Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

IMAN KEPADA HARI KEBANGKITAN

kebangkitan

IMAN KEPADA HARI KEBANGKITAN – Hari akhir adalah Hari Kiamat, yang di hari itu seluruh manusia di bangkitkan untuk di hisab dan diberi balasan atas semua perbuatan yang pernah mereka kerjakan selama di dunia. Di katakan hari akhir karena tidak ada hari setelahnya, di mana setiap penghuni surga akan menetap di surga dan ahli neraka akan menetap di neraka selama-lamanya.

Beriman kepada Hari Akhir mengandung empat unsur :

Pertama : Beriman kepada Hari Kebangkitan, yaitu saat di hidupkannya orang-orang mati tatkala sangkakala kedua di tiaup. Seluruh manisia bangkit menghadap Allah tanpa alas kaki (sandal) tanpa mengenakan pakaian serta dalam keadaan tidak berkhitan. Allah Azza wa Jalla berfirman,

كما بدأنا أول خلق نعيده،  وعدا علينا إناكنا فعلين

“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, bagitulah Kami akan membangkitkannya. Itulah suatu janji yang pasti, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. ” (Al-Anbiya’ : 104).

Hari kebangkitan benar adanya berdasarkan dalil-dalil dari al-qur’an dan as-sunnah serta ijma’ kaum muslimin.

Allah Ta’ala berfirman,

ثم إنكم بعد ذالك لميتون،  ثم إنكم يوم القيامة تبعثون

Kamudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian akan benar-benar mati, kemudian kamu sekalian benar-benar akan dibangkitkan (dari kuburmu) di Hari Kiamat. ” (Al-Mu’min : 15-16)

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda,

يحشر الناس يوم القيامة حفاة غرلا

Manusia akan dikumpulkan di Hari Kiamat tanpa alas kaki dan tidak berkhitan. ” (Diriwayatkan oleh al-bukhari, kitab ar-riqaq, Bab kaifa al-Mahsyar, no. 6527; dan Muslim, Kitab al-Jannah, Bab ad-Dunya wa Bayan al-Mahsyar Yaum al-Qiyamah, no. 2859.)

Umat islam sepakat akan terjadinya Hari Kebangkitan, ini sejalan dengan hikmah dijadikannya tempat kembali bagi manusia. Di sana mereka di beri balasan atas kewajiban yang telah di bebankan kepada mereka melalui lisan para Rasul.

Kedua : Beriman kepada Hisab (Perhitungan) dan jaza’ (balasan). Di saat itu seluruh amal manusia diperhitungkan dan akan di balas sesuai amalan-amalan mereka masing-masing. Adanya perhitungan dan pembalasan ini berdasarkan dalil dari al-qur’an dan as-sunnah dan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.

Allah Ta’ala berfirman,

إنا إلينا إيابهم ثم إن علينا حسابهم

Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban kamilah menghisab (menghitung) merka. ” (Al-Ghasyah : 25-26)

Dan Allah Ta’ala berfirman,

ونضع الموازين القسط ليوم القيامة فلا تظلم نفس شيئ وإن كان مثقال حبة من خردل أتينا بها وكفى بنا حاسبين

Kami akan meletakkan timbangan yang sangat tepat pada Hari Kiamat nanti, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun dan jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun pasti kami akan datangkan pahalanya, dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. ” (Al-Anbiya’ : 47)

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang shahih,

من هم بحسنة فعملها كتبها الله عنده عشر حسنات إلى سبمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة  وأن من هم بسيئة فعملها كتبها الله سيئةواحدة

Barangsiapa ingin berbuat satu kebaikan lalu ia mengerjakannya, maka Allah akan mencatatnya dengan sepuluh kebajikan hingga tujuh ratus kali lipat, hingga berlipat ganda, dan sesungguhnya barangsiapa berkehendak mengerjakan keburukan lalu ia mengerjakannya, maka Allah hanya mencatatnya sebagai satu keburukan.” (Diriwayatkan oleh al-bukhari, Kitab ar-Riqaq, Bab Man Hamma bi Hasanah au Sayyi’ah, no. 6491; dan Muslim, Kitab al-iman, Bab al-Isra’ bi an-Nabi Alaihissalam no. 162).

Semua umat Islam sepakat adanya hisab dan pembalasan di Hari kiamat nanti. Dan ini adalah hikmah Allah menurunkan kitab-kitab, mengutus para Rasul, mewajibkan semua manusia menerima apa yang dibawa oleh para Rasul, mewajibkan apa yang wajib bagi mereka, serta mewajibkan perang terhadap orang-orang yang mengingkarinya, seandainya tidak ada pembalasan di hari kiamat nanti maka tentu semua makhluk yang ada di dunia ini hanya di ciptakan untuk bermain-main saja. Dan ini tidak akan mungkin terjadi pada Dzat yang maha bijaksana dan maha kuasa. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

