Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

10 Kaidah Dalam Istiqomah

10 KAIDAH DALAM ISTIQOMAH

 

10 KAIDAH DALAM ISTIQAMAH

Istiqamah termasuk salah satu amal ibadah yang bisa mengantarkan seorang hamba meraih keberuntungan dan akan memperbaiki seluruh urusan nya. . Dari ‘Amr, ada yang mengatakan: Abu ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdillah Ats-Tsaqafi –

ia berkata:

قلت : يارسول الله، قل لي في الإسلام قولا، لاأسأل عنه أحدا غيرك. قل : امنا بالله، ثم استيقظ

Artinya: “Aku berkata, ‘Ya Rasulullah! Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau, ‘Beliau menjawab, ‘Katakanlah, ‘Aku berikan kepada Allah, ‘Kemudian istiqamahlah.  (HR. Bukhari. dll)

HADIST TENTANG ISTIQAMAH

Hadist ini adalah hadist yang singkat, padat, dan indah, yang merupakan kekhususan bagi Rasulullah صلى الله عليه وسلم  Walaupun singkat, namun telah memberikan jawaban tentang pokok-pokok Islam yang di tanyakan oleh si penanya dalam dua kata, yaitu iman dan istiqamah menurut manhaj yang benar.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Islam adalah tauhid dan taat. Tauhid terkandung dalam kata  (امنت بالله) Aamantu Billaah (aku beriman kepada Allah). Dan taat terkandung dalam kata “ثم استقم “ karena arti istiqamah adalah mengerjakan yang di perintahkan dan meninggalkan yang di larang, dan masuk kedalam nya amalan hati dan badan yaitu iman, Islam, dan Ihsan.

Allah سبحا نه وتعالى  berfirman:

فاستقيموا إليه واستغفروه..

Artinya: “…Karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya…” (QS. Fushshilat: 6)

Syaikh Sholih Al-Fauzan حفظه الله تعلى  menjelaskan dalam mensyarah hadist ini,

“Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:

(امنت بلله) ‘Aku beriman kepada Allah’, bahwasannya iman itu perkataan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan amalan anggota badan.

Maka seseorang tidak cukup beriman dengan hati nya saja, tanpa mengatakan dengan lisannya, tidak cukup juga dia mengatakan dengan lisannya tetapi tidak Istiqamah dalam hatinya dan perbuatannya, tetapi harus dengan tiga perkara tersebut (perkataan dengan lisan, keyakinan dengan hati, amalan dengan anggota badan).

PENGERTIAN TENTANG ISTIQAMAH

Menurut bahasa, (الا ستقا مة) Istiqamah diambil dari kata استقام-يستقيم-استقامة  artinya adalah (الاعتدال) al-i’tidaal (lurus). Dikatakan أقوم الشيء واستقام  (aqaamasy syai’a w-taqaama) artinya lurus dan mapan.

Sedang menurut syari’at (istilah), Istiqamah adalah meniti jalan lurus yang tidak lain adalah agama yang lurus (Islam), tidak menyimpang darinya, ke kanan atau ke kiri. Istiqamah mencakup melakukan seluruh ketaatan yang terlihat dan tersembunyi, dan meninggalkan seluruh yang di larang (yang terlihat dan tersembunyi).

Istiqamah merupakan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, bisa mengantarkan seorang hamba meraih keberuntungan dan akan memperbaiki seluruh urusan nya. Oleh karena itu, istiqamah sangatlah tepat bagi seseorang yang ingin memperbaiki diri serta ingin meraih kebahagiaan jiwa, oleh sebab itu hendaklah ia memperhatikan masalah istiqamah ini dengan baik.

Adapaun sepuluh kaidah dalam Istiqamah sebagai berikut :

  1. Istiqamah adalah anugrah dan pemberian dari Allah سبحانه وتعالى

Dalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah سبحا نه وتعالى  menyandarkan hidayah menuju jalan yang lurus itu kepada diri-Nya sendiri. Semua urusan berada di tangan-Nya, Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki.

