Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Waspada Terhadap Kisah-Kisah Yang Tak Nyata (Bagian 1)

waspada kisah tak nyata

Waspada Terhadap Kisah – Kisah Yang Tak Nyata (Harut dan Marut)-Bagian 1 – Membaca kisah memang asyik dan menyenangkan, penuh dengan ibrah dan pelajaran, apalagi kisah para nabi dan orang-orang shalih tentulah sarat dengan Mutiara-mutiara hikmah yang sangat berharga. Adapun kisah orang -orang shalih, Imam Sufyann bin ‘Uyainah berkata:”ketika membicarakan kisah mereka, turunlah rahmat Allah ta’ala.

Pengetahuan tentang kisah memang sangat menarik untuk di baca dan di dengar, akan tetapi pengetahuan yang mulia ini telah ternodai oleh goresan tangan orang – orang yang tidak bertanggung jawab , dengan memutarbalikkan fakta yang sebenarnya, lalu menebarkan kisah-kisah yang tak shahih. Ironisnya justru kisah-kisah itulah yang banyak beredar, kebanyakan kisah-kisah tersebut mengandung unsur kerusakan aqidah dan celaan terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta ulama. Sebagaimana dalam firman Allah ta’ala :

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”[1].

Maka hendaknya kita berhati-hati dan mengoreksi terlebih dahulu tentang keshahihan kisah sebelum kita menyampaikannya atau menceritakannya Kembali. Alangkah bagusnya jika yang dikatakan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar radhiallahu ‘anhu :”Diharuskan bagi seorang yang ingin menilai sesuatu ucapan, perbuatan atau golongan untuk berhati-hati dalam menukil dan tidak memastikan kecuali benar-benar terbukti, tidak boleh mencukupkan diri hanya pada issu yang beredar apalagi jika hal itu menjurus kepada celaan kepada seorang ulama”.[2]

  1. Anis bin Ahmad bin Thahir al-Indonesiy[3], juga berkata :” Sesungguhnya memilah Riwayat, khususnya tentang siroh[4] merupakan suatu khidmat terhadap sunnah dan para peneliti, khususnya yang menggeluti ilmu hadits karena hak itu mendekatkan mereka kepada dalil yang shahih, bersih dari semangat yang tak terkendali dan hawa nafsu yang tak berdasar pada dalil yang shahih agar jelas hujjah dan agar penuntut ilmu di atas cahaya ilmu tentang sirah Nabi yang shahih dan siroh yang tidak shahih seperti tertuang dalam Sebagian kitab-kitab sejarah, sebagaimana kata Al-Iraqi dalam Alfiyah fi siroh:

وَلِيَعَلْمَ الطَّالِبُ أَنَّ السِّيَرَا……تَجمَعُ مَا صَحَّ وَمَا قَدْ أُنْكِرَا

Hendaknya penuntut ilmu tahu bahwa sirah …… mengumpulkan kisah yang shahih dan munkar”.[5]

Betapa banyaknya hadits dan kisah yang masyhur dimasyarakat kan tetapi para ulama hadits menghukuminya sebagai hasits lemah, palsu bahkan tidak ada asalnya. Disinilah letak pentingnya kehadiran buku-buku yang shahih, yang dimana agar bisa memaparkan Sebagian kisah yang tidak shahih yang akan membuat kita jatuh atau terjerumus ke dalam penyimpangan dan kedustaan.

Beberapa kisah yang akan dibahas secara masyhur namun tidak nyata adanya.

1.    Kemaksiatan Harut dan marut

Singkat kisahnya: ketika Allah menurunkan adam kebumi maka para malaikat berkata “wahai Rabb-ku mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan menyucikan engkau?”, Allah berfirman kepada para malaikat:” pilihlah dua malaikat yang akan kuturunkan ke muka bumi dan kita lihat apa yang akan diperbuat keduanya”. Para malaikat berkata: ”Harut dan marut”. Maka Harut dan marut  diturunkan ke bumi dan dinampakkan Wanita cantik yaitu Zuhroh, maka datanglah keduanya kepada Zuhroh dan meminta Zuhroh untuk berzina kepadanya keduanya, maka Zuhroh berkata: ”tidak demi Allah sampai kalian berbuat kesyirikan”. Marut dan Harut menjawab: ”tidak demi Allah, tidak akan berbuat kesyirikan terhadap Allah selama-lamanya”. Maka pergilah Zuhroh dan Kembali lagi dengan membawa bayi, dan keduanya pun berkata Kembali agar Zuhroh mau menyerahkan dirinya kepada mereka berdua, lalu Zuhroh menyuruh mereka untuk membunuh bayi tersebut, namun mereka tidak mau, lalu Zuhroh pergi dan Kembali lagi dengan membawa segelas khomr  yang akan diberikan kepada Harut dan marut, dan akhirnya mereka meminum khomr tersebut lalu mereka berdua pun membunuh bayi tersebut karena mabuk.

