Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Motivator Cinta kepada Allah ﷻ

Motivator Cinta Kepada Allah

Motivator Cinta kepada Allah

إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور انفسنا و من سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله, أما بعد.

Allah ﷻ Dialah satu-satunya Dzat yang pantas untuk dicintai dari semua pertimbangan dan sudut pandang. Karena semua sebab yang menjadikan seorang manusia mencintai sesuatu atau orang lain,ada pada Allah ﷻ.

Di antara kandungan makna nama Allah ﷻ al-Wadud adalah bahwa Dialah yang memberi hidayah taufik kepada para hamba-Nya yang beriman kepada sebab-sebab  yang memudahkan mereka untuk mencintai-Nya,bahkan menjadikan-Nya lebih dicintai dari segala yang ada di dunia ini.

Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Semua karunia atau kebaikan itu kembalinya kepada Allah,kerena Dialah yang memudahkan segala sebab untuk  menjadikan para hamba-Nya cinta kepada-Nya. Dialah yang mengajak dan menarik hati mereka untuk mencintai-Nya. Dialah yang mengajak para hamba-Nya untuk mencintai-Nya dengan menyebutkan sifat-sifat-Nya yang Maha luas, agung dan indah (dalam Al-Qur’an); Yang ini semua akan menarik hati-hati yang suci dan jiwa-jiwa yang lurus. Karena sesungguhnya hati dan jiwa yang bersih secara fitrah akan mencintai (sifat-sifat) kesempurnaan.

Secara umum, faktor dan sebab utama yang menjadikan manusia mencintai sesuatu atau orang lain kembali kepada dua hal, yaitu:

  • Keindahan dan kesempurnaan yang ada pada sesuatu atau orang itu.
  • Kebaikan dan kasih sayang yang bersumber dari sesuatu atau orang itu

Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di berkata “Sesungguhnya hati dan jiwa yang bersih secara fitrah akan mencintai kesempurnaan” dan “Sesungguhnya hati manusia secara fitrah akan mencintai pihak yang (selalu) berbuat baik kepadanya”.

Imam Ibnul Qayyim mengatakan, ”Rasa cinta ditinjau dari faktor yang membangkitkannya terbagi menjadi dua:

Pertama : Cinta yang timbul dari (faktor) kebaikan, yaitu menyaksikan banyaknya nikmat dan anugerah.  Karena sesungguhnya hati manusia secara tabiat mencintai pihak yang (selalu) berbuat kebaikan kepadanya dan membenci pihak yang (selalu) berlaku buruk kepadanya.

Kedua : (cinta yang timbul dari faktor) Kesempurnaan dan keindahan. Jika terkumpul faktor kebaikan dan (banyaknya) limpahan nikmat dengan faktor kesempurnaan dan keindahan, maka tidak akan ada yang berpaling dari mencintai Dzat yang terkumpul padanya dua faktor tersebut kecuali hati yang paling buruk, rendah dan hina serta paling jauh dari semua kebaikan. Karena sesungguhnya Allah ﷻ menjadikan fitrah pada hati manusia untuk mencintai pihak yang berbuat kebaikan (padanya) dan sempurna dalam sifat-sifat dan tingkah lakunya.

Berikut ini penjelasan tentang kedua faktor tersebut dalam menumbuhkan kecintaan kepada Allah ﷻ:

  1. Faktor kebaikan ,kasih sayang dan banyaknya limpahan nikmat

Imam Ibnul Qoyyim  berkata ,”Tidak ada satu pun yang kebaikan nya lebih besar dibandingkan dengan Allah ﷻ. Karena sungguh kebaikan-Nya kepada hamba-Nya (tercurah) disetiap waktu dan (tarikan) nafas (hamba tersebut). Seorang hamba selalu mendapatkan limpahan kebaikan-Nya dalam semua keadaannya, sehingga tidak mungkin baginya untuk menghitung (secara persis) jenis-jenis kebaikan Allah ﷻ tersebut, apalagi macam-macam dan satuan-satuannya “.

