NASEHAT BERHARGA DI BULAN PUASA PART 4
Kita berhenti sejenak, mari kita renungi bagaimana puasa itu mewujudkan takwa bagi seorang hamba? Dia bisa berbekal takwa di sela-sela berpuasa? Seorang muslim dalam putaran dan sepanjang tahun terbiasa ketika di siang hari dengan hal-hal yang menyenangkan. Terbiasa dengan makan sarapan pagi, makan siang, dan terbiasa dengan berbagai macam minuman yang semua itu pada hari-harinya telah menjadi kebiasaan yang menyenangkan. Akan tetapi kesenangan-kesenangan ini yang dia terbiasa dengannya, tidaklah ketika masuk bulan Ramadhan kecuali dia meninggalkannya, padahal sudah menjadi kebiasaannya dan dia telah begitu condong dengannya. Akan tetapi dia meninggalkannya dan menahan diri darinya secara sempurna, bukan karena sesuatu kecuali hanya ingin meraih balasan Allah dan inilah takwa. Sehingga engkau dapati seorang yang berpuasa menahan diri dari makan dan minum yang ada di depannya, walaupun dia sendirian tidak ada seorang pun yang menatapnya. Semua itu karena ketaatan kepada Allah.
Maka inilah yang terjadi pada seorang muslim di siang hari bulan Ramadhan, layak untuknya berharap hal itu ada dalam hidupnya seluruhnya, menyertai seluruh perkara ketaatan yang Allah perintahkan, dan seluruh perkara yang Allah melarangnya.
Dan kamu yang lagi menahan diri di siang hari di bulan Ramadhan dari makan dan minum karena taat kepada Allah, seharusnya bagimu untuk menahan diri dari apa yang Allah haramkan atas dirimu setiap saat dan setiap waktu dan Rabb bulan Ramadhan adalah Rabb bulan seluruhnya dan Dzat yang wajib ditaati di bulan Ramadhan ditaati juga di setiap waktu. Jika kamu bisa menguasai dirimu dan mampu menahan dari bermaksiat kepada Allah, engkau mampu meninggalkan kesenangan-kesenangan dan hal-hal yang kamu terbiasa dengannya karena taat kepada Allah di siang hari bulan Ramadhan, maka seharusnya dirimu membiasakan diri dengan menunaikan hal-hal tersebut di setiap waktu.
Sesungguhnya menahan diri dari makan dan minum dan seluruh perkara yang membatalkan tempatnya di bulan Ramadhan maksudnya kewajibannya, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Adapun berpuasa, menahan diri dan berhenti dari perkara-perkara haram maka tempatnya sepanjang umur.
Harus bagimu untuk menyungguhi diri sendiri secara sempurna dalam menahan dari hal-hal yang Allah haramkan atas dirimu. Jika kamu melampaui batas atau terjadi sesuatu darimu berupa kelalaian, dirimu bersegera untuk bertaubat, inabah, dan kembali kepada Allah.
Maka mari kita perhatikan di sini, bagaimana kita mampu mengambil faedah dari puasa di bulan Ramadhan dalam merealisasikan takwa kepada Allah. Di mana seseorang menahan diri dari perkara yang menyenangkan baginya karena ketaatan kepada Allah. Lalu mengapa dia tidak mampu berhenti dari perkara-perkara yang diharamkan yang memang Allah haramkan atasnya di setiap waktu dan saat?
Sungguh seorang salaf pernah ditanya tentang suatu kaum yang beribadah di bulan Ramadhan, senantiasa menjaga faroidh dan kewajiban-kewajiban di bulan Ramadhan akan tetapi ketika keluar dari Ramadhan mereka meninggalkannya dan menyia-nyiakannya, maka dia berkata : “sejelek-jelek kaum adalah yang tidaklah mereka mengenal Allah, kecuali di bulan Ramadhan.”
Maka sepantasnya bagi setiap muslim untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah, menjaga ketaatan kepada-Nya di bulan Ramadhan dan selainnya dan ini makna firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, yakni supaya mereka meraih takwa di sela-sela bulan Ramadhan yang mulia ini dan di sela-sela menjaga ketaatan kepada Allah. Oleh karena ini, bulan Ramadhan adalah kesempatan yang besar dan berharga agar kita berbekal dengan bekal takwa di dalamnya. Allah telah berfirman :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”[1]
Dan Allah berfirman :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu”.[2]
Maka kesempatan kita yang berharga di bulan yang mulia ini, adalah kita berbekal dengan bekal takwa, dan kita bisa lulus dari madrasah Ramadhan sebagai orang yang bertakwa kepada Allah. Orang-orang yang terbiasa menjaga ketaatan kepada Allah, dan menunaikan segala perintah-Nya.
