Kebarokahan berasal dari kata barokah, yang memiliki makna kebaikan. Sehingga ketika kita meminta kepada Allah ta’ala rezeki yang barokah, hal tersebut berarti bahwa kita meminta agar rezeki tersebut dapat mengantarkan kita menuju ketaatan pada perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Meskipun demikian, di tengah-tengah masyarakat kita saat ini, sebagian besar menganggap suatu keberkahan berbentuk kelapangan harta, kenaikan kedudukan atau pangkat jabatan, serta kemudahan-kemudahan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan.
Sebagai seorang muslim, azan dan iqamah merupakan suatu yang tidak asing ditelinga. Ia dikumandangkan selama 5 kali dalam sehari. Ia adalah bagian dari rukun islam yang ke-2, yaitu menegakkan solat. Diantara hal yang barokah adalah waktu azan dan waktu antara azan dan iqamah. Dimana dalam hal ini, do’a seseorang dapat dengan mudah dikabulkan.
Berapa banyak orang yang mengeluhkan do’anya belum dikabulkan, dan mencari waktu yang baik untuk berdo’a. Bahkan ada yang tidak berdo’a kecuali di waktu terkena musibah. Padahal Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk meminta kepada-Nya bahkan memberikan ancaman kepada orang-orang yang tidak meminta pada-Nya dan akan dimasukkan kedalam neraka jahannam. Allah Ta’ala berfirman
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabbmu berfirman:“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina [Al-Mu’min/Ghafir/40: 60].
Maka kita sebagai hamba-Nya, mahluk ciptaan-Nya seharusnya untuk selalu meminta kepadanya atas apa yang kita butuhkan. Demikian sebaliknya, Allah Ta’ala memuji orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada-Nya seperti disebutkan dalam firman-Nya
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdo’a kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ (dalam beribadah) [Al-Anbiyâ’/21: 90].
Pada ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman:
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena mereka selalu mengerjakan ibadah dan shalat ketika manusia sedang tertidur di malam hari), sedang mereka berdo’a kepada Allâh dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka [As-Sajdah/32:16].
Allah Ta’ala juga memuji orang-orang yang berdo’a pada-Nya dengan sebutan Ibaadur Rahman (hamba-hamba Allah Ta’ala yang Maha Pemurah)
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ﴿٦٤﴾ وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
Dan mereka adalah orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan beribadah kepada Rabb mereka (Allâh Azza wa Jalla ). Dan mereka berdo’a: Ya Rabb kami, jauhkan kami dari azab (neraka) Jahannam, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal [Al-Furqân/25:64-65].
Akan tetapi, sebagian dari kita masih banyak yang malas berdoa ataupun ragu dan tidak yakin pada doanya sendiri, padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaknya mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“ (Q.S Al-Baqarah: 186)
Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan kita untuk berdo’a setiap saat, dan Dia juga menjanjikan melalui lisan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bahwa adanya waktu-waktu yang apabila kita berdo’a pada waktu tersebut maka do’a kita akan dengan mudah dikabulkan. Jika do’a kita memenuhi syarat, dan berdo’a tepat pada waktu-waktu mudahnya dikabulkan do’a maka, tentunya do’a akan semakin mudah untuk dikabulkan insyaa-Allah.
Seorang ulama besar, Ibnu Al-Qayyim menjelaskan apabila terkumpul dalam sebuah do’a (yakni) kehadiran hati dan do’a yang pas dengan kebutuhannya, lalu bertepatan dengan salah satu waktu ijabah (waktu mudahnya diterima do’a) diantaranya sepertiga malam terakhir, ketika azan serta antara azan dan iqamah, setelah salat farhdu, ketika imam naik mimbar pada hari jum’at hingga selesai shalat dan akhir waktu setelah asar dari hari tersebut. Kemudian juga bertepatan dengan kekhusyu’an di hati dan merendahkan diri di hadapan Allah ta’ala dengan menghinakan diri, menghadap kiblat, dalam keadaan bersuci serta mengangkat kedua tangannya kepada Allah ta’ala. Juga memulai dengan memuji Allah ta’ala kemudian bershalawat kepada Muhammad shollallahu alaihi wasallam dan setelah itu menyampaikan hajatnya dengan didahului dengan taubat dan istighfar kemudian meminta dan merengek dalam do’anya tersebut ditambah lagi dengan bertawassul pada nama dan sifat Allah ta’ala dan didahului dengan shadaqah, maka do’a seperti ini nyaris tidak akan ditolak selama-lamanya (Al-jawab al-kaafi hal. 29-30)
Azan dan iqamat adalah hal yang mudah dan sudah diketahui semua orang. Bagaimana tidak, azan dan iqamah dikumandangkan lima kali sehari di masjid-masjid dan surau-suaru. Namun pernahkan kita berfikir memanfaatkannya untuk berdo’a?
Waktu Mustajab
Ternyata di antara adzan dan iqamat ada waktu yang baik untuk berdoa. Diwkatu itu Allah ta’ala akan mengabulkan seluruh do’a hamba-Nya. Rasulullah Sollallahu alaihi wasallam menjelaskan dalam sabdanya
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Do’a diantara azan dan iqamah tidak akan ditolak”. (Hadist Riwayat Ahamad dan At-Tirmidzi dan disahihkan al-Albani dalam Irwa al-Ghalil no. 244).
Waktu ijabah ini tepatnya setelah azan selesai muadzin mengumandangkan adzannya hingga iqamat, sebagaimana dijelaskan Rasulullah sollallahu alaihi wasallam dalam hadist Abdillah bin Amru yang berbunyi
أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْمُؤَذِّنِينَ يَفْضُلُونَنَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « قُلْ كَمَا يَقُولُونَ فَإِذَا انْتَهَيْتَ فَسَلْ تُعْطَهْ »
“Sesungguhnya seorang berkata, Wahai Rasulullah! Sungguh para muadzin telah mengalahkan kami. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menjawab, “Ucapkanlah sebagaimana mereka kumandnagkan. Apabila telah selesai maka mintalah, kamu pasti diberi. (Riwayat Abu Daud dan dinilai sebagai hadist hasan oleh Al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-tarhib hadist no 256)
Ada juga riwayat yang menjelaskan bahwa waktu itu adalah ketika adzan dikumandangkan, seperti dalam riwayat Sahal bin A’ad as-Saa’idi beliau berkata,
-قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ، أَوْ قَلَّمَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَعِنْدَ الْبَأْسِ حِينَ يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا»-
”Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda, “Dua hal yang yang tidak ditolak – atau hampir tidak ditolak -: Do’a ketika azan dan peperangan sengit ketika sebagian mereka membunuh sebagian lainnya.” (Riwayat Al-Haakim dan disahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ Hadist no. 3079).
Kalau begitu, Allah ta’ala begitu maha pemurah ya kepada kita! Buktinya Dia memberikan waktu yang mudah untuk diterimanya do’a yang sangat mudah yaitu ketika azan dikumandangkan serta waktu antara azan dan iqamah (menunggu waktu sholat setelah azan dikumandangkan). Itu adalah sebagian kecil dari kemurahan-Nya. Siapakah diantara kita yang ingin memanfaatkannya untuk berdo’a?
Maka sudah semestinya kita memanfaatkan waktu tersebut untuk berdo’a karena berdo’a juga merupakan ibadah sebagaimana disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
”Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi no. 2969. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Semoga kita diberikan taufiq oleh Allah ta’ala dalam memanfaatkannya. Wabillahi taufiik.
Sumber: Majalah Elfata Ed. 11 Vol 08 tahun 2008
Leave a Reply