Allah سبحا نه وتعالى  berfirman:

فأما الذين ءامنوا بالله واعتصموا به فسيدخلهم فى رحمة منه وفضل وبهديهم إليه صر طا مستقيما

Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada agama-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya”. (QS. An-Nisa’: 175)

  1. Hakikat istiqamah adalah berpegang teguh dengan manhaj yang benar dan meniti jalan yang lurus. Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه ketika menafsirkan firman Allah تبارك وتعالى:

إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Rabb kami adalah Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka...” (QS. Fushshilat: 30-32)

  1. Asas istiqamah adalah keistiqamahan hati

Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, dari Nabi صلى الله عليه وسلم  bahwasannya beliau bersabda:

فاستقيمو إيمان عبد حتى يستقيم قلبه

Artinya: “Tidak akan Istiqamah iman seorang hamba sampai hatinya Istiqamah “.

Jadi, jika hati telah istiqamah di atas ma’rifatullah  (mengenal Allah), takut kepada-Nya, mencintai-Nya, menginginkan-Nya, berharap kepada-Nya, berdoa kepada-Nya, bertawakal kepada Allah, dan berpaling dari selain Dia, sungguh, seluruh anggota badan akan Istiqamah dengan taat kepada-Nya, karena hati adalah raja bagi organ tubuh yang merupakan pasukan hati. Apabila raja Istiqamah, istiqamah pula pasukan dan rakyatnya.

  1. Istiqamah yang dituntut dari seorang hamba adalah istiqamah diatas kebenaran. Jika tidak mampu, maka yang paling mendekati kebenaran.

Nabi صلى الله عليه وسلم  telat menyebutkan keduanya dalam sabda beliau: Artinya: “Sesungguhnya agama ini mudah. Tidak seorangpun yang mempersulit agama melainkan akan dikalahkannya (tidak mampu melakukannya). Maka berlaku tepatlah dalam beramal (sesuai dengan syari’at ), mendekatilah, dan bergembiralah…

Jadi, yang dituntut dalam istiqamah yaitu السداد ‘as-sadad’ (tepat, lurus). Dan as-sadaad yaitu sesuai dengan Sunnah

  1. Istiqamah itu berkaitan dengan semua ucapan, perbuatan, dan niat.

Ibnul Qayyim رحمةالله  berkata, “istiqamah itu berkaitan dengan perkataan, perbuatan, keadaan, dan niat. Nabi صلى الله عليه وسلم  bersabda:

لايستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبه و يستقيم قلبه حتى يستقيم لست نه

“Tidak akan istiqamah iman seseorang sampai hatinya Istiqamah, dan tidak akan istiqamah hati seseorang sampai lisannya istiqamah”.

Ibnu Rajab رحمه الله  berkata, “Sesuatu yang paling agung untuk diperhatikan dari anggota tubuh setelah istiqamah hati yaitu istiqamah lisan, karena lisan sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati. Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk serius memperbaiki hatinya, memohon kepada Allah agar memperbaiki hatinya dan menghilangkan segala bentuk penyakit hati darinya. Kemudian ia berusaha memperbaiki lisannya dengan mengucapkan perkataan yang baik dan berusaha memperbaiki anggota badannya dengan amalan-amalan shalih.

  1. Istiqamah tidak akan terwujud kecuali hanya untuk Allah, dengan Allah dan berada diatas perintah Allah عزوجل
    1. Hanya untuk Allah, maksudnya yaitu ikhlas.

Artinya, seorang hamba istiqamah dalam meniti jalan yang lurus, ikhlas semata-mata karena Allah dan hanya mengharapkan pahala dan ridha-Nya

  1. Dengan Allah, maksudnya senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dalam merealisasikan dan melaksanakan istiqamah, serta teguh di atasnya.
  2. Atas perintah Allah, yaitu ia istiqamah diatas manhaj yang benar dan jalan yang lurus yang diperintahkan oleh Allah سبحانه وتعالى kepada hamba-Nya.
  1. Bagaimana seseorang beristiqamah, janganlah ia bergantung kepada amalannya.

Wajib bagi seorang hamba untuk tidak bergantung dengan amalannya, bagaimanapun baik dan istiqamahnya ia, janganlah tertipu dengan ibadahnya dan juga dzikirnya kepada Allah Ta’ala, atau amalan-amalan taat lainnya.

