Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Tegar di Atas Sunnah

tegar diatas sunnah

Tegar di atas Sunnah – Segala puji bagi Allah subhanahu wa Ta’ala, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka hingga akhir zaman. Amma Ba’du.

DEFINISI “SUNNAH”

Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata, “As-sunnah (sunnah) asalah cara/jalan yang ditempuh oleh Rasulullah. Termasuk berpegang teguh pada apa yang menjadi landasan Rasulullah dan para Khulafaurrasyidin baik dalam keyakinan, perbuatan, maupun perkataan. Itulah sunnah yang sempurna.

Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata, Sunnah adalah segala hal yang dilandasi dalil syar’i. Yaitu taat Kepada Allah dan Rasul-Nya, baik yang dilakukan oleh Rasulullah, dilakukan pada zaman beliau, atau belum beliau lakukan dan juga belum pernah dilakukan di zaman beliau karena tidak adanya faktor pendorong dilakukannya perbuatan tadi pada saat itu atau karena adanya halangan.

Imam Syathibi berkata, Walhasil,(istilah) as-sunnah jika dimutlakkan maka mempunyai empat makna: Pertama, ucapannya Nabi; kedua, perbuatan beliau; ketiga, persetujuan beliau-dan semua ini diperoleh oleh wahyu atau ijtihad beliau jika dikatakan boleh. itu baru tiga makna; (adapun) yang keempat adalah apa yang datang dari para sahabat atau Khulafaurrasyidin.

Dengan pengertian tersebut, maka mengikuti sunnah berarti mengikuti jejak Rasulullah secara lahir dan batin, dan mengikuti jalan para pendahulu yang utama dari kalangan Muhajirin dan Anshar.

KEDUDUKAN SUNNAH DI DALAM ISLAM

Sunnah Rasulullah kedudukannya sangat agung dan mulia karena merupakan sumber kedua syariat Islam setelah Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an dan sunnah saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan. Rasulullah diberi Al-Qur’an dan Sunnah secara bersamaan. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman:

وَٱذكُرنَ مَا يُتلَىٰ فِي بُيُوتِكُنَّ مِن ءَايَٰتِ ٱللَّهِ وَٱلحِكمَةِۚ  إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا

Artinya: “Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmudari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabi). Sesungguhnya Allah adalah Mahalembut lagi Maha Mengetahui”. (QS al-Ahzab [33]: 34)

Allah subhaanahu wata’ala juga berfirman:

وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلكِتَٰبَ وَٱلحِكمَةَ

Artinya: “Mengajari mereka al-kitab dan al-hikmah (Sunnah).” (QS al-Jumu’ah [62]: 2)

Imam Syafii, Yahya bin Katsir, Qatadah, dan lainnya menyebutkan bahwa yang dimaksud al-Hikmah pada ayat di atas adalah as-sunnah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Ketahuilah bahwa aku diberi al-kitab (Al-Qur’an) dan yang semisalnya (yaitu as-sunnah) secara bersamaan.” (Shahih, HR. Abu Dawud)

Imam Ibnul Qayyim berkata, Hubungan as-Sunnah dengan al-Qur’an terdapat di dalam tiga bagian:

Pertama: as-Sunnah bertepatan dengan Al-Qur’an dalam segala hal.

Kedua: as-Sunnah menjadi penjelas dan tafsir bagi al-Qur’an.

Ketiga: as-Sunnah menetapkan hukum yang tidak ditetapkan oleh al-Qur’an atau yang tidak diharamkan olehnya.

Oleh karena itu, wahai hamba Allah, amalkanlah sunnah Nabi. Apa saja yang datang dari beliau (Nabi) maka terimalah/ambillah. Tidak boleh memisah-misahkannya dari Al-Qur’an. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirmah:

وَمَآ ءَاتاكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاٰكُم عَنهُ فَٱنتَهُواْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ  إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلعِقَابِ

Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya”. (QS al-Hasyr [59]: 7)

DALIL-DALIL WAJIBNYA MENGIKUTI AL-QUR’AN DAN SUNNAH

Ketahuilah, sangat banyak dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah yang memerintahkan agar setiap mukalaf beramal dengan Al-Qur’an dan Sunnah; memerintahkan agar seluruh umat manusia mengikuti wahyu Ilahi di dalam kehidupan mereka bukan mengikuti pendapat-apalagi perbuatan umumnya manusia!

