Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Bersyukur Atas Nikmat Dan Tanda-tanda Kecintaan Allah

Bersyukur atas nikmat dan tanda-tanda kecintaan Allah

Bersyukur Atas Nikmat dan Tanda-Tanda Kecintaan Allah. Nikmat Allah kepada kita sangat banyak, bahkan tidak terhingga, di antaranya adalah nikmat keamanan. Alhamdulillah, kita tinggal di sebuah negeri yang Allah  telah memberikan karunia kepada kita dengan keamanan dan ketentraman. Ini adalah nikmat yang luar biasa. Nikmat aman ini termasuk nikmat yang asasi dan pokok. Kenapa demikian? Karena banyak kenikmatan-kenikmatan lain yang tidak bisa kita nikmati dengan semaksimal mungkin apabila tidak disertai kenikmatan aman. Baik itu kenikmatan yang berkaitan dengan agama maupun kenikmatan yang berkaitan dengan dunia kita.

Kalau negeri tidak aman, kita tidak akan bisa leluasa mempelajari agama, beribadah kepada Allah, berdakwah. Ini kenikmatan yang berkaitan dengan agama. Kalau sebuah negeri tidak aman, kita tidak bisa menikmati harta yang kita miliki, berbisnis dengan tenang, sekolah dengan nyaman, pergi ke kantor dalam keadaan kita tentram. Ini menunjukkan bahwasanya nikmat aman adalah nikmat yang besar. Nabi Ibrahim alayhissalam dalam doanya, disebutkan oleh Allah pada dua tempat dalam Al-Qur’an, meminta kepada Allah nikmat aman sebelum nikmat rezeki dan nikmat aman sebelum nikmat ibadah kepada Allah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ

Artinya:

“Dan ketika Ibrahim berkata (berdoa meminta kepada Allah), ‘Wahai Rabb-Ku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman kemudian berikanlah rezeki kepada penduduknya.’” (QS. Al-Baqarah: 126)

 

Di dalam ayat ini Nabi Ibrahim meminta keamanan terlebih dahulu baru meminta rezeki. Kemudian di dalam ayat lain,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

Artinya:

“Wahai Rabb-Ku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jadikanlah (jauhkan) aku dan keturunanku dari menyembah berhala.” (QS. Ibrahim: 35).

 

Meminta keamanan terlebih dahulu baru meminta kepada Allah supaya beliau dan anak keturunan dijauhkan dari menyembah berhala. Para ulama mengambil kesimpulan bahwasanya nikmat aman adalah nikmat yang luar biasa. Ibadah kalau di sana tidak ada rasa aman tidak akan maksimal, demikian pula aktifitas dunia kalau tidak ada rasa aman juga tidak akan bisa kita lakukan. Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah, marilah bersama kita menjaga nikmat aman ini.

  1. Menanamkan Tauhid

Tauhid (mengesakan Allah dalam ibadah) termasuk rasa syukur kita kepada Allah.

Allah telah memberikan mereka rezeki, memberi makan, menghilangkan kelaparan dan memberi keamanan. Wujud rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat aman ini adalah dengan menegakkan tauhid. Tanamkan tauhid pada diri sendiri dan orang yang ada di sekitar kita. Teruslah para da’i, para asatidzah, mengajak kepada tauhid supaya negeri kita ini dijaga keamanannya oleh Allah.

  1. Mendakwahkan pemahaman salaf.

Pemahaman Salaf (para sahabat) adalah pemahaman yang benar. Pemahaman inilah yang akan membawa keamanan di masyarakat kita. Adapun pemahaman-pemahaman yang lain yang menyimpang (aliran-aliran sesat) justru membawa kepada ketidak amanan. Pemikiran-pemikiran yang menyimpang, radikal, menyelisihi dari jalan yang lurus bukanlah pemahaman yang diajarkan oleh para Salaf. Maka dengan kita menyebarkan pemahaman Salaf di tengah-tengah kaum muslimin insyaallah biidznillah akan membawa keamanan.

 

  1. Berusaha menerapkan dan melaksanakan syari’at Allah Azza wa Jalla.

Syari’at ini Allah turunkan tentunya dengan hikmah dan dengan dasar ilmu untuk kebaikan dan keamanan manusia. Orang yang membunuh dengan sengaja dia dibalas dengan dibunuh, orang yang berzina apalagi dia orang yang muhshan (pernah menikah) maka dia dirajam dan seterusnya, inilah bagian dari syari’at yang Allah turunkan. Tentunya syari’at tidak terbatas pada itu saja, yang jelas apabila kita melaksanakan syari’at Allah maka insyaAllah, biidznillah semuanya akan merasakan keamanan. Termasuk di antara upaya memperoleh nikmat keamananan adalah dengan doa. Mari kita semua meminta kepada Allah ﷻ supaya diberikan keamanan kepada negeri ini.

