Sunnah Nabi dan Pengaruhnya Bagi Perbaikan Umat

SUNNAH NABI BAGI UMAT

Sunnah Nabi dan Pengaruhnya Bagi Perbaikan Umat

Segala puji bagi Allah, semoga kita semua senantiasa dalam perlindungan Allah dan semoga kita semua di berikan ke istiqamahan dalam beribadah kepada Allah.

Seorang muslim diberikan rahmat khusus dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad oleh sebab dia beriman, mengikuti dan mengamalkannya. Sedangkan orang kafir, mereka dirahmati dengan rahmat yang umum, berupa datangnya islam. Karena, apabila seorang muslim berpegang teguh dengan agamanya dan konsisten dalam mengamalkannya, maka Allah akan mengurangi kejelekan kaum kafirin dan mengurangi keruskan orang-orang yang hendak berbuat kerusakan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْاَرْضُ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: “Seandainya Allah tidak menolak keganasan sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia yang dicurahkan bagi semesta alam”. (QS. Al-Baqarah: 251)

Sungguh Allah telah menurunkan kepada Nabi-Nya kitab yang paling agung, dan telah menurunkan pula kepadanya tafsir dan penjelas yang paling agung bagi al-Qur’an. Yaitu Sunnah Nabawiyah. Allah menjaga al-Qur’an dan Sunnah dari perubahan dan penyelewengan. Allah menjaga keduanya dari pemikiran yang merusak dan penafsiran yang batil. Allah menegakkan hujjah dan bukti bagi semesta alam melalui Nabi yang mulia Muhammad. Allah memberi petunjuk kepada Nabi kita dengan sebaik-baiknya petunjuk, memudahkannya untuk menempuh jalan yang paling mudah dan metode yang paling praktis. Allah berfirman (yang artinya): “Dan kami akan memberi kamu taufiq kepada jalan yang mudah”. (QS. Al-a’la: 8)

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir rahimahullah bahwasanya Rasulullah Subhanahu Wata’ala bersabda, yang artinya: Sesungguhnya sebaik-baiknya perkataan adalah Kitabullah Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad. Dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama). Setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat.[1]

Sungguh Nabi kita yang mulia telah menunaikan dan menyampaikan seluruh sendi-sendi peribadatan dan perkara agama semuanya, baik dalam masalah fadhilah (keutamaan) amal, perangai terpuji, dan sebagainya. Rasulullah telah menunaikan hak ini semua dengan menyampaikannya. Maka beliau adalah panutan bagi seorang hamba, teladan bagi seorang da’I, pengajar, hakim, pemimpin, prajurit, seorang ayah, dan teladan bagi setiap manusia. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-ahzab: 21)

Aisyah berkata, ‘’Ketahuilah akhlaq beliau adalah al-Qur’an.[2]

Yaitu beliau mengamalkan semua amalan, baik yang kecil maupun yang besar, bersifat dan mengamalkan yang dianjurkan oleh al-Qur’an serta menjauhi larangan yang ada di dalam al-Qur’an.

Sunnah Nabi adalah petunjuk untuk menuju jalan lurus yang patut diikuti oleh setiap muslim. Terkumpul di dalam Sunnah Rasulullah keutamaan, kebaikan, dan kesempurnaan. Barangsiapa mengamlkan Sunnah, maka sungguh Allah telah memberikan kebaikan yang banyak pada dirinya. Dan barangsiapa meninggalkan Sunnah, maka dia telah kehilangan kebaikan yang banyak sesuai dengan Sunnah yang ia tinggalkan.

Secara bahasa, Sunnah memiliki arti jalan yang ditempuh dan kebiasaan yang diikuti. Sedangkan secara syar’i adalah berpegang teguh, beramal dengan apa yang ada pada diri Rasulullah dan Khulafa’ Rasyidin serta para sahabat, baik dalam masalah aqidah, amalan, dan perkataan mereka. Sebagaimana yang dimaksud pula dengan Sunnah adalah perkataan Rasulullah, perbuatan, dan persetujuannya.

