Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Hakikat Dan Keistimewaan Takwa

hakikat dan keistimewaan takwa

Hakikat Dan Keistimewaan Takwa – Ketakwaan adalah salah satu konsep yang memiliki makna yang dalam dan penting dalam kehidupan manusia. Istilah ini sering dikaitkan dengan kehidupan spiritual dan hubungan dengan Allah. Maka pembahasannya menjadi penting dan patut diulas agar lebih bisa dipahami dan dimengerti akan hakikat dan segala hal yang berkaitan dengannya. Oleh karenanya, mari simak pembahasannya berikut ini.

Takwa secara etimologi berasal dari kata (waqa – yaqi – wiqayah) yang bermakna melindungi sesuatu. Adapun secara terminologi, ungkapan ulama beraneka ragam namun semuanya bermuara pada satu makna, yaitu seorang hamba mengambil suatu pelindung untuknya dari kemurkaan Allah dan azab-Nya dengan cara mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sini bisa dipahami bahwa hakikat ketakwaan adalah pada mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan hakikat ini memiliki tiga tingkatan,

  1. Menjaga diri dari azab yang kekal dengan cara menjauhi kesyirikan, sebagaimana kandungan kata takwa dalam firman-Nya,

وَأَلزَمَهُم كَلِمَةَ ٱلتَّقوَىٰ

Artinya: “Dan (Allah) mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa” [QS. Al-Fath: 26]

  1. Menjauhi segala bentuk dosa meskipun dosa kecil, sebagaimana kandungan kata takwa dalam firman-Nya,

وَلَو أَنَّ أَهلَ ٱلقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَواْ

Artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa.” [QS. Al-A’raf : 96]

  1. Membersihkan batinnya dari segala hal yang menyibukkan dari Allah, sebagaimana kandungan kata takwa dalam firman-Nya:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya.” [QS. Ali Imran : 102]

Perintah bertakwa banyak termaktub di dalam Al-Qur’an dan Hadits, namun di sini akan disebutkan sebagiannya sebagai penguat akan pentingnya perkara ini, diantaranya  firman Allah Ta’ala, yang Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya” [QS. Ali Imran : 102]

Juga sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,

اتَّقِاللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya: “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya dia (perbuatan baik) dapat menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” [HR. Tirmidzi, No. 1987. Dihasankan Syaikh Al-Albani]

Ketakwaan akan membawa pelakunya pada kedudukan dan keistiwemaan, menjadikannya berbeda dari makhluk lainnya. Di antara kedudukan dan keistimewaan orang yang bertakwa adalah sebagai berikut,

  1. Orang yang bertakwa adalah para wali Allah dan orang yang dicintai-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

أَلَآ إِنَّ أَولِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوفٌ عَلَيهِم وَلَا هُم يَحزَنُونَ . ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ

Artinya: “Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa”. [QS. Yunus : 62-63]

Orang yang bertakwa dekat dengan Allah dan mudah mendapat pertolongan-Nya Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلمُتَّقِينَ

Artinya: “Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. [QS. Al-Baqarah : 194]

  1. Orang yang bertakwa akan mendapat kemudahan di segala urusannya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجعَل لَّهُۥ مَخرَجًا

Artinya: “Dan barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membuka jalan keluar baginya”. [QS. Ath-Thalaq : 2]

  1. Orang yang bertakwa diterima amal ibadahnya dan dihapus kejelekannya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلمُتَّقِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa”. [QS. Al-Maidah: 27]

  1. Orang yang bertakwa dijanjikan surga dan kedudukan tinggi di dalamnya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

مَّثَلُ ٱلجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلمُتَّقُونَۖ

Artinya: “Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa”. [QS. Muhammad: 15]

Ketakwaan yang sudah mengakar di dalam hati pastilah akan membentuk suatu kepribadian dan karakter yang istimewa. Diantara karakter yang dimiliki orang yang bertakwa adalah sebagai berikut.