Dan dirimu akan betul-betul merasa keheranan terhadap kebanyakan manusia yang ketika masuk bulan Ramadhan mereka memenuhi masjid-masjid, menjaga sholat, kemudian ketika telah keluar dari Ramadhan mereka membuangnya atau membuang lebih banyak. Sehingga engkau dapati pada sebagian waktu, seperti sholat fajar, shaf pertama tidak penuh lagi, akan tetapi ketika engkau menghadiri shalat fajar di bulan Ramadhan engkau dapati dua shaf atau tiga shaf. Apakah mereka itu dulunya mati kemudian didapati hidup di bulan Ramadhan? Atau mereka itu sebelumnya safar kemudian mereka datang di bulan Ramadhan? Atau apa? Mereka tidaklah menjaga shalat fajar bersama jama’ah kecuali di bulan Ramadhan? Di mana mereka dalam hal menjaga ibadah ini di bulan-bulan yang lainnya?
Oleh karena ini, kita katakan: kesempatan bagi siapa yang Allah muliakan, dan Allah anugrahi dengan menjaga shalat dan tergerak jiwanya untuk taat dan beribadah, merasakan manisnya di bulan Ramadhan agar berlangsung terus sepanjang hidupnya, sehingga dia bisa mengambil manfaat dari bulan yang mulia ini, musim yang berbarakah. Sehingga dia mampu merealisasikan dengan itu makna yang ada dalam ayat yang mulia [“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”] yaitu agar kalian bertakwa kepada Allah di sela-sela kalian menegakkan ketaatan dan menunaikan ibadah di musim yang mulia ini.
Maka dengan ini, puasa adalah madrasah pendidikan yang agung yang berbarokah, terhasilkan padanya orang-orang yang beriman yang bertaqwa, dan orang-orang beriman berbekal dengan seagung-agungnya bekal yang hal itu berlalu sepanjang hidup mereka, dan sepanjang hari. Bahwa madrasah ini – madrasah bulan puasa- kebanyakan manusia tidak mampu mengambil manfaat darinya. Berlalu begitu saja bersama mereka waktu yang mulia ini, mereka hidup bersama waktu tersebut seperti seorang pelajar yang idiot hidup di dalam madrasah dia bisa lulus tanpa mengambil manfaat.
Berbeda dengan seorang mukmin yang gigih lagi semangat, masuk ke madrasah yang diberkahi ini, dia bisa mengambil darinya pelajaran-pelajaran pendidikan keimanan amaliyah, akan berlalu bersamanya dalam sepanjang hidupnya.
Saya akan berikan permisalan dari pelajaran-pelajaran Ramadhan sebagai tambahan kepada pelajaran yang sudah berlalu.
Seorang yang suka merokok, dia memakan hal yang bermudarat lagi jijik ini yang tidak ada faedahnya sama sekali, kamu dapati di bulan Ramadhan mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dia berhenti total darinya. Dia betul-betul total menjauh darinya, Padahal dia sudah terbiasa banyak merokok. Akan tetapi, dia berhenti darinya di siang hari Ramadhan. Pada kenyataannya, ini merupakan kesempatan baginya agar dia mampu berhenti secara total. Kebanyakan orang yang merokok, ketika dinasehati, dia mencari alasan untuk itu, bahwa dia tidak mampu meninggalkannya. Bukankah dia telah mampu meninggalkannya berhari-hari di bulan yang agung ini mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari? Ini adalah pelajaran yang bisa memberikan dia faedah yang besar. Ketauhilah bahwa dia mampu dan kuasa untuk meninggalkan rokok ini selam-lamanya. Agar dia tidak lagi mengambilnya secara total.
Sebagaimana juga kamu akan betul-betul keheranan dengan sebagian orang, ketika mereka berbuka puasa dengan rokok. Mereka berpuasa dari hal-hal yang mubah karena ketaatan kepada Allah, ketika muadzin mengumandangkan adzan maghrib-sebagai pengumuman berbuka- mereka malah berbuka dengan bermaksiat kepada Allah. Sebagian mereka shalat maghrib dan dia mengganggumu dengan bau rokok itu. Sampai-sampai sebagian mereka terus menerus dalam penyimpangannya dan dia mematikan puntung rokoknya pas di depan pintu masjid. Dia keluar dari rumah sambil merokok, hingga sampai di pintu masjid kemudian masuk masjid dengan baunya yang jijik. Sehingga dia mengganggu orang-orang yang shalat, mengganggu para malaikat di tempat ibadah dan ketaatan.
