Jalan Menuju Kejayaan Islam – Berbagai macam musibah datang dari musuh-msuh Islam, mejadi ujian yang menimpa kaum muslimin sekarang ini. Sungguh, keyataan ini tidaklah tersembungi bagi setiap muslim. Begitu banyak negeri kaum muslimin yang mengalami berbagai macam penindasan dan kebrutalan dari kaum kuffar (orang-orang kafir) yang tidak memiliki rasa belas kasihan. Itulah sunnatullah bagi para makhluk-Nya, Allah hendak menguji orang-orang yang beriman agar tampak mana yang pantas mendapatkan kemuliaan dan mana yang pantas mendapat kehinaan.
Akhir yang baik akan didapatkan oleh ahlul iman. Itulah yang wajib diyakini oleh hati setiap mukmin. Akan tetapi, masa ujian terkadang begitu panjang sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala dan terkandung di balikny hikmah-hikmah yang hanya diketahui oleh Allah.
Tidaklah pantas untuk menangisi puing-puing reruntuhan, karena hal itu tidak akan memperbaikinya. Tidaklah pantas menghitung-hitung kesedihan, karena hal itu tidak akan mengobatu dan melapangkannya. Menangisi puing-puing reruntuhan adalah manhaj harokiyyin yang mengeksploitasi mimbar-mimbar untuk memprovokasi perasaan-perasaan dengan hal-hal yang tidak membawa penyelesaian, hanya menghitung-hitung kekuatan-kekuatan musuh dan kelemahan-kelemahan kaum muslimin, yang hal itu tidak menambahkan selain kepahitan di atas kepahitan.
Adapun manhaj ahlil haq adalah mengembalikan semuanya kepada petunjuk Rabb manusia. Ahlil haq menjelaskan kepada manusia tentang jalan-jalan yang wajib ditempuh oleh setiap muslim untuk mengentaskan diri dari jurang keterpurukan dan meraih kejayaan di dunia dan di akhirat, kemenangan yang gemilang di dunia, dan pahala yang berlipat di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Syarat Turunnya pertolongan Allah
Sesungguhnya wang wajib diketahui oleh setiap muslim ialah apa yang mesti dilakukan sehingga mendatangkan sebab-sebab yang akan membuahkan pertolongan Allah. Setiap akibat pasti ada sebabnya, demikianlah sunnatullah. Dan Allah tabaroka wata’ala telah mensyaratkan bagi kaummuslimin yang menginginkan pertolongan agar memenuhi dua syarat yang agung, yaitu:
Pertama: I’dad Imani (persiapan Iman), karena Allah tabaroka wata’ala telah menggadaikan pertolongannya pada ahlinya, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يا أيها الذين أمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
Hai orang-orang yang beriman, jika kaum menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menoongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad/47:7)
Kedua: I’dad Maddi (Persiapan Kekuatan Fisik), Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وأعدوا لهم ما استطعتم من قوة ومن رباط الخيل ترهبون به عدو الله وعدوكم
Dan siapkanlah utuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kaum sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu. (QS. Al-Anfal/8:60)
Persiapan iman adalah takwa kepada Allah
Allah telah menjadikan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka orang yang maksiat kepada Allah, yang menyelisihi-Nya serta berbuat syirik da bid’ah dalam agama, bukanlah orang-orang yang akan dipilih untuk mendapatkan pertolongan Allah subhanahu wata’ala karena Allah subhanahu wata’ala telah berfirman:
Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa. (QS. Thoha/20:132)
Maka jelaslah bahwa Allah azza wa jalla akan menolong umat ini, tetapi pertolongan itu kana turun pada ahlinya. Turunnya pertolongan tersebut bukan dengan angan-angan dan khayalan semata, sebgaiman yang senantiasa dinyalakan harokiyyin pada perasaan-perasaan manusia. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab. Barng siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (QS. An-Nisa/4:123)
Taqwa kepada Allah ada dua macam:
- Tauhidullah (mengikhlaskan ibadah semata kepada Allah).