ومابكم من نعمة فمن الله، ثمّ إذا مسّكم الضر فإليه تجئرون

“Dan nikmat apa saja yang ada pada kamu,maka itu semua dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa bencana, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan (QS. an-Nahl/16:53)

Artinya, hanya kepada-Nyalah kamu berdoa dan menundukkan diri memohon pertolongan,karena kamu mengetahui bahwa tidak ada yang mampu menghilangkan bahaya dan bencana kecuali Allah ﷻ semata-mata. Maka Dzat yang maha tunggal dalam memberikan apa yang kamu minta dan mencegah apa yang kamu tidak sukai, dialah satu-satunya yang pantas untuk dicintai dan diibadahi tanpa disekutukan.

Kebaikan, nikmat dan kasih-sayang yang Allah ﷻ limpahkan kepada manusia, terlebih kepada para hamba-Nya yang beriman, sungguh tiada terhitung dan tiada terkira, melebihi semua kebaikan yang diberikan oleh siapapun di kalangan makhluk. Karena kebaikan dan nikmat-Nya untuk lahir dan batin manusia. Bahkan nikmat dan taufik-Nya bagi manusia untuk mengenal dan mengikuti jalan Islam dan Sunnah Rasulullah ﷺ adalah anugerah terbesar dan paling sempurna bagi manusia, karena ini merupakan sebab kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat dan tidak ada yang mampu memberikan semua ini kecuali hanya Allah ﷻ semata.

Allah ﷻ berfirman tentang ucapan penghuni surga:

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰىنَا لِهٰذَاۗ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ ۚ لَقَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّۗ وَنُوْدُوْٓا اَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Mereka (penghuni surga) berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kami kepada (jalan menuju surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi  kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Rabb kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS.al-A’raf/7:43)

Termasuk kebaikan dan kasih-sayang yang paling sempurna menurut pandangan manusia adalah kebaikan dan kasih sayang orang tuanya kepadanya, terutama ibunya. Akan tetapi, betapapun besarnya kebaikan dan kasih sayang tersebut, tetap saja hanya pada batasan yang mampu dilakukan manusia. Karena tentu orang tuanya tidak mampu memberikan rezeki, mencegah penyakit atau bencana dari diri anaknya. Belum lagi kebaikan berupa taufik untuk menempuh jalan Islam yang lurus.

Oleh karena itu,wajar jika Rasulullah ﷺ bersabda:

للّه أرحم بعباده من هذه بولدها

  “Sungguh Allah lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu ke anaknya.”(Muttafaqun alaih)

Imam Ibnu Qayyim berkata, “Seandainya tidak ada kebaikan dan limpahan nikmat (dari) Allah yang (seharusnya) menjadi sebab para hamba-Nya mencintai-Nya kecuali:

  • (Dengan) Dia menciptakan langit-langit dan bumi,serta (semua) yang ada di dunia dan akhirat, (semua) untuk mereka, kemudian Dia memuliakan mereka (dengan) mengutus kepada mereka para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, mensyariatkan agama-Nya dan mengizinkan bagi mereka untuk bermunajat (berkomunikasi) dengan-Nya di setiap waktu yang mereka inginkan.
  • (Bahkan) dengan satu kebaikan yang mereka kerjakan Dia menuliskan (pahala) bagi mereka sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, (bahkan) sampai berlipat-lipat kali yang banyak. (sementara) untuk satu keburukan (yang mereka kerjakan) Dia menuliskan bagi mereka (hanya) satu dosa,lalu jika mereka bertaubat maka Dia menghapuskan dosa tersebut dan menggantikannya dengan satu kebaikan.
  • Seandainya dosa salah seorang di antara hamba-hamba-Nya mencapai (sepenuh) awan di langit kemudian dia memohon ampun kepada-Nya maka Dia akan mengampuninya. Seandainya hamba tersebut berjumpa Allah (meninggal dunia) dengan (membawa) dosa-dosa sepenuh bumi, tapi dia membawa tauhid (mengesakan-Nya dalam beribadah) dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu maka Dia akan memberikan pengampunan sepenuh bumi (pula) bagi hamba tersebut.
  1. Faktor kesempurnaan dan keindahan