Benarkah kisah ini, padahal di dalamnya mengandung cerita yang menunjukkan kedurhakaan dua malaikat kepada Allah?

Derajat kisah ini adalah batil. ada 3 riwayat yang marfu’ ( sampai kepada nabi) tentang kisah ini kesimpulannya seperti yang dikatakan oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir: “kisah Harut dan marut ini diriwayatkan dari beberapa tabi’in seperti Mujahid, Suddi, Hasan Al-Bashri, Qotadah, dan lain-lain. Kesimpulannya perincian mendetail dari kisah ini Kembali ke berita Israailayyat (bani Israil) karena riwayat ini tidak ada sama sekali dalam hadits marfu’  yang bersambung dengan sanadnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Ash shodiqul mashduq yang tidak pernah berucap dari hawa nafsunya. Dan dhohir konteks Al-Quran adalah menyebutkan kisah ini dengan global dan tanpa berpanjang lebar, maka kita beriman kepada apa yang satang dalam Al-Quran sesuai yang dikehendaki Allah. Dan Allah yang lebih tau tentang hakikatnya. [6]

Tinjauan dari segi matan

Matan kisah ini pun munkar sebagaimana ditegaskan oleh para ulama. Abu Hatim berkata: ”Hadits ini munkar”[7]. Imam Ahmad juga berkata: ” kisah ini munkar, hanya diriwayatkan dari Ka’ab”.

Al Imam Al-Qurthubi rahimallahu berkata:” ini semua lemah dan jauh sekali kalau muncul dari Ibnu Umar yang lainnya dan tidak ada yang shahih satupun. Hal ini juga bertentangan dengan pokok-pokok syari’at tentang keadaan para malaikat yang merupakan kepercayaan Allah atas wahyu-Nya dan duta-duta-Nya kepada para rasul yang malaikat ini tidak pernah durhaka atas perintah Allah kepada mereka dan selalu mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada mereka sebagaimana dalam firman Allah ta’ala:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[8]

Al-Hafidz Ibnu Hazm rahimahullahu berkata: “ Di antara bukti-bukti yang menunjukkan kebatilan kisah Harut dan marut ini adalah firman Allah ta’ala :

مَا نُنَزِّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ إِلَّا بِٱلْحَقِّ وَمَا كَانُوٓا۟ إِذًا مُّنظَرِينَ

Artinya: “Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh.”[9]

Dalam ayat ini Allah memastikan bahwa tidak pernah menurunkan malaikat dengan Al-Haqq (kebenaran). Sedangkan minum khamr, berzina, membunuh jiwa yang diharamkan dan mengajarkan sihir (yang dilakukan oleh dua malaikat dalam kisah ini) semuanya itu bukanlah termasuk Al-Haqq, bahkan merupakan kebatilan. Dan kita bersaksi bahwa para malaikat tidak pernah turun sama sekali dengan perkara yang keji dan kebatilan ini.[10]

Jadi, kisah Harut dan Marut ini adalah kisah yang batil dari segi Riwayat dan dirayah, sehingga tidak memakai kisah ini sebagai tafsir ayat, sebab nuzul, ataupun I’tiqad. Dan kisah ini merupakan salah satu hal yang harus dibersihkan dari kitab-kitab tafsir susuai dengan tugas setiap muslim untuk membersihkan syariat Islam dari hal-hal yang mengotorinya. Wallahu a’lam.

 

REFERENSI:

Diambil dari buku “ Waspada terhadap kisah-kisah tak nyata” (yang di ringkas dari majalah Al-Furqon edisi 11/ th.2)

Karya : Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Diringkas oleh : Marisa Daniati (Pengajar PONPES DQH OKUT)

[1] QS. Yusuf:111

[2] Dzail Tibrul Al-Masbuk hal.4 oleh as-Sakhawi, dari Qashasun La Tasbutu 2/16 oleh Masyhur bin Hasan Salman

[3] Hadits Thala’a Al-Badru Alaina hlm.6

[4] Sungguh sangat disayangkan banyak Riwayat-riwayat lemah dan dusta dalam sirah Nabi. Lihat secara bagus dalam kita “Maa Sya’a wa Lam Yatsbut fi Siroh Nabawiyyah”. Hlm 6-8 oleh Muhammad bin Abdillah al-‘Ausyin.

[5] Alfiyah Ma’a Syarhiha Al’Ujalah Saniyyah hlm.3

[6] Tafsir Ibnu Katsir 1/178-179. Lihat juga silsilah adh-Dho’ifah al-Albani:170

[7]Ilalul Hadits 2/96-70

[8] QS.At-Tahrim:6

[9] QS.Al-Hijr:8

[10] Al-Fishol fil MIlal wan Nihal 4/26-27

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.