Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Doa Adalah Senjata Orang Yang Beriman

doa adalah senjata orang yag beriman

Inti dari ibadah adalah doa, dia adalah penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-Nya. Dengan mengalami kesulitan, ia merubah keadaan dan memperbaiki kekayaan. Maka jangan sekali-kali engkau putuskan hubunganmu dengan Allah dengan senantiasa berdoa agar Dia memperbaiki keadaanmu, mewujudkan segenap permohonanmu dan melapangkan berbagai macam kesulitanmu.

Janganlah engkau lalai untuk senantiasa menjadikan doa orang-orang yang bertakwa sebelummu ini sebagai bagian dari doamu, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

Baiknya suami dan keturunan merupakan anugerah dan pemberian dari Allah. Dengan Anugerah itu Allah memuliakan siapa yang Dia kehendaki dan memalingkan dari anugerah itu siapa saja yang Dia kehendaki. Berapa banyak istri yang di uji dengan suaminya yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah, sebagaimana yang dialami oleh seorang yang bertakwa, wanita yang salihah yaitu istri Fir’aun, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman tentangnya:

Maka hendaklah engkau senantiasa mendoakan kebaikan agama, dunia dan akhirat untuk mereka –suami dan anak-anakmu- serta berupayalah untuk menepati saat-saat terkabulnya doa seperti ketika sujud, usai menunaikan shalat, di akhir malam, ketika turun hujan, pada waktu bepergian dan yang lainnya. Jadikalah doamu adalah doa yang penuh keyakinan akan dikabulkan oleh Allah dan jangan sampai rasa putus asa memasuki hatimu, kasih sayang Allah mat dekat dengan orang-orang yang berbuat kebaikan, dan sesungguhnya tidak ada sesuatu yang sulit bagi Allah, Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Maka dengan doa yang benar-benar tulus, Allah akan mengubah keadaan, memperbaiki jiwa, suami dan keluargamu. Sebagaimana kisah Abu Hurairoh seorang sahabat Rasul dalam mendakwahi ibunya:

عَنْ أَبِى كَثِيرٍ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنِى أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كُنْتُ أَدْعُو أُمِّى إِلَى الإِسْلاَمِ وَهِىَ مُشْرِكَةٌ فَدَعَوْتُهَا يَوْمًا فَأَسْمَعَتْنِى فِى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَا أَكْرَهُ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَنَا أَبْكِى قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى كُنْتُ أَدْعُو أُمِّى إِلَى الإِسْلاَمِ فَتَأْبَى عَلَىَّ فَدَعَوْتُهَا الْيَوْمَ فَأَسْمَعَتْنِى فِيكَ مَا أَكْرَهُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَهْدِىَ أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ-صلى الله عليه وسلم-  اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ

Artinya: Dari Abu Kasir, Yazid bin Abdurrahman, Abu Hurairah bercerita kepadaku, “Dulu aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam ketika dia masih musyrik. Suatu hari aku mendakwahinya namun dia malah memperdengarkan kepadaku cacian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tentu merupakan kalimat-kalimat yang tidak kusukai untuk kudengar. Akhirnya aku pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil menangis. Ketika telah berada di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam aku berkata, “Ya Rasulullah, sungguh aku berusaha untuk mendakwahi ibuku agar masuk Islam namun dia masih saja menolak ajakanku. Hari ini kembali beliau aku dakwahi namun dia malah mencaci dirimu. Oleh karena itu berdoalah kepada Allah agar Dia memberikan hidayah kepada ibu-nya Abu Hurairah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berdoa, “Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu dari Abu Hurairah”.

فَخَرَجْتُ مُسْتَبْشِرًا بِدَعْوَةِ نَبِىِّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمَّا جِئْتُ فَصِرْتُ إِلَى الْبَابِ فَإِذَا هُو مُجَافٌ فَسَمِعَتْ أُمِّى خَشْفَ قَدَمَىَّ فَقَالَتْ مَكَانَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ. وَسَمِعْتُ خَضْخَضَةَ الْمَاءِ قَالَ – فَاغْتَسَلَتْ وَلَبِسَتْ دِرْعَهَا وَعَجِلَتْ عَنْ خِمَارِهَا فَفَتَحَتِ الْبَابَ ثُمَّ قَالَتْ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Kutinggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan gembira karena Nabi mau mendoakan ibuku. Setelah aku sampai di depan pintu rumahku ternyata pintu dalam kondisi terkunci. Ketika ibuku mendengar langkah kakiku, beliau mengatakan, “Tetaplah di tempatmu, hai Abu Hurairah”. Aku mendengar suara guyuran air. Ternyata ibuku mandi. Setelah selesai mandi beliau memakai jubahnya dan segera mengambil kerudungnya lantas membukakan pintu. Setelah pintu terbuka beliau mengatakan, “Hai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusannya”.

