PROSES HISAB BAGIAN KESATU

HISAB

 

PROSES HISAB BAGIAN KESATU

 

Pertanyaan Mengenai Keimanan dan Kekafiran

Allah telah menerangkan kepada umat manusia dan jin dalam kebenaran dan kebathilan, keimanan dan kekafiran. Manusia dan jin bebas menentukan pilihan, akan menjadi seorang mukmin atau kafir (Al Insan [76]: 3-4, Al-Kahfi [18]: 29). Oleh karenanya, saat dihadapkan kepada Allah di padang Mahsyar, Allah akan mempertanyakan sebab kekafiran orang kafir. Allah akan memerintahkan kepadanya untuk mendatangkan sembahan-sembahan selain-Nya yang selama ini dia sembah.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;

وَقِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ  مِن دُونِ ٱللَّهِ هَلْ يَنصُرُونَكُمْ أَوْ يَنتَصِرُون

Artinya:

“Dan dikatakan kepada mereka: “Dimanakah berhala-berhala yang dahulu selalu kalian selalu menyembahnya, selain dari Allah ? Dapatkah mereka menolong kalian atau menolong diri mereka sendiri?” (As-Syuara’ [26] 92-93)

 

Allah bersumpah bahwa kelak di akhirat akan meminta pertanggung jawaban orang-orang yang mengadakan kedustaan kepada-Nya dengan melakukan kesyirikan dan kekufuran.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:

ٱلَّذِينَ جَعَلُوا۟ ٱلْقُرْءَانَ عِضِينَ. فَوَرَبِّكَ لَنَسْـَٔلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ .فَٱصْدَعْ بِمَا

تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al-Qur’an itu terbagi-bagi. Maka demi Rabbmu. Kami akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.  Maka sampaikanlah olehmu  secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. Al-Hijr [15]: 91-94).

Pertanyaan Mengenai Keluarga dan Anak Buah

Seorang suami adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab atas istri dan anak-anaknya. Dia berkewajiban mendidik istri dan anak-anaknya untuk senantiasa mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Untuk itu dia wajib member pendidikan yang islami kepada mereka dalam segala aspek kehidupan mereka . demikian pula, istri bertanggung jawab untuk membantu suaminya dan mendidik anak-anaknya. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, seorang pemimpin berkewajiban mengatur, mendidik dan membimbing rakyatnya untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; pernjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim [66]: 6).

 

Di padang Mahsyar inilah, suami, istri, pembantu, dan pemimpin dimintai pertanggung jawaban oleh Allah atas kewajiban yang harus dia tunaikan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shahih dari Abdullah Bin Umar yang mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ

عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ

عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ

مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ فَسَمِعْتُ هَؤُلَاءِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْسِبُ

النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالرَّجُلُ فِي مَالِ أَبِيهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَكُلُّكُمْ

رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib berkata, dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku Salim bin ‘Abdullah dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut”. Dia (‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma) berkata: “Aku mendengar semua itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan aku munduga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda”; “Dan seorang laki-laki pemimpin atas harta bapaknya dan akan diminta pertanggung jawaban atasnya dan setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. (HR Bukhari no 2232).

 

Pertanyaan Mengenai Pendengaran, Penglihatan dan Hati

Mata, telinga dan hati merupakan 3 anggota badan yang mempunyai peranan sangat penting bagi keshalihan dan kebejatan seorang manusia. Ketiganya merupakan sarana terpenting untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Jika dipergunakan untuk hal-hal yang halal dan diperintahkan oleh Allah , niscaya ketiganya akan menuntun manusia untuk taat dan istiqomah. Namun, bila dipergunakan untuk hal-hal yang sia-sia dan dilarang oleh Allah, niscaya hanya akan menyelewengkan dan menuntun manusia kepada kebejatan moral dan kesesatan.

Pada saat dilaksanakan hisab inilah Allah swt akan meminta pertanggung jawaban manusia atas nikmat berupa tiga anggota badan yang sangat urgen ini. Untuk apakah mata, telinga dan hati dipergunakan?, kenapa mata dipergunakan untuk melihat aurat orang lain dan hal-hal yang tidak halal?, kenapa telinga dipergunakan untuk mendengar ucapan, obrolan dan musik-musik yang tidak halal?, kenapa hati mempunyai niat untuk melakukan maksiat?.

Allah Subhanahu Wata’ala  berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

Artinya:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya. (Al Isra’[17]: 36).

 

Dalam sebuah hadits disebutkan:

 

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الزُّهْرِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ سُعَيْرٍ أَبُو مُحَمَّدٍ التَّمِيمِيُّ الْكُوفِيُّ

حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى

اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِالْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ أَلَمْ أَجْعَلْ لَكَ سَمْعًا وَبَصَرًا وَمَالًا

وَوَلَدًا وَسَخَّرْتُ لَكَ الْأَنْعَامَ وَالْحَرْثَ وَتَرَكْتُكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَكُنْتَ تَظُنُّ أَنَّكَ مُلَاقِي يَوْمَكَ هَذَا

قَالَ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ لَهُ الْيَوْمَ أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

وَمَعْنَى قَوْلِهِ الْيَوْمَ أَنْسَاكَ يَقُولُ الْيَوْمَ أَتْرُكُكَ فِي الْعَذَابِ هَكَذَا فَسَّرُوهُ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ

فَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذِهِ الْآيَةَ { فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ } قَالُوا إِنَّمَا مَعْنَاهُ الْيَوْمَ نَتْرُكُهُمْ فِي

الْعَذَابِ

 

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Az Zuhri Al Bashri telah menceritakan kepada kami Malik bin Syu’air Abu Muhammad At Tamimi Al Kufi telah menceritakan kepada kami Al A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id keduanya bercerita bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Pada hari Kiamat seorang hamba akan didatangkan kemudian Allah bertanya kepadanya: Bukankah Aku telah membuatkan pendengaran, penglihatan, harta dan anak untuku, dan Aku telah menundukkan hewan ternak dan tanaman untukmu, Aku telah tingagalkan kamu menjadi pemimpin dan mendapatkan seperempat (harta rampasan), apakah kamu mengira akan menemuiKu saat ini?” hamba itu menjawab: Tidak. kemudian Allah berfirman kepadanya: Pada hari ini Aku melupakanmu sebagaimana kamu telah melupakanKu.” Abu Isa berkata: Hadits ini shahih gharib, adapun makna firman Allah “Pada hari ini Aku melupakanmu, ” dia berkata maksudnya pada hari ini Aku biarkan kamu berada dalam siksaan. Demikianlah para ulama menafsirkan firman tersebut. Abu Isa berkata: Sebagian ahli Ilmu menafsirkan ayat ini ” FAL YAUMA NANSAAHUM (maka pada hari ini (akhirat) kami melupakan mereka) “. (Al A’raaf: 51) mereka berkata: Maknanya adalah pada hari ini Kami biarkan mereka berada dalam siksaan. (HR Tirmidzi Nomor 2352)

Maksud dari hadits ini adalah Allah swt akan membiarkan hamba tersebut dalam siksaan yang pedih, karena dahulu ia telah membiarkan dan melupakan agama Allah dan syariat-Nya, serta tidak mengimani hari perjumpaan dengan-Nya.

REFERENSI:

Sumber Buku     : Misteri Padang Mahsyar

Penyunting         : Abu Fatiah Al Adnani

Penyusun            : Ivan Ferdyana

Artikel Bulan      : Oktober 2020

Baca Juga Artikel:

Adab Thalaq Dalam Islam

Ada Apa Dengan Cinta Seorang Ibu

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.