  1. Beriman dengan perkara ghaib

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

ذَٰلِكَ ٱلكِتَٰبُ لَا رَيبَۛ فِيهِۛ هُدًى لِّلمُتَّقِينَ (٢) ٱلَّذِينَ يُؤمِنُونَ بِٱلغَيبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ (٣) وَٱلَّذِينَ يُؤمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبلِكَ وَبِٱلأٓخِرَةِ هُم يُوقِنُونَ

Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat”. [QS. Al-Baqarah : 2-4]

  1. Mudah memaafkan dan berlapang dada.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُم وَجَنَّةٍ عَرضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلأَرضُ أُعِدَّت لِلمُتَّقِينَ (١٣٣) ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلكَٰظِمِينَ ٱلغَيظَ وَٱلعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلمُحسِنِينَ

Artinya: “Dan bersegerahlah kamu mencari ampunan dari Tuhan dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan”. [QS. Ali Imran : 133-134]

  1. Tidak maksum dari kesalahan, namun tidak mengerjakan dosa besar dan tidak terus-menerus melakukan dosa kecil

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُم طَٰٓئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبصِرُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya)”. [QS. Al-A’raf : 201]

  1. Senantiasa berlaku jujur dalam ucapan dan perbuatan.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَٱلَّذِي جَآءَ بِٱلصِّدقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَٰئِكَ هُمُ ٱلمُتَّقُونَ

Artinya: “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa”. [QS. Az-Zumar : 33]

  1. Senantiasa mengikuti jalannya orang-orang shiddiq dari para nabi, rasul, dan para sahabat.

Allah Ta’ala  berfirman:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang shiddiq”. [QS. At-Taubah: 119]

  1. Senantiasa berlaku adil.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَلَا يَجرِمَنَّكُم شَنَـأنُ قَومٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعدِلُواْۚ ٱعدِلُواْ هُوَ أَقرَبُ لِلتَّقوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعمَلُونَ

Artinya: “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan”. [QS. Al-Maidah : 8]

  1. Senantiasa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّم شَعَائِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقوَى ٱلقُلُوبِ

Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati”. [QS. Al-Hajj : 32]

  1. Sangat berhati-hati pada perkara syubhat

Maksudnya adalah meninggalkan perkara yang secara dhahir tidak ada dosa atau mubah sebagai bentuk kehati-hatian agar tidak terjatuh pada perkara yang membawa dosa tanpa disadari.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

لَايَبْلُغُالعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنَ المُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ البَأْسُ

Artinya: “Seorang hamba belum mencapai derajat takwa sehingga ia meninggalkan sesuatu yang mubah (boleh) sebagai bentuk kehati-hatian dari sesuatu yang dilarang”. [HR. Tirmidzi, No. 2451, beliau berkata, hasan gharib]

Setelah memahami akan kedudukan orang yang bertakwa serta karakter mereka pasti ada ketertarikan dalam hati orang yang beriman untuk mencapai kedudukan tersebut. Maka sangatlah penting mengetahui cara yang tepat untuk mencapainya. Di antara cara yang disebutkan para ulama’ untuk mencapainya adalah sebagai berikut.

  1. Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah

Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata, “Rasa cinta itu (ibarat) pohon di dalam hati, akarnya adalah ketundukan kepada yang dicintai, batangnya adalah pengetahuan tentangnya, dahannya adalah rasa takut kepadanya, daunnya adalah rasa malu darinya, buahnya adalah ketaatan kapadanya, dan unsur yang melestarikannya adalah dzikir mengingatnya. Kapan saja rasa cinta itu kehilangan salah satunya maka akan menjadi kurang.”

Hal-hal yang dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Allah,

(1) Membaca Al-Qur’an dengan mentadaburinya

(2) Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan sunnah setelah amalan amalan wajib

(3) Senantiasa dzikir mengingat Allah dengan hati dan lisan

(4) Mendahulukan kecintaan Allah dari kecintaan pribadinya saat dikuasai hawa nafsu

(5) Memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah

(6) Mengingat berbagai karunia dan kenikmatan yang telah Allah berikan

(7) Sering berkhalwat dan bermunajat kepada Allah, terlebih pada sepertiga malam terakhir

(8) Mencari dan bergaul dengan orang-orang shalih

(9) Menjauhi segala perkara yang dapat mengahalangi kecintaan kepada Allah baik syahwat maupun syubhat

(10) Memperbanyak tafakur dan tadabur terhadap ciptaan Allah

(11) Memahami balasan yang Allah berikan bagi hamba-Nya yang bertakwa

  1. Merasa diawasi Allah

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَهُوَ مَعَكُم أَينَ مَا كُنتُمۡۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. [QS. Al-Hadid : 4]