Dalil-dalil diantaranya yaitu:

Dalil pertama ialah firman Allah ‘azza wa jalla:

ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيكُم مِّن رَّبِّكُم وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَولِيَآءَۗ  قَلِيلا مَّا تَذَكَّرُونَ

Artinya: “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb (Tuhan)mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (QS al-A’raf [7]: 3)

Dalil kedua ialah firman Allah ‘azza wa jalla:

وَإِذَا قِيلَ لَهُم تَعَالَواْ إِلَىٰ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَإِلَى ٱلرَّسُولِ رَأَيتَ ٱلمُنَٰفِقِينَ يَصُدُّونَ عَنكَ صُدُودا

Artinya: “Apabila dikatakan kepada mereka “marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang telah Allah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS an-Nisa’ [4]: 61)

Dalil ketiga ialah firman Allah ‘azza wa jalla:

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلهُدَىٰ وَيَتَّبِع غَيرَ سَبِيلِ ٱلمُؤمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَت مَصِيرًا

Artinya: “Dan barang siapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat tinggal. (QS an-Nisa’ [4]: 115)

KABAR GEMBIRA BAGI YANG TEGAR DI ATAS SUNNAH

  1. Masuk Surga

Puncak kenikmatan para pengikut sunnah adalah mendapatkan Surga yang mahaluas.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى. قالوا: يا رسول الله, ومن يأبى؟

Setiap umatku akan masuk Surga, kecuali yang enggan. Ada yang bertanya, Siapa yang enggan masuk surga itu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab:

من أطا عني دجل الجنة, ومن عصاني فقد أبى.

Orang yang taat kepadaku, dialah yang akan masuk Surga. Dan orang yang menyelisihiku, dialah orang yang enggan masuk Surga.(Muttafaq Alaih)

  1. Mendapat pahala lima puluh orang

Dan Abu Umayyah asy-Sya’bani, ia berkata: Aku bertanya kepada Abu Tsa’labah al-Khusyani, Wahai Abu Tsa’labah, apa pendapatmu tentang ayat:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ عَلَيكُم أَنفُسَكُمۡۖ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu.” (QS al-Ma’idah [5]: 105)

Dia pun menjawab, Demi Allah, aku pernah menyakan hal ini kepada orang yang paling mengetahuinya. Aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah, maka beliau menjawab, Bahkan kalian harus memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Hingga kalian telah mendapatkan kebakhilan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kehidupan dunia yang diutamakan, serta semua orang bangga dengan pendapatnya masing-masing, maka perhatikanlah dirimu sendiri dan tinggalkanlah kebanyakan orang. karena setelah itu akan ada hari-hari kesabaran, yang kesabaran pada saat itu ibarat menggenggam bara api. Orang yang sanggup menunaikan kesabaran saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang beramal semisalnya.‘ “

JALAN KESELAMATAN DENGAN MENGIKUTI JALAN YANG LURUS

Jalan yang lurus adalah jalan (yang ditempuh) para nabi, orang-orng yang benar (ash-shiddiqin), orang-orang yang mati syahid (asy-syuhada’), dan orang-orang yang shaleh (ash-shalihin), sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah:

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنعَمَ ٱللَّهُ عَلَيهِم مِّنَ النبيين وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰئِكَ رَفِيقا

Artinya: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS an-Nisa’ [4]: 69)

Dan jalan yang lurus itu hanya sati tidak bercabang! Seorang muslim wajib mengikutinya. Perhatikanlah firman Allah:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُستَقِيما فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُم عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُم وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (QS al-An’am [6]: 153)

Maka dari itu, jalan keselamatanadalah dengan mengikuti jalan yang lurus. Mengikuti jalan yang lurus berarti mengikuti Al-Qur’an dan sunnah, mengikuti cara beragamanya para nabi, para sahabat, dan generasi salaf dari umat ini; bukan mengikuti cara beragamanya kebanyakan orang atau cara beragama yang  berdasarkan adat istiadat! Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman:

وَإِن تُطِع أَكثَرَ مَن فِي ٱلأَرضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ

Artinya: Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (QS al-An’am [6]: 116)

Hidayah/petunjuk keselamatan ada pada generasi awal (salaf/pendahulu). Mereka beriman kepada Allah dengan sebenarnya. Mereka berpegang dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

فَإِن ءَامَنُواْ بِمِثلِ مَآ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهتَدَواْۖ وَّإِن تَوَلَّواْ فَإِنَّمَا هُم فِي شِقَاقۖ  فَسَيَكفِيكَهُمُ ٱللَّهُۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلعَلِيمُ

Artinya: “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS al-Baqarah [2]: 137)

Demikianlah ringkasan yang saya buat, Wallahu Ta’aala A’lam, Walhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.

 

REFERENSI:

Al-furqon.2016.ustadz Abu Abdillah Syaihrul Fatwa bin Lukman. Bukan wahabi tapi pengikut  Nabi.

Diringkas oleh: Sherly Marsella (staf/pengajar ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits Oku Timur)

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.