Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

10 NASIHAT IMAM IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYYAH

Nasihat merupakan hal yang penting bagi seorang muslim, ia seperti air yang menyirami tanaman sehingga membuat tumbuhan yang layu menjadi segar, ia juga seperti air mata air yang jika diminum dapat menghilangkan dahaga peminumnya. Agama ini juga merupakan nasihat sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah Sollalahu Alaihiwasallam dalam hadist

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – )رَوَاهُ مُسْلِمٌ(

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.”(HR. Muslim)

Saling menasihati merupakan salah satu sifat penting orang-orang yang sholeh, sifat orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah Ta’ala, ia juga merupakan salah satu sifat yang menyelimuti orang-orang yang dinyatakan beruntung oleh Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)

Demi masa(1), Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian(2), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran(3). (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

Nasihat adalah ilmu, ilmu yang diberikan kepada sebagian orang dari yang Maha Bijaksana. Ia bagian dari pengetahuan yang diajarkan oleh yang Maha Mengetahui, bagian dari ilmu-Nya yang sangat luas, tidak akan habis untuk ditulis walaupunranting seluruh pohon dimuka bumi ini sebagai pena, dan air laut di bumi sebagai tintanya, hatta air laut dibumi ini dijadikan tujuh kali lipat sebagai tinta untuk menulis ilmu-Nya tetaplah tidak akan habis untuk ditulis.Sebagaimana firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q. S. Luqman: 27).

Dalam memberi nasihat, seseorang tidak harus suci dari perbuatan dosa kemudian menasihati orang lain, karena kita sebagai manusia memang tidak luput dari kesalahan.Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (H. R. Tirmidzi)

Nasihat, merupakan hal yang penting. Ia bagian dari dakwah, bentuk dari ajakan untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dengan adanya seruan saling menasihati untuk amar ma’ruf nahi munkar tersebutlah, generasi para sahabat menjadi generasi terbaik. Dengan hal tersebutpula, para generasi dan ulama zaman dahulu menjadi generasi robbani. Dengan nasihat itu pula, kehidupan menjadi sejahtera.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِوَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. – (Q.S Ali Imran: 104)

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِوَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Sebagian di antara mereka ada orang-orang yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. – (Q.S Ali Imran: 110)

Nasihat, ia seperti berlian. Sangat berharga dan tetap bersinar walaupun didalam lumpur hitam. Ia kuat, batuan yang terkuat sehingga dicari oleh orang-orang untuk melakukan pengeboran minyak bumi. Secara khusus nasihat dari para ulama, salah satunya adalah Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah.

Dalam kitabfawaaidul-fawaaid, yang merupakan karangan dari Imam Ibnul Qayyim menyampaikan terdapat 10 hal yang hendaknya kita berusaha untuk menjauhinya yaitu

  1. Ilmu Yang Tidak Diamalkan

Ilmu yang baik adalah ilmu yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah Ta’ala, ilmu yang dapat meningkatkan ketakwaan. Ilmu yang tidak bermanfaat, dapat menimbulkan kesombongan pada diri seseorang. Panjangnya waktu belajar yang telah ditempuh, dapat memunculkan kesombongan ketika melihat orang lain yang baru belajar.

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim]

Ilmu adalah sebuah anugerah dari yang Maha Mengetahui, ia adalah salah satu hal yang akan ditanyakan kepada seseorang hari kiamat.

Karena itulah, Rasulullah Sollalahu alaiwasallam selalu memohon agar terhindar dari ilmu yang tidak bermanfaat

  1. Amalan yang TidakIkhlas dan Tidak Sesuai dengan PetunjukRasulullah atau Amalan yang Ditolak

Kerugian yang lain yaitu, ketika seseorang beramal ibadah dengan susuah payah dan Lelah letih. Tetapi ternyata amalannya tidak diterima, Na’udzubillahi min zalik. Kita berlindung dari hal ini sebagaimana do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Shollalahu Alaihi Wasallam

Selain itu, perlu diketahui sebagai seorang hamba Allah bahwa syarat diterimanya amal seseorang adalah ikhlas dan ittiba’ pada Rasulullah Shollalhu Alaihi Wasallam.

  1. Harta yang Tidak Diinfakkan

Manusia memiliki kecintaan terhadap harta dengan cinta yang sangat, Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam bersabda

ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻰ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺲَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻰ ﺃَﻭْ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓَﺎﻗْﺘَﻨَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﺳِﻮَﻯ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻬُﻮَ ﺫَﺍﻫِﺐٌ ﻭَﺗَﺎﺭِﻛُﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ

“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” (HR. Muslim)

Dalam hadis dari Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ … وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ…

“Kaki seorang hamba di hari kiamat tidak akan bergeser sampai dia ditanya tentang (beberapa hal, diantaranya) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia gunakan… “(HR. Turmudzi)

  1. Hati yang Kosong dari Mencintai Allah

Pada hati yang kosong cintanya terhadap Allah Ta’ala merupakan jiwa yang gersang, diliputi rasa ketidakpuasan karena cinta pada dunia. Para ulama menyatakan:

Mengingat manusia adalah penyakit, dan mengingat Allah adalah obat”.

Hal ini karena ketika seseorang mencintai manusia, ia selalu ingin dekat. Sehingga ketika yang ia cintai tersebut telah tiada, ia menjadi sedih, gundah gulana, kecewa dan sakit. Adapun ketika seseorang mencintai Allah, ia menjadi tenang karena bergantung kepada Maha Pencipta. Ia mengetahui bahwa ia bergantung kepada yang Maha Sempurna, walaupun orang-orang bodoh berkata buruk tentang Allah. Ia hanya berharap pada yang Maha Mengetahui, Allah mengetahui bisikan jiwa hati manusia walaupun tak terucapkan oleh lisan.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati-hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah-lah, hati akan menjadi tenteram”. [Q.S. Ar Ra’d ayat 28].

Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam juga berdo’a agar hati beliau dipenuhi dengan kecintaan pada Allah Ta’ala, beliau membaca

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِى يُبَلِّغُنِى حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِى وَأَهْلِى وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ

“Ya Allah, aku mohon padaMu cintaMu dan cinta orang yang mencintaiMu, amalan yang mengantarkanku menggapai cintaMu. Ya Allah, jadikan kecintaanku kepadaMu lebih aku cintai daripada cintaku pada diriku sendiri, keluargaku, dan air dingin.”.

  1. Badan yang Kosong dari Taat Pada Allah

Badan yang kosong dari ketaatan pada Allah Ta’ala merupakan salah satu sifat penduduk api neraka, Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”. (Q.S. Al-A’raf Ayat 179).

Kita berlindung dari sifat tersebut dan berusaha agar menggunakan nikmat yang Allah Ta’ala berikan pada kita untuk taat pada-Nya.

  1. Cinta yang Tidak Diikat dengan Keridhoan Allah

Sifat manusia adalah cinta dan mencintai. Akan tetapi, hakikat dari cinta (Rahmat) itu adalah usaha untuk menunjukkan kebaikan dan menghindarkan dari keburukan. Cinta yang tidak diiringi dengan ilmu, selalu membawa keburukan. Bahkan malaikat pemikul arsy dan malaikat-malaikat disekitarnya mendo’akan orang-orang yang cintanya diikat atas dasar keridhoan Allah Ta’ala.

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ ( ) رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ( ) وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

(malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, ( ) Ya Tuhan Kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, ( ) dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu Maka Sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan Itulah kemenangan yang besar“. (QS. Ghafir: 7 – 9).

Pada awalnya, manusia seluruhnya memiliki aqidah yang lurus. Beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, tetapi kemudian karena kebodohan pada zaman dahulu yang awalnya membuat gambar dan monument orang-orang yang soleh dengan harapan agar dapat menjadi pendorong semangat untuk beribadah, tetapi ketika ilmu telah diangkat dan generasi baru dating. Mereka tidak mengetahui tentang patung-patung dan gambar yang dibuat oleh nenek moyang mereka, dan mengira bahwa hal tersebut merupakan hal yang disembah sehingga memunculkan kesyirikan. Sebagimana firman Allah Ta’ala:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗوَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Albaqarah Ayat 213)

Cinta yang tidak diikat dengan keridhoan Allah Ta’ala pada hari kiamat akan menjadi permusuhan, Allah Ta’ala berfirman:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ.

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS. az-Zukhruf ayat 67).

  1. Waktu yang Kosong dari Faedah atau Ibadah

Menyia-nyiakan waktu adalah salah satu hal yang banyak kita lakukan, waktu luang merupakan nikmat yang banyak dilalaikan oleh manusia. Tetapi seorang mukmin, ia akan berusaha memanfaatkan waktunya agar setiap detiknya bernilai pahala. Waktu adalah umur manusia, waktu kita akan ditanya oleh Allah Ta’ala pada hari kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.

Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskantentang masa mudanya untuk apa ia gunakantentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi)

Ibnu Qudamah menyatakan, hendaklah memperbanyak niat dalam suatu perbuatan agar mendapatkan pahal yang banyak. Misalnya ketika makan, diniatkan untuk agar badan kuat untuk beribadah, diniatkan untuk memenuhi hak tubuh, memakan dengan tangan kanan, membaca basmalah sebelum makan dan membaca do’a setelah makan. Sehingga perut kenyang, dan dosa berguguran.

Ibnu Abbas berkata, “mencari rezeki yang halal adalah jihad”. Jika waktu kita kosong dari ibadah, maka hidup menjadi kurang barokah. Maka hendaklah kita menjadikan waktu kita menjadi lebih berfaedah.

  1. Memikirkan Sesuatu yang Tidak Bermanfaat

Asal segala sesuatu adalah otak, kemudian menimbulkan niat dan merambat ke perubahan hati. Hendaknya kita mengintropeksi diri kita, selama ini apa yang kita fikirkan. Menelaah kedalam hati kita, apa hal yang kita cari dan inginkan dalam kehidupan ini.

  1. Berkhidmat pada Orang yang Tidak Mendekatkan Diri pada Allah Subhanahu WaTa’ala

Pada hari kiamat, seseorang akan menyesali pertemanannya dengan orang yang tidak mendekatkanya pada Rabb. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).

Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (Q.S. Al-Furqon ayat 28-29)

  1. Takut dan Berharap pada Sesuatu yang Ubun-ubunnya Ditangan Allah Subhanahu WaTa’ala

Tidak ada sesuatu yang dapat memberikan manfaat ataupun mudharat, kecuali Allah mengizinkan. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu, sehingga sepatutnya kita hanya berharap dan takut sejatinya pada-Nya yang Maha Kuasa.

Barokallah, Wallahu a’lam.

–Diambil dari kajian yang disampaikan oleh Ust Badrusalam, LC. Masjid ‘Aisyah Lawata Mataram, 9 Desember 2013 yang dikutip dari kitab Fawaaidul Fawaaid

—Peringkas: Ziro De Acide, Pondok Pesantren Darul-Qur’an Wal-Hadist [Martapura, 24 Oktober 2018]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.