Akhlak Seorang Da’i

akhlak seorang dai

Akhlak seorang Da’i adalah akhlak Islamiyah yang telah dijelaskan oleh Allah dalam kitab-Nya dan dirinci oleh Rasulullah Dalam sunnah dan sirahnya. Allah telah memuji akhlak Nabi Muhammad sebagaimana dalam firman-Nya:

وإنك لعلى خلق عظيم

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Beliau berkata,

كان خلقه القرآن

Artinya: ”akhlak (Rasulullah) adalah Alquran”. (Shahih: diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya bersama Fathul Bari, Kitab Manaqib, no: 3366 dan Imam Ahmad dalam Musnadnya, no. 24482, 25178 dan 25689).

Mata untuk meluruskan dan menyempurnakan akhlak sebagaimana sabda beliau Shallallahu Alaihi Wasallam,

إنما بعثت لأمم صالح مكارم الأخلاق

Artinya: “Saya diutus dalam rangka menyempurnakan kesalehan (kemuliaan) akhlak. ( Shahih: Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam sunanul kubra,  10/192)

Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam juga selalu berdoa: Artinya:  “ya Allah Ah Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang mampu menunjukkan kepada akhlak yang terbaik kecuali engkau, dan palingkanlah dariku akhlak yang buruk dan tidak ada yang mampu memalingkan dariku akhlak yang buruk kecuali engkau. (Shahih: Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra, 10/192; Imam Ahmad dalam Musnadnya, no. 8923; Imam al-Hakim menshahihkan dan disetujui adz-Dzahabi dan Lihat Shahih al-Jami’, no. 2349)

Pertama: Jujur

Banyak ayat yang membicarakan tentang keutamaan jujur dan mengajak seluruh orang yang beriman agar hidup bersama orang-orang yang jujur sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

يأيها الذين ءامنوا ٱتقوا الله وكونوا مع الصدقين

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. At-Taubah: 119)

Akhlak jujur sangat bermanfaat bagi seorang hamba di hari kiamat dan menyelamatkan dari murka Allah serta menghantarkannya ke surga yang penuh dengan kenikmatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

قال الله هذا يوم ينفع الصدقين صدقهم لهم جنت تجرى من تحتها الأنهر خلدين فيهآ أبدا رضى الله عنهم ورضوا عنه ذلك الفوز العظيم

Artinya: “Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun Ridha terhadapnya. Itulah keberuntungan yang paling besar”. (QS. Al-Maidah: 119).

Sesungguhnya Kejujuran adalah akhlak yang paling dibutuhkan dalam kehidupan seorang Da’i agar dakwahnya berhasil dengan sukses dan bisa diterima oleh masyarakat, jujur dalam ucapan berarti selalu berbicara benar dan lurus koma tidak berbicara dengan suatu kebatilan. Kejujuran merupakan cerminan jati diri yang jelas dan tidaklah ada orang yang lebih memilih sikap kedutaan kecuali orang yang lemah kepribadiannya, sebab fitrah yang lurus sangat membenci dan mencela kedustaan sehingga orang-orang musyrik pada zaman Nabi juga menganggap buruk kedustaan, lantas bagaimana dengan seorang Da’i? Oleh sebab itu kejujuran merupakan pangkal utama bagi seorang Da’i untuk meraih kepercayaan anne-marie setiap orang yang menjadi obyek dakwah. Seorang Da’i sebagai penyambung Risalah dari Allah dan rasulnya, mungkin masyarakat bisa mentolerlir kekurangan yang lain, namun tidak ada seorangpun yang bisa menerima Bila seorang Da’i berdusta, Sebab semua orang Islam tahu bahwa dusta dan khianat termasuk akhlak kaum munafikin. Apakah layak akhlak tercela yaitu ada pada seorang Da’i dan munalligh bagi agama Allah? Termasuk bagian dari Kejujuran adalah jujur dalam perbuatan. Perbuatan seorang Dai harus dilakukan secara ikhlas mencari wajah Allah dan jauh dari riya’ atau sum’ah sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

فمن كان يرجوا لقآء ربه فليعمل عملا صلحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا

Artinya: “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang Saleh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al-Kahfi: 110).

Begitu pula jujur dalam mengemban misi agama, yaitu menjalankan ajaran agama secara benar yang dibangun di atas kejujuran kepada Allah bukan atas dasar nifak, dusta dan basa-basi belaka sehingga tampak keislaman secara lahirnya dan keyakinan batin secara kokoh.

Ketahuilah wahai saudaraku, faktor utama yang mampu membantu seorang Da’i berhasil dan sukses dalam berdakwah adalah kejujuran dan kesungguhan dia dalam mengemban misi dakwah, baik dari segi ucapan maupun tindakan sehingga hal itu menjadi manhaj dan syi’ar dakwahnya.

Kedua: Sabar

Sabar tidak jauh berbeda bahkan sama pentingnya dengan kejujuran sebab kesabaran selalu dibutuhkan oleh setiap muslim dalam hidupnya. Seorang muslim dituntut bersabar dalam rangka mentaati Allah dengan selalu memelihara ketaatan dan mencari kecintaan dan keridhaan-nya. Seorang muslim juga dituntut untuk bersabar dalam rangka  meninggalkan maksiat dan menjauhi segala perkara yang mendatangkan murka Allah. Dan seorang muslim juga dituntut bersabar terhadap bencana dan musibah yang menimpanya karena seorang muslim bersabar dalam rangka mencari ridho dan kecintaan Allah, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala,

وٱصبر وما صبرك إلا بالله

Artinya: “Bersabarlah (Hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah. (QS. An-Nahl: 127).

Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

ما أعطي أحد من عطاء خيرا وأوسع من الصبر

Artinya: “tidaklah seseorang diberi karunia lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran”. (Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, no.  1469)

Seorang Dai disamping membutuhkan beberapa kesabaran di atas Ia juga memerlukan kesabaran dalam rangka mengajak umat manusia kepada Jalan Hidayah dan menyampaikan misi agama Karena masing-masing manusia memiliki karakter, tabiat, keperluan, kepetingan dan kekurangan yang berbeda-beda. Dan mereka menghadapi problematika, kesulitan dan permasalahan juga berbeda-beda, sehingga masing-masing sangat membutuhkan orang yang mampu menghadapi mereka penuh dengan lapang dada dan tabah dalam mensikapi kekurangan mereka karena seorang Dai seakan sedang mendidik generasi dari dasar serta menanamkan pemahaman yang berbeda dengan pemahaman mereka yang ada saat ini baik dari sisi tingkah laku, tabiat, kecenderungan dan Keinginan mereka.

Ketiga: Perasaan Kasih Sayang

Seorang Dai harus memiliki hati penuh kasih sayang yang terhadap semua orang dan mengajak kepada kebaikan dengan lapang dada dan kelembutan. Termasuk sifat Nabi pilihan yang paling utama adalah kasih sayang dan lapang dada yang tak terhingga terhadap umatnya sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بٱلمؤمنين رءوف رحبم

Artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin. (QS. At-Taubah:  128)

Selama seorang dai menyampaikan kesalahan umat dengan pandangan penuh rasa kasih sayang dan lapang dada, ia akan mudah memaafkan orang ketiga hatinya merasa disakiti, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ولا تستنى ٱلحسنة ولا ٱلسيئة ٱدفع بٱلتى هى أحسن

Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik”. (QS. Fushilat: 34)

Keempat: Rendah Hati (tawadu’)

Tawadu’ merupakan sifat yang paling menonjol dan mampu memberi pengaruh cukup signifikan dalam kesuksesan dakwah sehingga seorang Dai akan dicintai dan menjadi tokoh panutan di tengah-tengah masyarakat. Sebaliknya sifat sombong akan menjauhkan seorang Dai dari pergaulan, bahkan dikucilkan dan dibenci oleh masyarakat.

Seorang Dai yang tawadu’ sangat mulia dan terhormat di hadapan allah dan manusia sebagaimana sabda nabi shallallahu alaihi wasallam:

وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله

Artinya: “tidaklah seseorang bersikap tawadu’ (rendah hati) karena Allah kecuali Allah akan mengangkatnya. (HR. Muslim)

Seorang Dai harus paham bahwa sikap rendah hati merupakan suatu kemuliaan dan ketinggian derajat bukan sikap rendahan dan kehinaan. Bahkan menjadi modal utama dalam berdakwah di tengah keluarga.

Kelima: Ikhlas

Ikhlas berdakwah Ialah engkau berdakwah untuk mencari ridho Allah bukan mencari keuntungan dunia, pamer, ingin didengar orang lain, dalam rangka riya’, atau mencari popularitas. Bila niat seseorang dalam berdakwah sudah karena Allah semata dan bukan karena manusia, maka akan mendapatkan janji Allah, sebagaimana dalam firman-Nya,

من كان يريد حرث ٱلأخرة نزدله فى حرثه ومن كان يريد حرث الدنيا نؤته منها وما له فى الأخرة من نصيب

Artinya: “barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syura: 20)

Ikhlas dalam berdakwah walaupun hanya sedikit, Allah akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda bahkan Ketulusan dalam berdakwah menjadi kunci kesuksesan dalam mengajak umat manusia ke jalan Allah dan membuat dai senantiasa istiqomah dalam berdakwah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ٱتبعوا من لا يسئل كم أجرا وهم مهتدون

Artinya: “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu, dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Yasin: 21)

Berdakwah tidak akan sempurna dan membuahkan hasil kecuali dengan niat ikhlas dan mencapai ikhlas itu sangat sulit. Sehingga Sufyan ats-Tsauri berkata, “Aku tidak pernah membenahi sesuatu dalam diriku yang lebih berat dari Niatku karena ia selalu berubah-ubah. (Lihat Hilyatul Auliya, no. 9310, 7/5 dan Jamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab, (1/70))

Ikhlas tidak hanya diwajibkan dalam ibadah seperti shalat, membaca Al-Quran, bersedekah, berpuasa dan beribadah haji saja. Bahkan, keikhlasan diperlukan dalam semua bentuk amal saleh termasuk berdakwah kepada agama Allah.

SUMBER :

PUSTAKA IMAM BONJOL, Syawal 1437 H. / Agustus 2016 M.

PENULIS : Zainal Abidin bin Syamsuddin,Lc.

Diringkas oleh : Asandri Abu Uwais (Pengajar di Ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA :

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.