan mencabut seluruh akar keburukan dari hatinya.

Yang haram, segera tinggalkan; perkara yang wajib ditinggalkan segera kerjakan; jika ia termasuk amal yang diqadha’, segera qadha’. Namun jika perkaranya berhubungan dengan hak makhluk seperti harta hasil korupsi, ia harus membebaskan diri darinya dengan cara mengembalikannya kepada pemiliknya atau dikembalikan kepada negara atau meminta untuk dihalalkan.

Ketiga, menyesali perbuatan dosanya dengan cara langsung meninggalkannya. Dan keempat, bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa. Seseorang yang bertobat harus berjanji pada dirinya untuk tidak kembali mengulanginya di kemudian hari dan berniat untuk memperbaiki apa yang telah lalu dan berusaha berbuat baik pada masa yang akan datang. Sepanjang hidupnya ia harus bertekad kuat untuk Istiqamah di atas kebaikan sepanjang hidup.

Kelima, tidak terus-menerus melakukan maksiat. Terus menerus maksudnya, hati terikat oleh syahwat, tidak mau beranjak meninggalkan pelanggaran dan ingin kembali melakukannya. Taubat yang tidak diiringi sikap meninggalkan Dosa sama seperti taubatnya para pendusta, yaitu yang menjauhi dosa hanya dalam batas waktu tertentu, sambil menunggu kesempatan berbuat dosa.

REFERENSI:

Zaenal Abidin bin Syamsudin/Jihad Melawan Korupsi/ Pustaka Imam Abu Hanifah/ Dzulqa’dah 1429 H, November 2008/

Diringkas oleh: Eva Purnama Sari (Fathiyah).

Baca juga artikel:

Upah Sebagai Aktor

Donasi Pembangunan Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.