Nikmat Anak Shalih

nikmat anak shalih

Nikmat Anak Shalih – Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah banyak memberikan nikmat iman dan Islam hingga saat ini. Shalawat dan dan sallam selalu kita curahkan kepada baginda kita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa agama ini sampai kesempurnaannya.

Fitnah Anak

Anak merupakan nikmat, karena dengan adanya anak orang tua akan bersemangat dalam menjalani kehidupan akan tetapi anak juga bisa menjadi fitnah bagi kedua orang tuanya bila salah dalam mendidik, dan bila orang tua tidak bisa menjadi teladan untuk anak-anaknya.

Allah Subhanahu Wata’ala mengingatkan,

واعلموا أنما اموالكم واولادكم فتنة وان الله عنده اجر عظيم

Artinya: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. Al-Anfal: 28)

Banyak anak yang membuat orang tuanya sedih, menderita, menjadi pengecut, bakhil dan bodoh, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إن الولد مجبنة مبخلة مجهلة مخزنة

Artinya: “(sesungguhnya anak dapat membuat (orang tuanya) pengecut, bakhil, bodoh dan gundah gulana.” (HR. Ibnu Majah dalam sunannya)

Sering kita saksikan beberapa orang tua syok saat mendengar anaknya sakaw, meninggal karena overdosis, tertangkap sebagai penjahat, berzina, tabrakan maut,atau hamil sebelum menikah. Bagaimana tidak syok, buah hati yang mereka sayang, telah mencoreng muka dan merusak nama baik keluarga. hal ini yang membuat Yahya bin Zakaria berkomentar, dan bila ia mati membuatku gundah.

Orang tua harus berusaha mendidik anaknya dengan kesabaran dan keuletan dengan bersabar terus berdoa agar anaknya menjadi anak yang shalih, karena anak juga bisa membuat orang tua menyimpang. oleh sebab itu Islam sangat menganjurkan kepada orang tua, agar senantiasa mendidik buah hatinya, agar menjadi anak shalih yang bertakwa. memiliki anak shalih yang bertakwa, merupakan tujuan utama hidup berumah tangga, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqon: 74)

Bila seluruh anggota keluarga mengikuti Rasulullah dalam menaati Allah Ta’ala, hati dan jiwanya tenteram, tenang dan bahagia, karena anak mereka membantunya dalam menunaikan perintah agama sehingga ia mempunyai harapan bertemu di surga.

Agar orang tua bisa membentuk keshalihan anak-anaknya, maka harus berpegang teguh kepada ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih, memiliki kemauan tinggi dan ilmu yang cukup untuk mendidik anak, membimbing akidah dan akhlak, memberi teladan baik dan menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk dan lingkungan yang rusak.

Karunia Anak Shalih

Anak shalih selalu dipandang sebagai karunia Allah Ta’ala, belahan jiwa, penyejuk hati, pelipur lara, sekaligus perhiasan dunia, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 46 yang artinya”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapiamalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Anak bagaikan bunga yang menyebarkan wewangian di setiap sudut kehidupan, perekat hubungan PASUTRI dan penyubur keharmonisan rumah tangga, apalagi anaknya shalih.

Agar anak menjadi shalih, langkah yang harus dilakukan orang tua adalah mendidik secara benar, mengikat anak dengan syariat Allah dan sunnah RasulNya, menguatkan dengan tauhid, mengembalikan kepada aqidah yang lurus, ibadah yang benar dan akhlak yang mulia, sehingga mereka tumbuh dewasa diatas ketakwaan dan kebaikan, dan itulah maksud dari firman Allah ”Dan ucapkanlah, ’Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.”

pendidikan anak harus ditekankan pada penguatan tauhid dan akhlak, membersihkan kehidupan umat manusia dari berbagai macam bid’ah dan khurafat, karena hal itu merupakan bentuk awal kaderisasi umat dalam rangka mengemban misi islam di masa yang akan datang. Dan standar pendidikan Islam bertumpu pada pembinaan umat yang tegak diatas ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah menurut pemahaman dan penerapan Salafus Shalih, serta mengeratkan para peserta didik dengan al-Qur’an dan as-Sunnah dalam memahami dan mengkajinya tanpa media perantara. pendidikan sangat terkait dengan kehidupan dan kepribadian umat sehari-hari baik terkait keyakinan, nilai kultur, adat-istiadat, watak, politik, dan sosial masyarakat serta yang lainnya.

Orang tua menjadi penentu arah pendidikan anak, bahkan sukses atau gagalnya masa depan anak sangat bergantung pada orang tua. Artinya, Allah menciptakan hati anak Adam sudah siap untuk menerima kebenaran sebagaimana menciptakan mata dan pendengaran mereka, siap untuk menangkap pemandangan dan berbagi suara. Selagi masih dalam kondisi aslinya dan masih siap menangkapnya pasti bisa menerima kebenaran. Agama Islam adalah agama kebenaran.