قَالَ – فَرَجَعْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَتَيْتُهُ وَأَنَا أَبْكِى مِنَ الْفَرَحِ – قَالَ – قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَبْشِرْ قَدِ اسْتَجَابَ اللَّهُ دَعْوَتَكَ وَهَدَى أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ. فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ خَيْرًا – قَالَ – قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُحَبِّبَنِى أَنَا وَأُمِّى إِلَى عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ وَيُحَبِّبَهُمْ إِلَيْنَا – قَالَ – فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ حَبِّبْ عُبَيْدَكَ هَذَا – يَعْنِى أَبَا هُرَيْرَةَ وَأُمَّهُ – إِلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِينَ وَحَبِّبْ إِلَيْهِمُ الْمُؤْمِنِينَ ». فَمَا خُلِقَ مُؤْمِنٌ يَسْمَعُ بِى وَلاَ يَرَانِى إِلاَّ أَحَبَّنِى.

Mendengar hal tersebut aku bergegas kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku menemui beliau dalam keadaan menangis karena begitu gembira. Kukatakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, bergembiralah. Sungguh Allah telah mengabulkan doamu dan telah memberikan hidayah kepada ibu-nya Abu Hurairah”. Mendengar hal tersebut beliau memuji Allah dan menyanjungnya lalu berkata, “Bagus”. Lantas kukatakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, doakanlah aku dan ibuku agar menjadi orang yang dicintai oleh semua orang yang beriman dan menjadikan kami orang yang mencintai semua orang yang beriman”. Beliau pun mengabulkan permintaanku. Beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu ini yaitu Abu Hurairah dan ibunya orang yang dicintai oleh semua hambaMu yang beriman dan jadikanlah mereka berdua orang-orang yang mencintai semua orang yang beriman”. Karena itu tidak ada seorang pun mukmin yang mendengar tentang diriku ataupun melihat diriku kecuali akan mencintaiku. [HR Muslim no 6551].

Petikan pelajaran:

  1. Seorang anak yang beriman boleh satu rumah dengan orang tuanya yang masih kafir atau musyrik.
  2. Anak yang berbakti kepada orang tua tentu akan berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mendakwahi orang tua agar makin lebih baik dari seorang yang kafir menjadi seorang yang  beriman, dari musyrik menjadi bertauhid, dari gelimang bid’ah menjadi orang yang berpegang teguh dengan sunah dan dari kubangan maksiat menjadi orang yang saleh dan taat. Inilah keteladanan yang diberikan oleh Abu Hurairah sebagaimana dalam hadits di atas. Dakwah kepada kebaikan itu perlu dilakukan dengan intens, tidak cukup hanya sekali lantas ditinggal pergi. Oleh karena itu Abu Hurairah berulang kali mendakwahi ibunya dengan berbagai cara dan pendekatan sampai-sampai ibunya merasa jengkel. Kejengkelan inilah yang diluapkan dengan mencaci orang yang sangat dihormati anaknya, itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  3. Di antara hal yang tidak boleh dilupakan ketika mendakwahi orang lain secara umum dan ortu sendiri secara khusus adalah doakan agar Allah membuka pintu hatinya sehingga mau menerima hidayah. Banyak pendakwah yang terlampau mengandalkan usaha-usaha yang kasat mata sampai-sampai lupa bahwa hati manusia itu ada di tangan Allah. Padahal boleh jadi dengan sebuah untaian doa muncullah hasil yang telah susah payah untuk diwujudkan dengan berbagai macam cara secara lahiriah.
  4. Hadits di atas menunjukkan bolehnya meminta doa kepada orang shalih yang masih hidup dengan permintaan yang manfaatnya terbatas hanya pada orang yang meminta doa saja sebagaimana Abu Hurairah meminta doa kepada Nabi agar Allah memberikan hidayah kepada ibunya.
  5. Orang yang mengakui beriman namun menaruh kebencian yang sangat mendalam kepada Abu Hurairah karena termakan doktrin para orientalis keimanan mereka dalam ambang bahaya karena ciri orang yang beriman adalah jatuh cinta kepada Abu Hurairah sebagaimana doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  6. Mandi untuk orang yang masuk Islam itu diucapkan sebelum membaca syahadat.
  7. Orang yang menangis itu belum tentu karena sedih, boleh jadi karena gembira dan bahagia.

Bahkan dengan doa pula Allah memberikan hidayah kepada sekelompok kaum walaupun jumlah mereka banyak.

Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dalam Ash-Shahihain sebuah hadits dari Abu Hurairoh Radhiayallahu A’nhu, dia berkata:   “Thufail bin Amr Ad-Dausy datang menemui Rasulullah kemudia berkata: ‘sesungguhnya kabilah Daus telah binasa, mereka bermaksiat dan menolak ajaranmu, maka berdoalah kepada Allah untuk kebinasaan mereka!’ para sahabat mengira bahwa Rasulullah akan mendoakan kejelekan kepada mereka, ternyata Rasulullah berdoa: ‘Ya Allah berikanlah hidayah kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka untuk islam’ ”

dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa di Madinah terdapat sekitar delapan puluh rumah milik kabilah Daus (yang masuk islam, ed).