Nabi  صلى الله عليه وسلم   memerintahkan agar berusaha mendekati istiqamah sesuai dengan kemampuan mereka, sebagaimana orang yang membidik sasaran, jika tidak tepat sasaran maka minimal mendekatinya. Meskipun demikian, beliau  صلى الله عليه وسلم  tetap memberitahu mereka bahwa istiqamah dan mendekati istiqamah tidak akan bisa menyelamatkan mereka pada hari kiamat, agar mereka tidak mengandalkan amalan nya, tidak uji (bangga dengan amalannya), dan tidak menganggap bahwa keselamatan nya dengan sebab amalnya, tetapi semua itu karena Rahmat Allah, ampunan-Nya, dan karunia-Nya.

  1. Buah dari istiqamah di dunia adalah istiqamah di atas shirath pada hari kiamat.

Barang siapa diberi hidayah menempuh jalan yang lurus di dunia (jalan Islam dan Sunnah), maka ia akan diberi hidayah di akhirat (agar selamat) dalam menempuh ash-shiraat al-mustaqiim yang terbentang di atas neraka jahanam.

Pada hari kiamat, shirath (jembatan) akan dibentangkan diatas neraka jahanam, ia lebih tajam dari pedang dan lebih tipis dari sehelai rambut. Lalu manusia diperintahkan untuk melewatinya. Keadaan manusia saat melewatinya berbeda-beda, tergantung amalan-amalan dan istiqamah mereka di atas jalan yang lurus saat di dunia.

  1. Penghalang istiqamah adalah syubhat kesesatan dan syahwat menyimpang.

Semua orang yang menyimpang dari istiqamah ini disebabkan oleh dua hal yaitu, dengan syubhat atau dengan syahwat. Syahwat menjadi sebab perusak amal dan syubhat perusak ilmu. Allah عزوجل  berfirman:

وأن هذا صرطى مستقيمافٱتبعوه ولاتبعوٱ ٱلسبل فتفرق لكن عن سبيل

Artinya: “Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya... (QS. Al-An’aam: 153)

Setan akan mengajak manusia menyimpang dari jalan Allah dengan menggunakan syubhat dan syahwat. Jika ia melihat seseorang itu sering lalai, maka ia akan membuat nya menjadi cinta syahwat. Dan jika dia melihat seseorang itu semangat dan senantiasa menjaga agamanya, maka ia akan memasukkan syubhat kepadanya.

  1. Menyerupai orang kafir adalah bentuk penyimpangan dari sikap istiqamah.

Faktor yang menyebabkan seseorang menyerupai orang kafir itu kembali kepada dua bentuk kerusakan, yaitu kerusakan ilmu dan kerusakan amal.

Allah سبحا نه وتعالى  berfirman:

اِهْدِنَا الصِّرَا طَ الْمُسْتَقِيْمَ صِرَا طَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْۙغَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّيْنَ

Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al-Faatihah: 6-7)

Kerusakan orang-orang Yahudi itu ada pada amalan mereka, sedangkan kerusakan orang-orang Nashrani itu pada sisi ilmu. Orang-orang Yahudi berilmu tapi tidak mengamalkannya dan orang-orang Nashrani beramal tanpa ilmu. Banyak contoh perbuatan orang-orang Yahudi dan Nashara yang telah di ikuti oleh sebagian kaum muslimin. Rasulullah صلى الله عليه وسلم  bersabda:

“Sungguh kalian akan mengikuti cara-cara orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak pun niscaya kalian akan mengikutinya.” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Yahudi dan Nashrani (yang engkau maksud)? Beliau صلى الله عليه وسلم  menjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka)”.

Referensi :

Di tulis oleh     : Yazid Bin Abdul Qadir Jawas

Diambil dari    :  Buku Istiqamah Konsekuensi & Konsisten Menetapi Jalan Ketaatan/ Pustaka At-Taqwa/ Cetakan ke-6 April 2018.

Diringkas oleh : Siti Mulyani

Baca juga artikel:

Hukum Setelah Kelahiran

Muharram Bulan Keramat?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.