Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 1)

andai aku tidak menikah dengannya-bagian 1

Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 1) – Setelah mendengar banyaknya curhatan dari para istri setelah mereka menikah, yang suaminya tak seindah harapan, rumah tangganya pun tak sehangat yang dibayangkan, apalagi munculnya suami-suami yang sok alim di depan umum, hafalan ayat dan hadits nya  sudah lumayan namun ketika berada di rumah, ia adalah penjahat berbaju koko; ditambah maraknya buku-buku yang ditujukan kepada kaum Hawa agar mereka menjadi istri yang baik dan shalihah, mengabdi kepada suaminya.

sedang suaminya sendiri tak shalih; belum lagi semaraknya kajian yang diselenggarakan dengan tema untuk ibu-ibu agar mereka lebih taat dan patuh kepada suami; dan kurangnya buku-buku yang ditujukan kepada kaum lelaki agar mereka memperbaiki diri, bercermin kepada sang Nabi dan menjadi suami sejati.

Perempuan ibarat gelas-gelas kaca yang sensitif, ia harus diperlakukan dengan cara yang halus dan penuh kehati-hatian dalam memegang dan membersihkannya. Bila kau sedikit kasar biasanya gelas itu akan tergores, dan bila kau lebih kasar lagi ia bisa terjatuh dan pecah berkeping-keping. Ketika itu kau baru tersadar bahwa dirimu telah kehilangan sebuah gelas kebahagiaan, yang bila kau berusaha untuk merekatkannya kembali, ia susah untuk kembali kepada asalnya.

Semoga dapat menggugah hati yang terlena, membangunkan jiwa yang tidur, melunakkan qolbu yang keras dan menyirami bunga yang layu.

Dunia yang Terkutuk

Dunia ini terkutuk –mal’unah, yang artinya dijauhkan dari rahmat Allah semua yang di dalamnya juga terkutuk kecuali beberapa hal, sesuai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

sesungguhnya dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Ibnu Majar No:4112, dihasankan oleh AL-Albani dalam Ash-Shahihah No.2797)

Akhi.. Yang kau lakukan sekarang, dengan membaca coretan ini, adalah salah satu langkah untuk tidak terlaknat. Menjadi alim atau muta’allim, atau juga keduanya, jangan terpedaya dengan jeritan-jeritan palsu, rayuan-rayuan gombal, godaan-godaan imitasi, bukalah lebar-lebar matamu dalam memandang dunia ini, iya fana dan pasti sirna.

Bacalah firman Allah jalla jalaluh,

(يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقٌّ۬ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ (٥ 

“Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (syaitan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Fathir:5)

Banyaknya yang menjadi korban penipuan dunia, mereka adalah korban human trafficking tanpa sadar, mereka tersenyum, bergembira saat ini, namun tatkala tersingkap hakikat penipuan tersebut, pada saatnya nasi sudah menjadi bubur dan tiada lagi jalan untuk kembali memperbaiki, hanya menggigit jari penuh penyesalan yang tiada henti. Dan pelaku human trafficking itu adalah Iblis dengan segala instansi dan jaringannya.

Namun Iblis tidak mau disalahkan, karena sebelum semua itu terjadi dia telah menjelaskan hakikat perdagangannya. Dia tidak pernah memaksa atau bahkan sampai mengancam, dia hanya berbual dan berdusta, berjanji dan tidak pernah ditepati, namun semua itu telah jelas termaktub dalam daft perjanjian antara iblis dengan manusia.

Maka pada hari pengadilan kelak, ia akan berpidato dengan suara lantang dan penuh ketegasan, menyingkap tabir yang pada hakikatnya tidak pernah dia tutup-tutupi, tapi manusia saja yang menutup telinga dan mata hatinya, karena terbuai oleh hawa nafsu dan bisikan jahat.

وَقَالَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ لَمَّا قُضِىَ ٱلۡأَمۡرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَڪُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُڪُمۡ‌ۖ وَمَا كَانَ لِىَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَـٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ لِى‌ۖ فَلَا تَلُومُونِى وَلُومُوٓاْ أَنفُسَڪُم‌ۖ مَّآ أَنَا۟ بِمُصۡرِخِڪُمۡ وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِىَّ‌ۖ إِنِّى ڪَفَرۡتُ بِمَآ أَشۡرَڪۡتُمُونِ مِن قَبۡلُ‌ۗ إِنَّ ٱلظَّـٰلِمِينَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ۬ (٢٢

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara [hisab] telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan [sekedar] aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku [dengan Allah] sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. Ibrahim:22)

Human trafficking ini sudah ditandatangani oleh iblis sebagai pihak pertama. Semua terserah dirimu, maukah engkau membubuhkan tanda tanganmu sebagai pihak kedua, bila iya, maka dia sudah membelimu dengan harga yang murah, agar engkau menemani dia di dalam neraka. Selamanya…

Harta Yang Paling Mulia

Manusia mencari dan berebut harta, kadang kala mereka lupa daratan, sehingga sikut sana sikut sini. Siang dan malam, pagi dan sore tanpa merasa lelah. Menurut dirimu apakah harta yang paling mulia di muka bumi ini? Yang seharusnya menjadi rebutan manusia.