Perhatikanlah wahai saudariku –semoga Allah senantiasa menjagamu- bagaimana keadaan orang yang mencintai kita seperti ayah, ibu, suami, istri, serta anak-anaknya laki-laki  maupun perempuan. Tidaklah orang-orang yang mencintai lagi tulus ini melainkan sungguh-sungguh ketika berdoa kepada Allah agar memberikan hidayah kepada siapa yang dia cintai.

Allah berfirman dalam hadits qudsiy yang panjang ,yang artinnya : “Wahai hambaku,setiap dari kalian adalah sesat kecuali siapa yang aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-ku niscaya Aku akan memberikan hiddayah kepada kalian. [HR.Muslim]

Bersungguh-sungguhlah engkau untuk berdoa dengan tulus dari lubuk hatimu agar Allah memperbaiki keadaan keluargamu, suami, dan anak-anakmu.

Demikian pula dirimu, jadilah engkau seperti itu  terhadap suamimu, berikanlah rasa senang di dalam hatinya setiap kali dia melihatmu. Syariat Islam ini telah memberimu kesempatan untuk memperhatikan dirimu sebelum m kedatangan suamimu dalam berbagai kesempatan, antara lain :

Rasulullah selalu melarang seorang suami menemui istrinya di malam hari sepulang dari bepergian tanpa memberitahukan kedatangannya terlebih dahulu. Sebagian ulama menyatakan mustahab  (Disukai) seorang suami meminta izin terlebih dahulu ketika akan menemui istrinya dengan mengucapkan salam, berdehem, mengetuk pintu atau membunyikan sandalnya saat hendak memasuki rumah. Imam Ahmad mengatakan : “Disukai untuk menyembunyikan sandal dalam rangka  meminta izin ketika akan masuk hingga dekat dengan rumahnya.”   Beliau juga berpesan “Jika dia masuk menemui istrinya, hendaklah berdehem terlebih dahulu.”

Muhanna berkata “Aku bertanya kepada Imam Ahmad tentang seorang laki-laki yang hendak memasuki rumahnya, haruskah dia selalu meminta izin terlebih dahulu kepada istrinya?” Imam Ahmad menjawab , “Aku tidak membenci hal itu. Jika dia meminta izin, juga tidak mengapa.” Kemudian  aku bertanya lagi, “Laki-laki itu mengenal betul keadaan istrinya,” Beliau tidak menjawab pertanyaanku.

Semua ini bertujuan untuk melanggengkan kecintaan antara suami dan istri, jangan sampai engkau terlihat oleh suamimu dalam keadaan yang tidak dia sukai, terkhusus ketika dia datang dari bepergian atau di atas ranjang dan selain itu. Ada yang mengatakan, “Seandainya wanita itu cantik, berakhlak mulia, biji mata dan rambutnya hitam, matanya indah, putih kulitnya, dicintai suaminya, wajahnya menunduk di hadapan suaminya, maka dia seperti gambaran bidadari , karena Allah menyifati bidadari dengan sifat-sifat seperti ini.

Sejatinya, jika diciptakan untuk bosan atas dunia ini walaupun terhadap suatu kenikmatan , dan kebosanan itu muncul di hati suamimu terhadap dirimu dengan sebab engkau selalu berada dalam keadaan tertentu, pakaian tertentu dan menyuguhkan makanan yang itu-itu saja, namun variasikan semuanya sesuai dengan kemampuanmu. Jika engkau melihat suamimu menyukai salah satu pakaianmu, makanan tertentu yang engkau suguhkan ,atau suatu tingkah lakumu, maka janganlah engkau sering mengenakan, menyuguhkan di hadapan suamimu agar tidak menjadi bosan Suatu ketika kejutkanlah dia dengan kesukaannya yang lain yang engkau ketahui, buatlah bervariasi selang beberapa waktu, karena itu lebih memikat dirinya dan membuat hatinya lebih mencintaimu dari sebelumnya.

Termasuk perilaku yang jelek tatkala seorang wanita memandang suaminya menyukai pakaian tertentu yang dia miliki, dia pun mengenai pakaian itu dari pagi hingga sore sampai suaminya merasa bosan. Atau ketika melihat suaminya menyukai masakan tertentu, ia pun menghidangkan makanan itu setiap kali sampai suaminya tidak selera makan.

Bagai rembulan, dia selalu muncul dalam satu bulan. Setelah menghilang , penampilannya selalu berganti baru dan setiap saja dia membuat kagum serta mempesona orang-orang yang memandangnya, bulan pun senantiasa dijadikan perumpamaan oleh manusia. Maka jadilah dirimu seperti bulan.

 

REFERENSI:

Diringkas oleh; Adel pretty mania di pondok Darul Qur’an Wal Hadits

Sumber : Menjadi istri sejati yang ditulis oleh Badr bin Ali bin Thami AL-uthaibi

Diterbitkan Dar al-istiqomah, mesir

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.