
Allah Ta’ala Mencintai Orang Zuhud
Saudaraku seiman , siapa yang tidak ingin mendapatkan cinta dari yang Maha Pemaaf, yang Maha Menicintai, yang Maha Kasih Sayang, dan ketika Dia telah menicintai hamba-Nya maka seluruh kebutuhanya akan Dia penuhi, seluruh masalahnya akan Dia selesaikan, dan setiap harapan akan Dia kabulkan. Mendapatkan cinta dari Yang Maha pengasih adalah diantara cita-cita seorang muslim di dunia sebelum dia bertemu dengan Rabbnya.
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa agar Allah berkenan mencintainya, sedangan Nabi adalah Khalilullah (baca: kekasih Allah). Maka sudah seharusnya kita perbanyak doa tersebut. Sebagai bentuk mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga jalan agar mendapatkan cinta dari Allah subhanahu wata’al.
Saudaraku, semoga Allah Ta’ala merahmati kita. Terdapat sebuah hadits yang agung, yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia, Abu Abbas Sahl Bin Sa’id As-Sa’di semoga Allah meridhainya dian berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ: دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِيَ النَّاسُ؟ فَقَالَ: «اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ.
“Bahwa datang seorang lelaki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya ”wahai Rashulallah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku melakukanya, Allah dan manusia akan mencintaiku.” Maka beliau menjawab: “zuhudlah engkau tehadap dunia, maka engkau akan dicintai Allah, dan zuhudlah engkau terhadap apa yang yang ada pada manusia, niscaya mereka akan menciataimu. Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Makna zuhud, zuhud terhadap dunia adalah berpaling darinya karena menganggapnya kecil, merendahkanya, dan hilang keinginan terhadapnya. Atau sikap benci kepadanya, dan tidak mengambil melainkan yang bermanfaat baginya di akherat. Sikap zuhud lebih tinggi dari sikap wara’ (sikap hati-hati), sebab wara’ artinya: meninggalkan perkara yang membahayakan dirinya di dunia. Sedangkan zuhud meninggalkanhal yang tidak mendatangan manfaat untuk akherat. Meninggalkan yang tidak bermanfaat lebih tinggi dari meninggalkan yang membahayakan.
Imam Ahmad berkata bahwa Yazid Bin Yahya Ad-Dimasyqi berkata kepadaku bahwa Khalid Bin Shabih berkata kepadaku bahwa Yunus Bin Halbas berkata kepadaku bahwa Abu Muslim Al-Khulaini berkata, “zuhud di dunia tidak dengan mengharamkan yang halal dan menyia-nyiakan harta. Namun zuhud di dunia hendaknya engkau lebih yakin kepada apa yang ada di tangan Allah daripada kepada apa yang ada ditanganmu. Kondisimu ketika mendapatkan musibah dan kondisimu ketika tidak mendapatkan musibah sama saja, yang memujimu dan yang mencelamu dalam kebenaran perasaanmu tetap sama saja.
jadi saudaraku yang semoga dirahmati Allah, bahwa zuhud intinya adalah amalan hati dan bukan perbuatan anggota badan. Oleh karena itu Abu Sulaiman berkata ”Engkau jangan bersaksi untuk seorang bahwa ia zuhud, karena zuhud ada di hati.” Seperti inilah seharusnya sikap seorang muslim.
Seorang muslim lebih yakin tehadap apa yang ada ditangan Allah daripada apa yang ada di tangan sendiri. Dan sikap ini muncul dari lurus dan kuatnya keyakinan kepada Allah, karena Allah menjamin rizki seluruh makhluk-Nya. Seperti yang Dia firmankan:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Huud: 6)
Al Hasan Bashri berkata: “diantara bukti lemanya keyakinanmu ialah engkau lebih yaki terhadap apa yang ada di tanganmu daripada terhadap apa yang ada di tangan Allah ‘azza wajalla
Al Fudhail Bin Iyadh berkata: “prinsip zuhud ialah ridha kepada Allah ‘azza wajalla” Ia juga berkata, “qana’ah adalah zuhud dan itulah kekayaan.”