- Memurnikan mutaba’ah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam
Fudhail bin Iyyadh rahimahullah menjelaskan makna firman Allah subhanahu wata’ala :
Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Al-Mulk/67:2)
Beliau (Fudhail bin Iyyadh) berkata: “Yitu yang paling ikhlas dan paling benar.” Ditanyakan kepada nya: “wahai Abu Ali apakah yang dimaksud dengan paling ikhlas dan paling benar?” maka dia menjawab: “Sesungguhnya amalan jika dia ikhlas tetapi tidak benar mak tidak akan diterima, dan jika dia benar dan tidak ikhlas maka tidak akan diterima hingga menjadi ikhlas dan benar. Ikhlas adalah jika diniatkan semata-mata karena Allah, dan benar jika dilandaskan di dalam Hilyatul Auliya 8/95)
Pertolongan Allah hanya bagi ahli tauhid
Perkara yang paling besar perlu disiapkan orang-orang beriman agar memiliki kekuatan atas musuh-musuhnya adalah hendaknya mereka senantiasa berhubungan degngan Allah melalui tauhid, mahabbah (kecintaan), pengharapan, takut, inabah (kembali kepada-Nya), khusyu’, tawakkal, dan selalu berada di sisi-Nya serta mencukupkan dari selain-Nya. Merka adalah ahli tauhid yang murni, yang kepada mereka telah dijanjikan Allah pertolongan, keteguhan, kemanan, dan khilafah (kepemimpinan). Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ ڪَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَہُمُ ٱلَّذِى ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّہُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنً۬اۚ يَعۡبُدُونَنِى لَا يُشۡرِكُونَ بِى شَيۡـًٔ۬اۚ وَمَن ڪَفَرَ بَعۡدَ ذَٲلِكَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ (٥٥)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nur/24:55)
Apakah kaum muslimin telah memperhatikan satu syarat yang agung ini: “Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersukutukan sesuatu apapun dengan Aku”.
Apakah pertolongan akan didapatkan oleh orang-orang yang beristighotsah pada orag yang telah mati? Apakah pertolongan akan didapatkan oleh orang-orang yang sujud di kuburan? Dan sejenisnya, mereka ini semua tidak akan mendapatkan pertolongan. Ironisnya, yang sejenis mereka pada kaum muslimin hari ini begitu banyak, bahkan mayoritas.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam tidak mengabaikan tauhid sekalipun dalam jihad
Sekelompok kaum mukminin sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam keluar menuju perang Hunain. Sebagian dari mereka baru masuk Islam. Ketika mereka melihat kaum musyirikin menggantungkan senjata-senjatanya pada sebuah pohon yang disebut Dzaatun Anwaat meminta barokah artinya, maka diantaara kaum mukminin yang lemah imannya (karena baru meninggalkan kejahiliahan dan kesyirikan) berkata: “wahai Rasulullah, buatkanlah bagi kami Dzaatu Anwaat seperti mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam menjawab: Allahu Akbar (dalam satu riwayat: subhanallah) ini adalah sunnah-sunnah. Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kalian telah mengatakan seperti perkataan kaumnya Musa kepadanya: “buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala).” (diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya 5/218 dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani di dalam Zhilalul Jannah 1/31)
Perhatikanlah betapa agungnya hadits ini, di mana keadaan mereka yang baru masuk Islam tidak menghalangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam untuk mengingkari mereka dari satu kalimat yang akan mengantarkan kepada kesyirikan. Keadaan mereka keluar dalam rangka memerangi kuffar (ornag-orang kafir) tidak mencega beliau untuk mendiamkan kesalahan aqidah yang ada pada mereka.
Ditulis oleh Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Shaifullah rahimahullah
Dari Majalah Al-Furqon Edisi 01 th. Ke-10 1431/2010
Dirangkum oleh Fauzan Alexander.
BACA JUGA :
Leave a Reply