Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Tafsir Surat Al – Lail Ayat 17 – 21

tafsir surat al lail

TAFSIR SURAT AL-LAIL  AYAT 17 – 21. TAKWA, KUNCI SELAMAT DARI NERAKA. Seringkali kita mendengar wasiat se-orang khotib kepada para jama’ahnya untuk bertakwa kepada Allah ta’ala. Hal ini karena pentingnya wasiat takwa, dan itulah wasiat Allah Subhanahu wata’ala kepada para hamba-Nya dari awal sampai akhir zaman. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا

Artinya:

Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu supaya bertakwa kepada Allah”. (QS. An-Nisa’[4]: 131)

وَسَيُجَنَّبُهَا الْاَتْقَى الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهُ يَتَزَكّٰى وَمَا لِاَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰى اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰى وَلَسَوْفَ يَرْضٰى

Artinya:

“Dan kelak orang yang paling bertakwa akan dijauhkan dari neraka itu, (yaitu) yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun yang memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhoan Rabbnya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan”. (QS. Al-Lail [92]: 17 -21)

 

Takwa adalah kedudukan yang sangat tinggi, pondasi kebahagiaan dunia dan akhirat. Di dalam nya terkandung perangai-perangai kebaikan. Orang yang bertakwa ialah orang yang beruntung, dan keberuntungan ialah puncak kemudahan.

 

TAFSIR AYAT

 

                Berkata Ibnu Katsir rohimahullah. Sesungguhnya telah disebutkan oleh lebih dari seorang ulama ahli tafsir[1], bahwa ayat ini diturunkan tentang Abu Bakr ash-Shiddiq rodhiAllahu’anhu sampai-sampai sebagian ahli tafsir menyebutkan ijma’ atas hal itu. Dan tidak diragukan lagi bahwa Abu Bakr rodhiAllahu’anhu termasuk di dalamnya, dan umat secara umum[2].

 

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan, orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah secara sempurna akan dijauhkan dari api neraka. Tatkala manusia bertambah takwanya kepada Allah, maka neraka akan menjauh darinya. Dan jika Allah menjauhkan orang yang bertakwa dari api neraka, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam Surga.

الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهُ يَتَزَكّٰى

Artinya:

Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. (QS. Surat Al-A’la)

Inilah sifat orang yang bertakwa. Dia akan menginfaqkan hartanya dan mengeluarkannya di jalan Allah Subhanahu wata’ala , untuk membersihkan jiwanya dari kebakhilan dan kedengkian sehingga menjadi orang yang dermawan, dan membersihkan harta dari kerusakkan sehingga menjadi berkembang dan mendapatkan barokah serta selamat dari kerusakkan, dengan izin Allah.[3]

Faedah dari shodaqoh adalah mensucikan dan membersihkan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala :

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا

Artinya:

“Ambilah zakat dari Sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka”. (QS. At-Taubah [9]: 103)

Hal ini menunjukkan orang yang berinfak tidak boleh berlebih-lebihan sehingga melalaikan hak keluarga, atau terlalu kikir sehingga melalaikan hak harta tersebut, tetapi bersikaplah tengah-tengah.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

Artinya:

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir. Dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqon[25]: 67)

Berkata Syaikh as-Sa’di Rohimahullah: (Surat al-Lail) ini sesungguhnya apabila infak yang mustahab (sunnah) terkandung di dalamnya, maka meninggalkan hal-hal yang wajib seperti hutang, nafkah wajib dan semisalnya, tidak disyari’atkan. Bahkan menjadi yang tertolak menurut pendapat kebanyakan ulama’, karena dia membersihkan (infak) dengan mustahab, dan meninggalkan yang wajib[4].

وَمَا لِاَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰىٓ

Artinya:

“Padahal tidak ada seorangpun yang memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya.

Setelah Allah Subhanahu wata’ala menyebutkan sifat orang yang paling bertakwa. Dia menjelaskan bahwa orang yang berinfak tidak butuh balasan dari manusia. Dia tidak menunggu balasan dari seorang makhluk atas kebaikan yang ia lakukan dan harta yang ia shodaqohkan.

اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰى

Artinya:

“Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhoan Rabbnya Yang Maha Tinggi

 

Orang yang bertakwa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah Subhanahu wata’ala tidak butuh balasan dari orang lain. Dia memberikan hartanya semata-mata karena mencari wajah Allah yang Maha Tinggi, ikhlas karena Allah. Dia merasa tamak untuk melihat wajah Allah Subhanahu wata’ala di hari akhir nanti.[5]

وَلَسَوْفَ يَرْضٰى

Artinya:

“Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.          