Zuhud terhadap dunia inilah yanga akan mendatangkan kecintaan Allah ‘azza wajalla kepada hamba-Nya.
Allah berfirman di dalam al-quran mengecam mereka yang menadikan dunia tujuan hidupnya. Diantaranya:
Dalam QS. Al-anfal: 67.
مَا كَانَ لِنَبِىٍّ أَن يَكُونَ لَهُۥٓ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ ٱلدُّنْيَا وَٱللَّهُ يُرِيدُ ٱلَاخِرَةَ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Dan juga dalam QS. An-nisa’: 77.
وَقَالُوا۟ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا ٱلْقِتَالَ لَوْلَآ أَخَّرْتَنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗ قُلْ مَتَٰعُ ٱلدُّنْيَا قَلِيلٌ وَٱلَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا
“Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambarkan tentang dunia yang hina dan sedikit dibanidngkan dengan akherat yang kekal dan lebih baik.
Dari Al-Mustaurid bin Syaddad semoga Allah meridhoinya- ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟
“Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim).
Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Andai dunia itu senilai satu sayap seekor nyamuk di sisi Allah, tentu orang kafir tidak akan diberi minum walaupun seteguk air. (HR. Turmudzi )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ
“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)
faidah dalam hadits zuhud diantaranya:
- Tingginya cita-cita para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum. Mereka selalu bertanya tentang perkara yang besar, yaitu tentang bagaimana cara mendapatkan cinta Allah. Dan tentunya mereka bertanya dengan niat untuk bisa mengamalkan dan menjadi yang terbaik.
- Penetapan sifat cinta bagi Allah, artinya Allah ta’ala mencintai hamba-Nya sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Sebab Allah tidak sama dengan suatu makhlukpun.
Diantara dalilnya adalah:
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”(QS. Asy-Syura: 11)
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌ مَّرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”(QS. Ash-Shaff: 4)
Saudaraku seiman, diantara faidah lainnya adalah:
- Dibolehkan bagi seorang mencari kecintaan kepada manusia, artinya supaya mereka mencintainya. Tentunya lebih diutamakan kecintaan dari seorang muslim daripada dari orang kafir.
- Keutamaan zuhud terhadap dunia. Kita boleh saja bersenang-senang dengan apa yang Allah anugrahkan kepada kita.
- Zuhud tingkatanya lebih tinggi dari wara’, sebab wara’ hanya sebatas meninggalkan hal yang membahayakan; sedangkan zuhud meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya di hari akhir.
- Zuhud termasuk diantara sebab kecintaan Allah Ta’ala. Dan sebab paling besar yang menyebabkan kecintaan Allah terhadap hambany-Nya adalah: ittiba’ (mengikuti petunjuk ) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berdasarkan firman Allah ta’ala:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Ali Imran: 31)
- Anjuran untuk zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia. Sebab anjuran nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjadikan hal itu sebaai sebab kecintaan manusia. Ini mencakup agar kita tidak meminta apapun kepada kereka, dan tidak menampakkan diri kita seakan menginginkan sesuatu dari mereka.
Saudaraku semoga Allah merahmati kita semua. Kami tutup tulisan ini dengan satu ayat yang membuat kita merasa kematian yang sangat, dan tetap fakus pada bekal akherat.
Allah subhanahu wat’ala berfirman:
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
SUMBER:
- Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-‘Utsaimin. 2010. Syarahul Arba’in An-Nawawiyyah, cetakan Ke 3. Terjemahan: sirajuddin hasan bashri, Lc. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.
- Ibnu Rajab. 2002. Panduan Ilmu Dan Hikmah. Terjemahan: Fadhli Bahri Lc. Jakarta: Darul Falah.
Penulis : Birru Ninda Hamidi
Oleh: Birru Ninda Hamidi
(Pengajar Di Rumah Tahfidz Umar Bin Al-Khaththab
Baca Juga Artikel:
Leave a Reply