Untuk mengetahui hal itu, renungkanlah jawaban sang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang harta yang paling indah nun mulia. Pertanyaan itu bermula dengan turunnya firman Allah jalla jalaluhu.

(وَٱلَّذِينَ يَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَہَا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ۬ (٣٤

Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, [bahwa mereka akan mendapat] siksa yang pedih, (QS. At-Taubah:34)

Tsauban berkata, pada suatu ketika kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, lalu berkata sebagian dari para sahabatnya, “Telah Allah turunkan dalam urusan emas dan perak apa yang telah diturunkan, andai kita mengetahui harta apa yagn paling baik, maka kita akan mengoleksinya.” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Yang paling mulia adalah lisan yang senantiasa berdzikir, hati yang selalu bersyukur, dan istri yang beriman yang selalu membantunya dalam keimanannya.” (HR. Tirmidzi No..3095, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shohihul Jami’ No.:4408)

Di antara harta yang paling mulia, yang seharusnya menjadi target pemburuan setiap insan untuk memiliki dan menyimpannya adalah istri shalihah yang membantu suami dalam urusan akhirat.

Kata urusan akhirat perlu digarisbawahi, karena banyak dari kaum lelaki yang mencari istri yang dapat membantunya dalam urusan dunia, dan jika begitu maka istri tidak menjadi harta yang paling indah. Kelak kau akan mengerti nilai istri yang shalihah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda menegaskan perhiasan terbaik di muka bumi ini, agar manusia sadar dan pandai-pandai memilah dalam mencari kesenangan dunia,

Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah.” (HR. Muslim No.3628)

Seindah apa pun rumah yang kau bangun, semewah apa pun kendaraan yang kau miliki, sebesar apa pun penghasilan yang kau dapat, sebanyak apa pun kawan dan teman ngobrolmu.

Tanpa istri shalihah yang mendampingimu, pada hakikatnya hidupmu bak malam yang gelap gulita tanpa purnama yang menerangi. Karena kau belum meraih perhiasan terbaik di dunia ini: Istri Shalihah

Setengah Agamamu Telah Disempurnakan

Agama adalah pegangan semua urusan, tumpuan semua perbuatan, kontrol untuk semua tindakan, lentera untuk kehidupan.

Bila agamamu baik dan benar, niscaya perjalananmu menuju ke liang lahat menjadi indah dan penuh suka. Walau banyak onak dan duri di jalanan, dengan agama semuanya menjadi bumbu yang menyedapkan kehidupan ini.

Namun sebaliknya, bila lenteramu redup dan kontrolmu lemah, maka perjalananmu akan tersendat-sendat, berhias petaka dan bermantel duka, walaupun bergelimang harta dan berbalut tahta.

Dan urusan agama yang paling penting adalah memurnikan pengabdian kepada sang pencipta dan menjauhi kesyirikan yang sangat dimurkai.

Sesungguhnya seorang yang menikah dan dikarunia istri yang shalihah dan amanah pada hakikatnya telah disempurnakan separuh agamanya, karena ujian terberat yang dapat menghancurkan agama seseorang adalah syahwat, perut dan kemaluan. Dengan menikah, syahwat kemaluannya telah diredam, tersisa separuhnya lagi yakni syahwat perut.

Bila seorang pernah menikah, kemudian ia melakukan perbuatan zina, maka hukumnya adalah dirajam dengan batu sampai mati. Berbeda dengan yang belum menikah, dia hanya di dera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Namun tetap keduanya telah melakukan dosa yang buruk dan besar.

Maka jangan pernah berpikir untuk berzina sedangkan Allah telah membuka pintu untuk menundukkan nafsumu, lewat menikah dengan satu, dua, tiga atau empat wanita.

Demi Hidup Bahagia

Di antara maksud dari pernikahan adalah menggapai kedamaian dan memperoleh ketentraman jiwa, serta hidup berbalut cinta dan kasih sayang, untuk membina keluarga bersama.

Akhi, wanita yang kau nikahi berharap dapat menggapai maksud tersebut bersamamu. Dan Allah jalla jalaluhu telah memilihkan bagi manusia pasangan yang serasi dan selaras baginya, dengan itu ketentraman akan mudah diperoleh tanpa harus bersusah payah.

وَمِنۡ ءَايَـٰتِهِۦۤ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَڪُم مَّوَدَّةً۬ وَرَحۡمَةً‌ۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَتَفَكَّرُونَ (٢١)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum:21)

Tidak diragukan lagi bahwa inti kebahagiaan adalah ketentraman jiwa yang berlandaskan iman takwa kepada sang pencipta. Perlu dicatat bahwa ada beberapa sarana dunia yang menjadi pendukung untuk kedamaian seorang hamba dalam hidupnya, di antaranya adalah istri yang berkualitas agamanya.