Ibnu Katsir  berkata, “Maksudnya mengawasimu, menyaksikan amal perbuatanmu di mana pun kamu berada, bagaimana pun kamu, baik perbuatan baik atau buruk, di waktu malam atau siang, di dalam rumah atau tanah lapang, segalanya sama di dalam pengetahuan-Nya, di bawah penglihatan dan pendengaran-Nya, mendengar ucapanmu, mengetahui tempat, rahasia dan bisikanmu”.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَكَأَنَّكَتَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya: “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatnya, bila kamu tidak dapat melihatnya maka sesunggunya Dia melihatmu”. [HR. Muslim, No. 8]

  1. Memahami akibat maksiat dan dosa

Tidaklah ada keburukan di dunia dan di akhirat melainkan sebab dan pangkalnya adalah dosa. Maka ujungnya pasti sebuah kesengsaraan. Allah Subhanahu Wata’ala  berfirman:

فَأَمَّا مَن طَغَىٰ . وَءَاثَرَ ٱلحَيَوٰةَ ٱلدُّنيَا . فَإِنَّ ٱلجَحِيمَ هِيَ ٱلمَأوَىٰ

Artinya: “Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya”. [QS. An-Nazi’at: 37-39]

  1. Berusaha melawan hawa nafsunya

Syaikh Mushtafa As-Suba’i berkata, “Bila jiwamu ingin bermaksiat maka ingatkanlah dengan Allah, bila belum kembali (sadar) maka ingatkan dengan akhlak orang-orang (shalih), bila belum kembali (sadar) maka ingatkan dengan ditampakkannya aib di depan manusia (pada hari kiamat), bila belum kembali (sadar) juga maka ketahuilah kamu pada saat itu berubah menjadi hewan.”

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَأَمَّا مَن خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفسَ عَنِ ٱلهَوَىٰ . فَإِنَّ ٱلجَنَّةَ هِيَ ٱلمَأۡوَىٰ

Artinya: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya)”. [QS. An-Nazi’at : 40-41]

  1. Mempelajari jerat dan tipu daya syaitan

Ibnu Muflih Al-Maqdisi  berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya syaitan menghadang orang beriman lewat tujuh pintu, (pertama) pintu kekufuran, bila dia selamat maka lewat pintu (kedua) bid’ah, kemudia pintu (ketiga) dosa besar, kemudian pintu (keempat) dosa kecil, bila dia selamat maka lewat pintu (kelima) perkara mubah yang menyibukkannya dari ketaatan, bila dia bisa melawannya maka (pintu keenam, setan) menyibukkannya dengan perkara kurang utama dari perkara yang utama, bila dia bisa selamat darinya maka syaitan menempuh pintu ketujuh, tidak ada seorang mukmin pun yang selamat, jika ada yang selamat maka rasulullah yang akan selamat, yaitu kekuasaan musuh-musuh fajir untuk melakukan berbagai gangguan”.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِنَّ ٱلشَّيطَٰنَ لَكُم عَدُوٌ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدعُواْ حِزبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِن أَصحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

Artinya: “Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. [QS. Fathir : 6]

  1. Memperbanyak berdo’a

Tidak ada daya dan upaya dari seorang hamba melainkan semuanya dari pertolongan Allah. Maka dari itu, memperbanyak do’a dan memohon pertolongan-Nya merupakan sebab penting dalam meraih ketakwaan kepada-Nya. Sehingga Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  pun juga mengajarkan hal dalam salah satu do’anya,

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيتَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

Artinya: “Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah jiwaku. Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat mensucikannya. Engkaulah yang menguasai dan menjaganya”. [HR. Muslim, No. 2722]

Demikian yang bisa penulis jelaskan terkait hakikat ketakwaan, tingkatan, keistimewaan, karakter dan cara mencapainya. Semoga bisa bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kita semua untuk mencapai derajat ketakwaan di sisi Allah. Akhir kata, kami memohon kepada Allah dengan segala asma’ dan sifat-Nya agar memberkahi dan meridhai tulisan ini. Wabillahi Taufiq Ila Aqwamith Thariq.

 

Referensi :

Majalah HSI Edisi 54 Dzulhijjah 1444 H.

Ditulis oleh : Abdullah Yahya An-Najaty, Lc..

Diringkas oleh : Aryadi Erwansah (Staf Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur)

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.