Sebuah anugerah dari Allah Subhanahu wata’ala dan balasan bagi orang yang mempunyai sifat-sifat di atas. Bahwa Allah akan membuat mereka ridho dan puas dengan mendapatkan apa yang dia harapkan, yakni untuk melihat wajah Allah dan mendapatkan kenikmatan yang kekal serta dijauhkan dari api neraka. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wata’ala agar termasuk golongan ini, amin.

 

FAEDAH AYAT

 

  1. Jadilah orang yang benar-benar bertakwa

Jadilah orang yang selalu bertakwa dengan sebenar-benarnya agar mendapatkan karunia dan anugerah dari Allah Subhanahu wata’ala . takwa dalam arti bersunguh-sungguh dalam dalam meninggalkan dosa yang kecil maupun yang besar, dan nelaksanakan semua ketaatan dari yang wajib sampai yang sunnah sesuai kemampuan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

يَاأيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imron[3]: 102)

 

  1. Takwa ialah jalan keselamatan dari neraka

Semua orang pasti ingin keluar dari panas api neraka yang bergejolak. Maka jalan keselamatan tersebut ialah bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan sebenar-benarnya. Adapun orang yang bermaksiat dari kalangan orang mukmin, maka tidak dijauhkan dari api neraka, namun juga tidak selama-lamanya kekal di dalamnya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

﴿وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا  كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا  ٧١ ثُمَّ نُنَجِّى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّنَذَرُ الظّٰلِمِيْنَ فِيْهَا جِثِيًّا ٧٢

Artinya:

“Dan tidak ada seorangpun dari kamu melainkan pasti mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu merupakan suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang lalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”. (QS. Maryam[19]: 71-72)

 

  1. Surga ialah dambaan orang yang bertakwa.

Janji Allah Subhanahu wata’ala pasti benar. Orang yang bertakwa pasti akan mendapatkan surga yang telah Allah janjikan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

﴿مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ فِيْهَآ اَنْهٰرٌ مِّنْ مَّاۤءٍ غَيْرِ اٰسِنٍ وَاَنْهٰرٌ مِّنْ لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَاَنْهٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشّٰرِبِيْنَ ە وَاَنْهٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ  كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِى النَّارِ وَسُقُوْا مَاۤءً حَمِيْمًا فَقَطَّعَ اَمْعَاۤءَهُمْ ١٥ ﴾

Artinya:

(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereja memperolah di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb meraka; (apakah mereka) sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya. (QS. Muhammad [47]: 15)

 

  1. Berinfak di jalan Allah Subhanahu wata’ala termasuk sifat orang yang bertakwa.

Ciri-ciri orang yang bertakwa ialah selalu berinfak di jalan Allah, termasuk infak yang wajib, seperti zakat dan nafkah untuk keluarga, serta shodaqoh-shodaqoh yang sunnah.

 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

﴿ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ ٢ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ٣ ﴾

Artinya:

Petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghoib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (QS. Al-Baqoroh [2]: 2-3)

 

  1. Ibadah harus ikhlas untuk Allah Subhanahu wata’ala semata.

Dalam beramal setiap hamba harus mengikhlaskan niatnya karena Allah Subhanahu wata’ala semata, mengharap pahala yang sempurna dari-Nya, tidak meminta balasan apapun dari makhluk. Tidak boleh riya’, sum’ah, pamer, ingin disebut ini dan itu. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

﴿وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهِ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا ٨ اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا ٩ ﴾

Artinya:

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhoan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insan [76]:8-9)

 

  1. Penetapan sifat wajah bagi Allah Subhanahu wata’ala.

Allah Subhanahu wata’ala mempunyai sifat-sifat yang harus kita imani, diantaranya Allah Subhanahu wata’ala mempunyai wajah. Sebagai seorang mukmin, kita harus mengimaninya tanpa bertanya bagaimana sifat tersebut dan tanpa menolak atau memalingkan dari makna sebenarnya.

 

Allahua’lam bisshowab.

 

 

Sumber :

Majalah Al-Mawaddah Vol. 37 Shofar 1432 H

Januari – Februari 2011 M

Oleh UStadz Abu Abu Muhammad Aunus Shofy hafidzohullah

Ditulis ulang / diringkas oleh : Abu Ghifar Supriadi

[1] Tafsir ad-Darul Mansyur 15/478, at-Tahrir wa Tanwir 30/345

[2] Tafsir Ibnu Katsir 8/444

[3] Tafsir as-Sa’di 1/350

[4] Tafsir as-Sa’di 1094

[5] Tafsir Ibnu Katsir 8/422

Baca juga:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.