فلنسئلن الذين أرسل إليهم ولنسئلن المرسلين فلنقصن عليهم بعلم وما كنا غائبين

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai pula rasul-rasul (Kami). Maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka atas apa-apa yang telah mereka perbuat sedang Kami mengetahui kedaan mereka, dan sekali-kali Kami mengetaunya.” (Al-A’raf : 6-7)

Ketiga : Beriman kepada adanya surga dan neraka, bahwa keduanya adalah tempat kembali yang abadi bagi manusia. Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, yang di siapkan untuk orang-orang yang beriman dan bertakwa. Mereka itulah yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan RasulNya dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Di surga tersebut terdapat berbagai macam kenikmatan yang luar biasa. Sebagaimana Sabda Rasulullah,

مالاعين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر

Tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah di dengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas pada pikiran manusia.” (Diriwayatkan oleh al-bukhari, no. 3244 dan Muslim, no. 2824).

Dab Ahlussunnah wal Jama’ah beriman kepada semua perkara yang ghaib sebelum mati dan seaudah mati, atas apa-apa yang telah Allah dan RasulNya kabarkan, dari sakaratul maut, hadirnya malaikat tatkala menjelang kematian, dan kesenangan seorang mukmin tatkala bertemu dengan Tuhannya, dan hadirnya sayton tatkala menjelang kematian, dan beriman kepada alam barzakh, dan nikmat kubur serta adzab kubur, dan pertanyaan dari malaikat.

Dan Ahlussunnah wal Jama’ah mereka beriman dengan Hari Kiamat yang besar dan yang kecil, yang mana Allah akan menghidupkan setelah kematian, dan akan membangkitkan hamba-hambanya dari kubur-kuburan mereka, kemudian menghisab mereka, dan mereka mengimani adanya piniupan terompet,

Dan Ahlussunnah wal jama’ah mereka mengimani adanya surga dan neraka setelah Hari Kiamat nanti, mereka mengimani bahwasannya surga dan neraka adalah dua makhluk Allah Ta’ala yang benar-benar ada keberadaannya hingga saat ini.

surga : adalah tempat kembali yang penuh dengan kenikmatan yang Allah siapkan untuk orang-orang yang beriman serta bertaqwa kepada Allah, serta para mujahid, dan para orang-orang shalih serta berbakti.

Adapun neraka adalah : tempat siksaan yang Allah Ta’ala siapkan untuk orang-orang yang suka berbuat keburukan dan kriminal, dan untuk orang-orang kafir, dan untuk orang-orang musyrik.

Dan mereka mengimani bahwasannya umat Nabi Muhammad Shalallahu alahi wasallam adalah umat yang pertama di hisab pada hari kiamat nanti, dan umat yang pertama masuk kedalam surga.

Dan mereka mengimani adanya telaga Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Yang airnya itu lebih putih daripada air susu, dan lebih manis daripada madu, dan aromanya lebih harum daripada minyak miskh, dan cangkir-cangkirnya sebanyak bintang-bintang yang ada di langit, panjangnya sejauh perjalanan satu bulan, barang siapa yang minum darinya maka tidak akan pernah haus selama-lamanya.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

إني فرطكم على الحوض،  من مر علي  شرب،  ومن شرب لم يظمأ أبدا،  ليردن علي أقوام أعرفهم ويعرفونني،  ثم يحال بيني وبينهم فأقول ، إنهم مني،  فقال،  إنك لاتدري ما أحدثوا بعدك،  فقال،  سحقا سحقا لمن غير بعدي

“Saya menunggu kalian di “Haudh” (telaga), barang siapa yang melewati saya ia akan meminum air telaga tersebut, dan bagi siapa saja yang meminumnya maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Ada beberapa kaum yang mendatangiku, aku mengetahui mereka, dan mereka mengetahuiku, kemudian mereka dihalangi untuk sampai kepadaku, maka aku berkata: “Mereka adalah termasuk golonganku”. Maka dikatakan: “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”. Maka aku bersabda: “Celaka, celaka bagi siapa yang merubah setelahku”. (HR. Bukhori 6212, dan Muslim 2290)

23 November 2019

Sumber : Kitab Syarah al-Utsul at-Tsalasah li As-Saykh Muhammad bin Shalih al-utsaimin, Bab al-Imanu bi Yaumil Akhir Hal 171-182  dan kitab al-Wajiz fi ‘aqidah as-Shalafusshalih ahlussunnah wal jama’ah li as-Saykh abdullah bin abdil hamid al-Atsari, Bab al-Imanu bi Yaumil Akhir Hal 81-88

Dirangkum oleh : Yusuf Eki Chandra

(Alumni Ma’had Islamic Centre Bin Baz Yogyakarta dan Alumni I’dad Du’ad wal Mu’allimin Ma’had Daarul Qur’an wal Hadits OKUT dan Pengajar di Ponpes Daarul Qur’an wal Hadits OKU timur Palembang Sumatera Selatan Indonesia)

Baca Juga artikel:

Optimalkan ibadah di Bulan Sya’ban

Sudah Ikhlaskah Kita?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.