Soal : Bagaimana dengan pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa dengan shalat Dhuha rezeki kita akan dipermudah?
Dari Hamba Allah
Jawaban:
Bismillah. Alhamdulillah washshalatu wassalam ‘ala Rasulillah.
Pertanyaan ini insya Allah sangat bermanfaat untuk kita semua.
Ada beberapa riwayat yang mengisyaratkan hal tersebut, sehingga sebagian kaum muslimin menggunakannya sebagai dalil untuk menunjukkan bahwa orang yang mengerjakan shalat Dhuha akan dimudahkan rezekinya oleh Allah subhanallahu wa ta’ala. Akan tetapi, benarkah pendalilan tersebut?
Di antara riwayat-riwayat yang menyebutkan akan hal ini adalah sebagai berikut:
Riwayat pertama:
عنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ وَأَبِى ذَرٍّ -رضي الله عنهما- عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : عَنِ اللَّهِ -عَزَّ وَجَلَّ- أَنَّهُ قَالَ: { ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِى مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ آخِرَهُ.}
Diriwayatkan dari Abud-Darda’ dan Abu Dzar radhiallahu ‘anhuma dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah ‘azza wa jalla bahwasanya Allah berkata, “Wahai Anak Adam! Shalatlah untuk-Ku di awal siang sebanyak empat rakaat, maka Aku akan mencukupimu pada akhir harimu.”[1]
Riwayat kedua:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ -رضي الله عنه- أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: { يَا ابْنَ آدَمَ، اكْفِنِي أَوَّلَ النَّهَارِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ، أَكْفِكَ بِهِنَّ آخِرَ يَوْمِكَ.}
Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhani radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah berkata, ‘Wahai Anak Adam! Cukupkanlah Aku di awal pagi dengan mengerjakan (shalat) empat rakaat, maka Aku akan mencukupimu karenanya pada akhir harimu.”[2]
Disebutkan juga riwayat lain dengan lafaz yang mirip.
Apa yang dimaksud dengan empat rakaat pada hadits tersebut?
Para ulama berselisih pendapat akan hal ini. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah empat rakaat shalat Dhuha, empat rakaat shalat Isyraq atau shalat Subuh bersama dua rakaat Qabliyah Subuh.
Muhammad ‘Abdurrahman Al-Mubarakfuri rahimahullah mengatakan:
قِيلَ الْمُرَادُ صَلَاةُ الضُّحَى وَقِيلَ صَلَاةُ الْإِشْرَاقِ . وَقِيلَ سُنَّةُ الصُّبْحِ وَفَرْضُهُ لِأَنَّهُ أَوَّلُ فَرْضِ النَّهَارِ الشَّرْعِيِّ ، قُلْت : حَمَلَ الْمُؤَلِّفُ وَكَذَا أَبُو دَاوُدَ هَذِهِ الرَّكَعَاتِ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى وَلِذَلِكَ أَدْخَلَا هَذَا الْحَدِيثَ فِي بَابِ صَلَاةِ الضُّحَى
“Disebutkan bahwa yang dimaksud pada hadits ini adalah shalat Dhuha, menurut pendapat lain dia adalah shalat Isyraq dan menurut pendapat lain dia adalah sunah Subuh dan shalat fardhu Subuh, karena dia adalah shalat fardhu di waktu siang yang pertama. Saya katakan, ‘Penulis (Imam At-Tirmidzi) begitu pula Abu Dawud mengartikan rakaat-rakaat ini dengan shalat Dhuha. Oleh karena itu, beliau berdua memasukkan hadits ini ke dalam Bab Shalat Dhuha.”[3]
Demikian pula yang dilakukan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul-Bari dan Ibnu Baththal dalam Syarh-nya, beliau berdua ketika menyebutkan tentang shalat Dhuha beliau menyebutkan hadits ini.[4]
Apa maksud dari ‘Aku akan mencukupimu pada akhir harimu’?
Muhammad ‘Abdurrahman Al-Mubarakfuri rahimahullah mengatakan:
قَالَ الطِّيبِيُّ: أَيْ أَكْفِك شُغْلَك وَحَوَائِجَك وَأَدْفَعُ عَنْك مَا تَكْرَهُهُ بَعْدَ صَلَاتِك إِلَى آخِرِ النَّهَارِ. وَالْمَعْنَى أَفْرِغْ بَالَك بِعِبَادَتِي فِي أَوَّلِ النَّهَارِ أُفْرِغْ بَالَك فِي آخِرِهِ بِقَضَاءِ حَوَائِجِك اِنْتَهَى .
“Ath-Thibi mengatakan bahwa maksudnya adalah Aku akan mencukupkan dari kesibukan dan kebutuhan-kebutuhanmu dan Aku akan menahan darimu apa yang engkau benci setelah shalatmu ini sampai akhir siang. Dan maknanya adalah kosongkanlah urusanmu untuk beribadah kepada-Ku di awal siang, maka saya akan menyelesaikan urusanmu di akhir siang dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu.”[5]
Badruddin Al-‘Aini rahimahullah mengatakan:
“Dan maknanya adalah janganlah kamu melupakan shalat empat rakaat untuk-Ku di awal siangmu, karena Aku akan mencukupimu pada akhir siangmu dari seluruh kegelisahan-kegelisahan, bala-bala bencana dan yang semisalnya.”[6]
Allahu a’lam bishshawab penulis tidak menemukan penjelasan ulama hadits yang menjelaskan secara khusus bahwa shalat Dhuha dapat menjadi pembuka pintu rezeki seseorang. Akan tetapi yang penulis dapatkan adalah penjelasan bahwa shalat Dhuha bisa menjadi sebab agar Allah subhanallahu wa ta’ala memudahkan urusan-urusan seorang hamba pada hari tersebut dan menjauhkannya dari hal-hal yang tidak baik.
Adapun mengenai rezeki, Allah subhanallahu wa ta’ala telah menyebutkan di dalam Al-Qur’an:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
“(2) Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan untuknya jalan keluar. (3) Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka. Dan barangsiapa yang ber-tawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah menjadikan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS Ath-Thalaq: 2-3)
Dengan demikian sudah sepantasnya kita tidak berharap kecuali kepada Allah. Adapun amalan-amalan yang memiliki keutamaan-keutamaan yang berhubungan dengan balasan yang disegerakan di dunia, maka sudah seharusnya kita mengikhlaskannya hanya untuk Allah dan bukan hanya mengharapkan hal tersebut.
Allahu a’lam bishshawab. Billahittaufiq.
Dijawab oleh: Ust. Said Yai Ardiansyah, M.A. (Pengajar di Darul-Qur’an Wal-Hadits/Yayasan Kunci Kebaikan OKU Timur)
Footnote :
[1] HR At-Tirmidzi no. 475. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani.
[2] HR Ahmad no. 17390. Hadits ini dinyatakan shahih sanadnya oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dkk.
[3] Tuhfatul-Ahwadzi II/11.
[4] Lihat Fathul-Bari III/54 dan Syarh Shahih Al-Bukhari Libni Baththal III/172.
[5] Tuhfatul-Ahwadzi II/11.
[6] ‘Umdatul-Qari XI/195.
makasih admin
artikelnya sangat membantu sekali
semoga lebih baik kedepanya