Dan sSetiap muslim tentu mengharapkan keridhaan serta cinta dari Allah, karena sejatinya tidak ada kebahagiaan yang lebih dicari setiap hamba selain mendapatkan cinta dari Sang Pencipta-Nya. Allah Subhana wa ta’aala memiliki sifat Al-Mahabbah (cinta), yakni Allah mencintai hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Namun, cinta-Nya tidak seperti cinta seorang makhluk. Bukti cinta Allah telah terpatri di dalam kitab dan hadits. Tanda-tanda cinta Allah kepada seorang hamba setidaknya ada lima yaitu sebagai berikut:

  1. Diterima di bumi

Saat dicinta Allah, seorang hamba akan mendapatkan penerimaan di muka bumi ini. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

إِذَا أَحَبَّ اللهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ. فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ. فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي أَهْلِ الْأَرْضِ

Artinya:

“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan menyeru Jibril, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia’. Jibril pun mencintai orang tersebut, lalu Jibril menyeru kepada penghuni langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah fulan’. Penduduk langit pun mencintai orang tersebut, kemudian penduduk bumi pun menerimanya (mencintainya).” (HR. Bukhari, no. 6040 & Muslim, no. 2637).

 

  1. Diberikan pemahaman dan pengamalan agama

Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memberikan pemahaman pada ilmu agama kepadanya. Sehingga dia pun akan mudah melakukan perbuatan baik dan jauh dari perbuatan dosa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ

Artinya:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan kepada yang tidak dicintai, namun tidak memberikan agama kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. Maka, barangsiapa yang Allah berikan agama, berarti Allah mencintainya.” (HR Ahmad).

 

Allah akan mengisi lidah orang yang dicintainya dengan dzikir dan mengisi anggota tubuhnya dengan ketaatan, menghiburnya, serta menghindarkan dari kelalaian. Dengan demikian, hamba yang dicintainya tersebut akan selalu terhubung dengan Allah

  1. Memenuhi segala permintaannya

Jika Allah sudah mencintai hamba-Nya, maka Allah akan memenuhi semua permintaannya dan akan melindunginya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيَّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلِيَّ عَبْدِيْ بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلِيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ. ولايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ

Artinya:

Sesungguhnya Allah berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi wali- Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah Hamba-Ku mendekat kepada- Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan Ibadah-Ibadah Sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya.” (HR. Al-Bukhari 6502 Fathul Bari 11/348).

  1. Memberikan cobaan untuk menyucikannya dari dosa dan perbuatan buruk.

Jika Allah mencintai hambanya, Allah akan memberikan cobaan atau ujian kepadanya. Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخْطُ

Artinya:

“Sesungguhnya besarnya balasan disertai besarnya bala, dan apabila Allah mencintai suatu kaum Dia memberi cobaan kepada mereka. Maka siapa yang ridha maka baginya ridha dan siapa yang marah maka baginya kemarahan.” (HR. At-Turmudzi, no. 2320)

 

  1. Dibukakan pintu amal shalih sebelum meninggal

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا، اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ، فَسَأَلَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ: مَا اسْتَعْمَلَهُ؟ قَالَ: يَهْدِيهِ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى الْعَمَلِ الصَّالِحِ قَبْلَ مَوْتِهِ، ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ

Artinya:

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan dia beramal, lalu dikatakan: apakah maksud dijadikan beramal itu? Beliau bersabda, “Allah bukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridha kepadanya.” (HR Ahmad Dishahihkan oleh Syaikh Al-AlBani dalam shahih Jami’ no 304)

 

Namun seringkali manusia justru mendzalimi diri mereka sendiri dengan melakukan perbuatan dosa dan maksiat di mana Allah telah menerangkan dengan sejelas-jelasnya pengaruh perbuatan ini sejak perbuatan maksiat dilakukan pertama kali. Marilah kita mengambil beberapa nash Al Qur’an dan hadits, serta atsar (riwayat) ulama’ Salaf yang menyebutkan pengaruh-pengaruh ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَعَصَى ءَادَمُ رَبَّهُ فَغَوَى . ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى . قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى . وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى . قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا . قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ ءَايَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى . وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِن بِئَايَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ اْلأَخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى

Artinya:

Dan Adam pun mendurhakai Rabb-nya, maka ia sesat. Kemudian Rabb-nya (Adam) memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberi Adam petunjuk. Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama. Sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia, ”Ya, Rabb-ku, mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang bisa melihat”. Allah berfirman: ”Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan”. Dan demikanlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabb-nya. Dan sesungguhnya adzab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (QS. Thaha: 121-127).

 

Di antara cara untuk menjaga keamanan adalah dengan kita senantiasa bersama pemerintah dan juga penguasa yaitu mendengar dan taat kepada mereka (jika bukan perkara yang melanggar syariat) dan hal yang dapat membantu kita untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala kita sedang bersendirian adalah mengingat bahwasanya kita akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Para ulama telah sepakat bahwa jika seseorang berdosa kemudian bertaubat dan beristaghfar kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka dosanya, hukumannya akan dihapus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Demikian yang bisa kita sampaikan. Wallahu Ta’ala A’lam.

Referensi:

 

Ditulis oleh : Dody Suhermawan.

Majalah HSI Edisi 46 Rabiul Akhir 1444 H.

Diringkas oleh : Aryadi Erwansah (Staf Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur).

Baca juga:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.