Semua manusia yang berakal sehat tentu mencintai keindahan dan kesempurnaan. Semakin indah dan sempurna sesuatu dalam penilaian manusia maka sesuatu itu tentu akan semakin di cintai. Misalnya, pemandangan  yang indah, kendaraan mewah atau barang elektronik yang canggih. Semakin indah dan sempurna benda-benda tersebut maka akan semakin memiliki tempat di hati manusia dan mereka akan semakin berlomba mencarinya.

Kalau keindahan dan kesempurnaan yang ada pada makhluk saja bisa menjadikan manusia yang mengenalnya mencintainya, padahal bagaimanapun tingginya keindahan dan kesempurnaan yang ada pada makhluk, tetap saja semua itu terbatas.

Imam Ibnu Qayyim berkata, “kecintaan itu memiliki dua (sebab) yang membangkitkannya, (yaitu) keindahan dan pengagungan, dan Allah ﷻ memiliki kesempurnaan yang mutlak pada semua itu, karena Dia Maha Indah dan mencintai keindahan, bahkan semua keindahan adalah milik-Nya, dan semua pengagungan (bersumber) dari-Nya, sehingga tidak ada sesuatu pun yang berhak dicintai dari semua segi karena dzatnya kecuali Allah ﷻ.

Allah ﷻ memiliki (sifat-sifat) kesempurnan yang lengkap dan tidak terbatas. Masing-masing sifat tersebut memiliki keistimewaan dalam (menyempurnakan) penghambaan diri (seorang hamba) dan menarik hati (hamba-hamba-Nya) untuk (mencintai-Nya).

Sebagai gambaran tentang sempurnanya kemaha indahan Allah ﷻ yang pasti menjadikan orang yang mengenalnya akan mencintai-Nya dan menjadikan-Nya paling dicintai-Nya lebih dari segala sesuatu yang ada di dunia ini.

Diriwayatkan dari Imam Muslim, Dari shuhaib bin Sinan, Rasulullah ﷺ bersabda:

إذا دخل أهل الجنّة الجنّة يقول اللّه تبارك وتعال تريدون شيئا أزيدكم ؟ فيقولون : ألم تبيّض وجوهنا ؟ ألم تدخلنا الجنّة وتنجّنا من النّار ؟ قال : فيكشف الحجاب ، فما أعطوا شيئا أحبّ إليهم من النّظر إلى ربّهم عزّ و جلّ . ثمّ تلا هذه الاية: {للّذين أحسنوا الحسنى و زيادة}

“Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah berfirman: “Apakah kalian menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga) “ Mereka menjawab “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?

Rasulullah ﷺ melanjutkan sabda Beliau ﷺ “Lalu Allah membuka hijab (yang menutup wajah-Nya yang Maha Mulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka cintai dari pada melihat (wajah) Allah . “Kemudian Rasulullah membaca firman Allah :

للّذين أحسنوا الحسنى وزيادة ، ولا يرهق وجوههم قتر ولا ذلّة ألئك أصحب الجنّة هم فيها خالدون

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah ). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga,mereka kekal di dalamnya (QS. Yunus/10:26)

Referensi

Nama Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni,MA.

Dibuat Oleh: Delvina Zahra (Pengabdian DQH)

Sumber: As-Sunnah  “Saat harus memilih” Jumadil Awwal 1435 H

Tanggal dibuat artikel: 05 Juni 2024

Baca juga artikel:

Cinta Rasa dan Nikmatnya Shalat

Lisanmu Gambaran Sekaratmu

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.