Bahaya Fitnah Harta (Bagian 1)

Bahaya Fitnah Harta

Bahaya Fitnah Harta (Bagian 1) – Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wata’ala rabb alam semesta, sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada utusan-Nya nabi kita Muhammad, sholawat juga untuk para keluarga dan para sahabat beliau.

Pada pembahasan kali ini adalah Neraka Shaqor menanti Kuruptor (Bab 1 Bahaya Fitnah Harta)

Dunia Ditanganmu

Menurut pandangan islam, tidak ada dikotomi antara beribadah dan dakwah dengan mencari nafkah asalkan harta berbeda di tangan, tidak menguasai hati dan mencarinya dengan cara halal serta menunaikan hak-hak nya secara konsisten. Tidak benar bahwa ahli ibadah tidak perlu memikirkan urusan mainsyah dan sebaliknya businessman tidak perlu mengganngu profesinya dengan ibadah dan dakwah agar kariernya melejit. Bahkan seorang Muslim harus bisa menjadikan kegiatan mencari nafkah sebagai ladang ibadah dan menompang dakwah. Dengan ibadah maksimal, dakwah istikamah dan mencari nafkah optimal, seorang Muslilm menjadi hamba paripurna dan terpuji di hadapan Allah سُبْحَا نَهُ وَتَعَالَى        Karena Allah سُبْحَا نَهُ وَتَعَالَى berfirman,

وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْاَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْن

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. (QS. Al-A’araf : 10)

Ibnu Katsir berkata, “ Allah mengingikatkan kepada seluruh ummat manusia akan karunia-Nya berupa kehidupan yang mapan dimuka bumi yang di lengkapi dengan gunung-gunung yang terpancang kokoh, sungai-sungai yang mengalir indah, tanah yang siap didirikan tempat tinggal dan rumah hunian, Allah سُبْحَا نَهُ وَتَعَالَى menurunkan  air hujan berasal dari awal. Allah سُبْحَا نَهُ وَتَعَالَى juga memudahkan kepada mereka yang mencari rejeki untuk mengais rejeki dan membuka peluang mainsyah dengan bebagai macam usaha, bisnis dan niaga, namum sedikit sekali mereka yang mau bersyukur.”

Setiap  hamba ditintut bertemu dengan tuhannya dengan membawa pahala dan tidak mungkin tercapai semua itu kecuali dengan ilmu dan amal. Sementara dua pilar dasar, yaitu ilmu dan amal, tidak mungkin terwujud kecuali dengan badan sehat. Dan makanan merupakan sarana utama untuk meraih badan sehat.

Maka Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

يٰاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ

Artinya: ”Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mu’minun: 51)

Ibadah dan mencari nafkah merupakan dua pilar yang tidak bisa dipisahakn. Dan dua pilar tersebut telah mengakar pada pribadi seorang hamba, maka akan terpancarla hidayah dan ketakwaan sebagai pondasi dasar dan bekal utama dalam meneliti dan mengembangkan usaha. Ketakwaan itu sendiri merupakan ladang keberkahan dan pintu kesuksesan dalam berbagai bentuk usaha serta menjadi kunci penyelesaian bagi seluruh problem kehidupan.

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (Ath-Thalaq: 2-3)

Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata, “ Barang siapa yang bertakwa kedapa Allah سُبْحَا نَهُ وَتَعَالَىdengan melakukan apa yang di perintahkan-Nya dan meniggalkan apa yang dilarang-Nya, niscaya Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dan dari seluruh problem kehidupan dan memberi rejeki dari arah yang tidak di sangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya.”

Dari Ayyub, Abu Qilabah berkata, “Dunia tidak akan merusakmu selagi kamu masih tetap bersyukur kepada Allah,” Ayyub berkata bahwa Abu Qilabah berkata kepadaku “Wahai Ayyub, periharalah urusan pasarmu dengan baik, karena hidup berkecukupan termasuk bagian dari sehat wal’afiat.

Akan tetapi manusia dalam mengumpulkan harta memiliki berbagai macam tujuan, ada yang mengumpulkan hanya untuk pemuasan syahwat, ada yang mencarinya untuk menegakan kebaikan, mendekatkan diri kepada Allah dan untuk berbagai tujuan kemuliaan seperti membantu orang kesusahan dan menolong kaum miskin, ada yang mengumpulkan harta untuk kesajahteraan anak cucu dan ahki waris setelah mati dan ada yang mengumpulkan harta karena dorongan cinta dunia, sikap rakus dan tamak. Inilah orang yang paling buruk kondisinya.

Akhirat Di Hatimu

Dunia Merupakan Hunian yang penuh dengan fitnah dan cubaan, fluktuatif dan gampang tertimpa krisis. Terus berubah mengalami pasang surut kadang ramah dan kadang buas sebagaimana nasib para penghunianya, sehingga dunia adalah surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang mukmim.