Maka heranlah kamu dengan semisal orang ini! Siang hari seluruhnya dia berpuasa tidak makan dan tidak minum karena taat kepada Allah dan tidaklah muadzin adzan maghrib kecuali dia bersegera dengan maksiat ini. Merokok adalah maksiat, dosa, dan haram. Dia akan diberi hukuman jika dia merokok, dan Allah akan meminta pertanggung jawaban kepadanya atas hal itu dan bukti-bukti akan keharamannya sangat banyak telah dipaparkan oleh Ulama.
Ramadhan adalah kesempatan bagi para perokok dan bagi setiap orang yang memiliki sikap melampaui batas, lalai, bersikap sia-sia, meremehkan, agar dia mengambil faedah dari musim yang mulia ini.
Keenam:
Termasuk dari perkara-perkara penting yang sepantasnya kita perhatian padanya, yaitu perhatian khusus terhadap kitabullah. Termasuk kekhususan bulan Ramadhan dan keistimewaannya adalah bahwa al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan. Sebagaimana firman Allah:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”[3]
Maka di bulan ini telah diturunkan al-Qur’an, dan dahulu Jibril alaihis salam menjumpai Nabi di bulan Ramadhan mempelajari al-Qur’an, maka Nabi menghadapkan bacaan al-Qur’an dan membacanya di hadapannya. Sepantasnya seorang muslim untuk perhatian dengan kitabullah di bulan yang agung ini yang dia adalah bulan al-Qur’an dan dahulu para salaf ketika masuk bulan Ramadhan meninggalkan sebagian besar pekerjaannya dan sebagian mereka berkata: Hanya saja bulan Ramadhan itu adalah bulan membaca al-Qur’an dan memberi makanan (bersedekah makanan kepada orang miskin-pen).
Mereka menyambut al-Qur’an dengan sambutan yang besar. Di antara mereka ada yang mengkhatamkan al-Quran setiap hari, ada yang mengkharamkan setiap tiga hari, ada yang setiap pekan sekali, dan ada yang setiap sepuluh hari.
Dan di antara manusia ada yang masuk dan keluar bulan ramadhan tidak membuka mushaf kecuali sekali atau dua kali atau tiga kali. Akan tetapi dia sibuk dengan hal-hal yang lain, melihatnya dan menyaksikannya, hal itu telah menguasai hatinya.
Ini adalah sebuah penyampain yang aku memohon kepada Allah ta’ala agar memberi manfaat untukku dan kalian, dan semoga Dia mencatatnya pada timbangan-timbangan kebaikan kita semua dan semoga Allah jadikan sebagai hujjah bagi kita dan bukan atas kita. Semoga Allah memperkenankan kita sampai di bulan yang agung dan semoga Allah menolong kita dan kalian untuk berpuasa dan shalat malam. Semoga Allah jadikan amalan-amalan kita padanya dan di setiap waktu kita murni untuk Allah dan sesuai sunnah Nabi-Nya. Dan semoga Allah ta’ala memperbaiki agama kita yang akan menjaga urusan kita, dan memperbaiki dunia kita yang kita hidup di dalamnya, dan memperbaiki akhirat kita yang kita kembali padanya. Semoga Allah hidup ini sebagai tambahan untuk kita dalam setiap kebaikan, dan kematian sebagai peristirahatan kita dari segala kejelekan. Karena Dia sebaik-baik yang dimintai dan tempat berharap.
Dan Allah adalah Maha tahu, semoga sholawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad, kelurganya dan sahabatnya semua. Selesai.
REFERENSI:
- Al-Qur’anul Karim, Surat Al-Baqarah, Al-Hujurat,
- Waja’a Syahru Ramadhan, Syeikh Abdurrazzaq
Penulis: Abu Abdillah Ahmad Tri Aminuddin
[1] QS. Al-Baqarah: 197.
[2] QS. Al Hujurat: 13.
[3] QS. Al-Baqarah: 185.
Baca juga artikel berikut:
Leave a Reply