Oleh karena itu, sasaran utama pendidikan adalah menumbuhkan generasi di atas akidah Islam yang benar yang bersumber dari al-Kitab dan as-Sunnah terutama mendidik anak-anak beribadah tanpa harus banyak berbicara tentang faedah ibadah secara materi, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian pihak. Bila terpaksa harus menyebutkan faedah ibadah secara materi sebaiknya di akhir penjelasan. begitu pula dalam mengajarkan hukum islam, target utamanya adalah menumbuhkan sikap pasrah secara utuh kepada perintah Allah dan percaya akan Hikmahnya, tanpa harus banyak membahas hikmah dari sisi materi. Demikian itu akan memberikan daya tangkal kepada mereka dari racun penyesalan.

Ladang Pahala

Anak lebih banyak menyusahkan orang tua, tapi naluri orang tua tidak pernah merasa terbebani dengan disusahkan anak-anaknya. Bahkan cobaan silih berganti, tetapi semua tidak pernah disesali karena seluruh tenaga, materi, harta dan pikiran yang dicurahkan untuk anak akan berpahala dan mendapatkan keutamaan, bahkan mendoakan kedua orang tuanya. Memiliki anak shalih, orang tua mana yang tidak ingin? Anak shalih senantiasa mengalirkan kebaikan untuk kedua orang tuanya, walaupun kedua orang tuanya telah tiada, dan bahkan derajat orant tuanya terangkat semata-mata karena istighfar anaknya.

Anak shalih adalah belahan jiwa yang senantiasa menghadirkan kebahagiaan,  ketenteraman dan kebanggaan orang tua. Orang tua kan bahagia bila melihat anaknya bahagia dan akan merasakan penderitaan bila anaknya menderita, saat sang buah hati terkena musibah orang tua pun berduka, maka orang tua yang bersabar atas kematian putra atau putrinya, Allah akan memberi balasan mulia di surga.

Ujian dan rintangan yang selalu datang silih berganti dan sangat melelahkan orang tua saat mendidik anak-anaknya, bila anak sakit orang tua akan melakukan usaha apa saja untuk kesembuhan anaknya, walaupun harus mengeluarkan harta yang tidak sedikit dan menguras seluruh perhatiannya, begitu pula jika anaknya menghadapi masalah orang tua akan berusaha menceraikan jalan keluarnya. Walaupun banyak kita saksikan bila orang tua berhasil dalam hidupnya anak ikut menikmatinya tetapi jika sang anak yang berjaya, belum tentu orang tua ikut serta menikmati kejayaan bersama buah hati yang selama ini disayanginya. Tetapi apa pun yang terjadi orang tua tetap istiqamah dalam mendidik anak dan bersabar terhadap kenakalan anaknya.

Pengorbanan Orang Tua

Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang maksimal orang tua harus berbekal kesungguhan dan bermodal perjuangan yang panjang yang tidak mengenal lelah dan putus asa serta kesabaran tanpa mengenal batas, sejak mulai hamil, setelah lahir, pada masa anak-anak, masa remaja bahkan setelah anak menginjak dewasa perjuangan orang tua dengan tulus mengasuh putra-putrinya, memberi makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan yang layak, baik ditangani langsung maupun disekolahkan di pondok pesantren atau yang lainnya.

Beratnya orang tua terutama ibu dalam merawat anak-anaknya dari mulai hamil, melahirkan dan menyusui disebutkan Allah dalam firmanNya,

حملته أمه وهنا على وهن وفصله في عامين

Artinya: “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang tambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Luqman: 14)

Orang tua sangat berperan dalam membentuk keshalihan anak, barang siapa yang teledor dalam mengajari anaknya tentang sesuatu hal yang bermanfaat, maka ia telah berbuat kesalahan kepadanya, sehingga kebanyakan kedurhakaan anak berawal dari keteledoran orang tua dalam mendidik anak. Maka jangan salahkan anak bila berkata kepada orang tuanya, ”Engkau telah menyia-nyiakanku pada masa kecilku, maka aku akan menyia-nyiakanmu di masa tuamu.”

Oleh sebab itu, pendidikan merupakan amanah besar dan kewajiban utama yang tidak boleh dianggap remeh, Maksudnya adalah: mendidik, meluruskan, dan mengajarkan kepada keluarga dan putra putrinya dengan akhlak mulia, menjauhkan dari teman-teman yang buruk, tidak membiasakan hidup glamor, tidak menenggelamkan dalam kenikmatan duniawi dan sikap hedonisme yang menghabiskan umurnya hanya untuk mengejar fatamorgana dunia yang akhirnya hancur.

Seorang bapak harus memilihkan seorang ibu yang shalihah, taat beragama dan senantiasa mengutamakan makanan yang halal, untuk melahirkan dan mendidik putra-putrinya. Dan ketika mereka menginjak usia remaja ia harus memperketat pengawasan.

Menyelamatkan keluarga dari neraka melalui pendidikan yang benar merupakan tugas dan amanah yang agung sehingga siapa saja yang berkhianat dalam menunaikan amanah pendidikan akan mendapatkan ancaman berat, karena mendidik anak merupakan masalah paling mendasar. Baik dan buruknya karakter anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya, mereka ibarat batu permata yang masih alami dan belum pernah dijamah tangan-tangan pemahat.

 

Bersambung……..

 

Referensi:

Diringkas oleh: Zakia Fatimatuz Zahroh

Sumber: judul, Golden ways anak shalih, ditulis oleh Zainal Abidin bin Syamsudin

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.