Nabi  صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

Artinya: “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 2392)

Manusia memang makhluk paling mulia. Namum ia juga paling serakah terhadap nikmat dunia, mencintai dunia dengan membabi buta, tidak pernah lelah mengejar dunia, sehingga tubuh lekas tua, rambut cepat beruban dan akal cepat pikun.

Nabi صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَشِبُّ مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى الْعُمُرِ

Artinya: Ada yang sudah tua dari usia, namun masih bernafsu seperti anak muda yaitu dalam dua hal: tamak pada harta dan terus panjang angan-angan (ingin terus hidup lama).” (HR. Muslim, no. 1047)

Angan-angan hamba untuk meumpul harta tidak pernah terpuaskan. Bahkan, semakin bertambah hartanya semakin menginginkan yang lebih. Tidak pernah puas sehingga mulutnya disumbat dengan tanah kuburan, Rasulullah صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:

لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Artinya: “Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048).

Sebenarnya memiliki harta kekayaan tidak tercela selagi harta di tangan dan akhirat di hati, menjauhi sifat serakah, mencariya dengan cara yang benar, menunaikan hak-haknya, membelanjakan pada tempat nya, dan tidak melampaui batas atau sombong karenanya Allah سُبْحَا نَهُ وَتَعَالَى berfirman

Ketahuilah sesungguhnya manusia melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukuo. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah Kembali(mu).” (QS. Al-‘Alaq : 6-8)

Wahai manusia ingatlah dunia yang kalian tekuni, karier yang kalian kejar, kesejahteraan yang kalian dambakan, ketenangan yang kalian idamkan, kebahagiaan yang kalian inginkan dan kemewahan yang kalian impikan pasti akan berakhir dengan kepunahan dan kematian, apa pun yang ada didunia ini pasti akan sirna. Dunia tempat dimana kenistaan bertahta dan ketamakan sebagai raja, kedzaliman berkuasa, kesangsaraan sebagai busana, sehingga dunia laksana pelacur yang tidak pernah setia kepada suaminya. Orang yang mengerjarnya bagaikan mengejar binatang buas dan orang yang mencari laksana sedang berenang di danau buaya, dan orang yang menikmatinya ibarat meminum air garam yang tidak pernah merasa puas.

Wahai saudaraku sederhanalah dalam mencari harta. Jangan membabi buta tanpa memperhatikan aturan agama, jangan menodai hak orang lain, dan jangan bersikap rakus, serta letakkan dunia di tanganmu dan akhirat dihatimu karena rejekimu tidak akan perpindah ke tangan orang lain, karena nabi صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَbersabda, “Seandainya anak adam lari dari rejekinya sebagaimana ia lari dari kematian, maka rejekinya akan menemuinya sebagaiman kematian menemuinya”

Maka cara terbaik untuk menghadapi perubahan dunia yang serba ektrim adalah bersikap sederhana dalam mencari penghidupan dan bersikap wajar dalam menbelanjakan harta. Jika anda sekarang berkecukupan jangan terlalu gundah gulanadan goncang batin dalam menghadapi masa depan. Kita harus yakin bahwa rejeki pasti datang, dan jangan takut miskin adalah tipu daya setan. Hendaknya pula memahami keutamaan sikap qona’ah dan orang rakus hidupnya pasti tehina. Dan hendaknya memikirkan bahaya menumpuk harta dan keutamaan kemiskinan.

Hidup Hanya Sementara

Banyak orang lupa atau tidak sadar nahwa dunia hanya sebagai tempat sementara untuk mencari bekal perjalan menuju kampung akhirat. Oleh karena itu, dunia hanya sebagai lahan untuk beramal dan tempat untuk beribadah keapda Allah سُبْحَا نَهُ وَتَعَالَى         sedangkan akhirat sebagai kampung menuai balasan dan memetic pahala. Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memegang pundakku, lalu bersabda,

كُن فِي الدُّنيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَو عَابِرُ سَبِيل

وَكَانَ ابنُ عُمَرَ يَقُولُ: إِذَا أَمسَيتَ فَلَا تَنتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصبَحتَ فَلَا تَنتَظِرِ المَسَاءَ، وَخُذ مِن صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِن حَيَاتِكَ لِمَوتِكَ.

Artinya: “Jadilah di dunia seakan-akan engkau seorang yang asing atau seorang musafir.” Ibnu ‘Umar mengatakan: Apabila engkau berada di sore hari, janganlah engkau menunggu-nunggu pagi hari. Apabila engkau di pagi hari, janganlah engkau menunggu sore hari. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan manfaatkanlah masa hidupmu untuk menghadapi kematianmu. (HR. Imam Bukhari No 6416) (Bersambung).

 

REFERENSI:

Di Tulis Oleh: Zainal Abidin Syamsuddin

Di Ringkas Oleh: Muqbil , Gantha Putra Wijaya

Di Ambil Dari:  Buku Sunnah-Sunnah Setelah Kematian / Februari 2017 M

 

BACA JUGA:

Dunia Sebentar dan Hanya Sedikit
kumpulan berbagai ceramah singkat dan kajian Islam

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.