Saad bin Abi Waqas berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Empat termasuk kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik hati, kendaraan yang nyaman. Dan empat termasuk kesengsaraan: istri yang jahat, tempat tinggal yang sempit, tetangga yang buruk, dan kendaraan yang buruk.” (HR. Ibnu Hiban No.4032, lihat ash-shahihah No.282)

Standar kebahagiaan untuk keempat perkara di atas adalah kualitasnya bukan kuantitasnya. Sebagaimana tinggal di sebuah gubuk yang reot bila berkacamata syukur maka akan mengubahnya seolah menjadi villa di lereng bukit yang indah. Begitu pula bila harus hidup tanpa memiliki kendaraan akan menjadi indah bila hati dibalut syukur dan ujian untuk Rabbi, karena ia masih memberikan kaki yang sehat yang lebih baik daripada kursi roda di atas mobil yang mewah.

Namun meski hati bersyukur, bila istri tidak shalihah tetap menjadikan hidup bak di penjara walaupun segala sarana kebahagiaan yang lainnya telah terpenuhi.

baca juga : Allah Ta’ala Mencintai Orang Yang Zuhud

pada suatu saat, nabi Ibrahim datang ingin menjenguk putra tercintanya Ismail alaihissalam. namun ternyata beliau hanya dapat berjumpa dengan istri Ismail saja. Nabi Ibrahim bertanya kepada menantunya tersebut tentang kepergian suaminya. Wanita yang tidak tahu bahwa yang ada di hadapannya itu adalah ayah sang suami menjawab, “dia sedang mencari nafkah untuk kami.”

Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang keadaan mereka. “kami dalam kondisi yang buruk dan hidup dalam kesempitan dan kemiskinan,” jawab sang menantu. Mendengar jawaban tersebut, sebelum pulang nabi Ibrahim berpesan kepada wanita itu untuk menyampaikan salam kepada Ismail dan berpesan agar Ismail mengganti bendel/palang pintunya. Ketika Ismail kerumahnya, beliau bertanya kepada Istrinya, “adakah tadi orang yang bertamu?” Istrinya menjawab, “ada, seorang tua yang sifatnya seperti ini dan seperti itu.” istrinya pun menceritakan peristiwa tadi dan menyampaikan pesan nabi Ibrahim kepada suaminya.

Mendengar hal tersebut, nabi Ismail pun berkata kepada istrinya, “yang datang tadi adalah bapakku. Ia menyuruhku untuk menceraikanmu, maka kembalilah engkau kepada orang tuamu.”

Nabi Ismail pun menceraikan istrinya sesuai dengan pesan nabi Ibrahim lalu menikah lagi dengan seorang wanita dari bani Juruhum, setelah beberapa waktu berlalu, nabi Ibrahim kembali mengunjungi nabi Ismail. Namun ternyata Ismail tidak ada di rumah. Nabi Ibrahim pun menemui istri nabi Ismail yang baru.

Beliau bertanya tentang keberadaan nabi Ismail, menantu barunya menjawab bahwa nabi Ismail sedang mencari nafkah.

Nabi Ibrahim juga bertanya tentang keadaan mereka. Wanita itu menjawab bahwa keadaan mereka baik-baik saja dan berkecukupan, sambil kemudian memuji Allah azza wajalla.

Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang makanan serta minuman mereka. Wanita itu menjawab bahwa makanan mereka adalah daging, adapun minuman mereka adalah air. Maka nabi Ibrahim mendoakan kedua hal ini, “ya Allah berkatilah mereka pada daging dan air.”

Setelah itu, nabi Ibrahim pun pergi dari rumah nabi Ismail. Namun sebelumnya, beliau berpesan kepada menantunya agar nabi Ismail mengukuhkan palang pintunya.

Ketika nabi Ismail kembali dari berburu, beliau bertanya kepada istrinya, “tadi adakah orang yang beramu?” istrinya menjawab, “ada, seorang tua yang berpenampilan bagus. Dia memuji nabi Ibrahim.” ia bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku jawab bahwa kehidupan kita baik-baik saja.”

Nabi Ismail kemudian bertanya, “apakah dia memesankan sesuatu kepadamu?” istrinya kembali menjawab, “iya. Ya menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhmu mengokohkan palang pintumu.”

Nabi Ismail berkata, “yang datang tadi adalah ayahku dan engkau adalah palang pintu tersebut. Beliau menyuruhku untuk menjagamu.” (HR. Bukhari No.3364)

Bersambung ke bagian berikutnya…, insyaAllah.

 

Diringkas dari buku: Andai Aku Tidak Menikah Dengannya

Penulis: Ustadz Dr. Syafiq bin Riza Basalamah

Diringkas Oleh: Fauzan Alexander (Staf Ponpes Darul-Quran Wal-Hadits OKU Timur)

 

baca juga:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.