Ketahuilah wahai kaum muslimin, kelemahan kaum muslimin saat ini adalah perpecahan umat islam, seperti berpecahnya barisan kaum muslimin dengan fanatik madzhab, fanatik golongan, dan fanatik kelompok ala Jahiliyah. Ketahuilah, kelemahan terbesar kaum muslimin adalah perpecahan umat dan hawa nafsu yang diikuti! Kelemahan dan kemunduran kaum muslimin ini bukan karena jumlah mereka yang sedikit. Mereka merupakan pemeluk agama yang paling banyak. Akan tetapi, musibah yang menimpa ini karena peremehan kaum muslimin untuk mengamalkan agama mereka sendiri. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ  وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَه ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِه مِنْ وَّالٍ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-rad: 11)

Sesungguhnya kelemahan yang ada pada barisan kaum muslimin berupa makar dan tipu daya musuh-musuhnya serta turunnya berbagai ujian dan cobaan, membangkitkan semangat yang tinggi serta nasihat yang tulus, yaitu agar kalian wahai kaum muslimin kembali kepada Rabb kalian. Mulailah dengan bertaubat kepada-Nya, berpegangteguhlah kepada agama kalian, amalkan Kitabullah dan Sunnah Nabi kalian, niscaya Allah akan merahmati dan menghilangkan segala apa yang menimpa kalian.

Obat yang mujarab untuk mengobati penyakit kaum muslimin tiada lain adalah mengikuti Sunnah Nabawiyah. Mengikuti Sunnah Nabi dan berpegang teguh dengan manhaj salafus shalih adalah obat bagi seluruh penyakit umat ini. Obat untuk mengobati segala yang tidak dikehendaki, serta dapat menurunkan keberkahan dan kebaikan.

Berpegang dengan Sunnah adalah dengan bersatu, meninggalkan perselisihan, menyatukan hati dan niat. Berpegang dan mengikuti Sunnah adalah penolong untuk melawan musuh-musuh kebenaran, penolong dari musuh kesesatan dan hawa nafsu. Sebagian ahli ilmu mengatakan, ‘’Tidaklah sebuah penduduk negeri mengamalkan Sunnah hingga cahaya Sunnah nampak di negeri itu, melainkan mereka akan ditolong dan menang atas musuh-musuh mereka. Dan tidaklah sebuah penduduk negeri memadamkan cahaya Sunnah. Melainkan mereka akan dikalahkan oleh musuh-musuhnya.’’

Sesungguhnya seruan kembali kepada Sunnah berlaku bagi setiap manusia. Wajib bagi setiap muslim untuk melakukannya, mengajak saudaranya sesama muslim untuk menyempurnakan kekurangannya dalam berpegang terhadap Sunnah, menasihati atas kelalaiannya meninggalkan Sunnah, mengingatkan, dan mengajarkan. Menjelaskan kebaikan dan memperingatkan dari kejelekan. Sedangkan dakwah kepada orang kafir dengan cara menjelaskan kebaikan Islam dan menegakkan hujjah atas mereka.

Wahai kaum muslimin, waspadalah dari segala penghalang untuk mengikuti Sunnah. Penghalang terbesar untuk mengikuti Sunnah adalah karena mengikuti hawa nafsu. Allah Subhanahu Wata’ala berkata kepada orang-orang yang menentang kebenaran:

فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ  وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS. al-Qashash: 50).

Para salaf menyebut orang-orang ahli bid’ah sebagai pengekor hawa nafsu, karena memang mereka jauh dari Sunnah. Waspadalah kalian dari fitnah dunia dan syahwat, karena hal itu salah satu penghalang untuk mengikuti Sunnah. Allah berfirman (yang artinya): “Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al-a’ala: 16-17)

Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman:

فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ۙ

Artinya: Kemudian datanglah setelah mereka pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat. (QS. Maryam: 59)

Termasuk pula yang dapat menghalangi mengikuti Sunnah adalah membela kepada orang yang sesat lagi menyesatkan dari orang-orang yang fanatik buta, para pemimpin tarekat sesat dan pengekor hawa nafsu yang menyimpang. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

اِتَّبِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِه اَوْلِيَاۤءَۗ  قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ

Artinya: “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (QS. Al-a’raf: 3)

Dan perkara lain yang dapat menghalangi mengikuti Sunnah adalah kebodohan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: ‘’Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan faqihkan ia dalam agama-Nya.’’[3]

Wahai kaum muslimin, jangan sampai engkau terhalangi oleh penghalang apapun untuk mengikuti Sunnah, karena sesungguhnya tidak akan selamat dari kejelekan dan siksa kecuali orang-orang yang berpegang dengan apa yang telah ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Peganglah Sunnah ini baik yang besar maupun yang kecil dalam kehidupanmu, hafalkanlah al-Qur’an dan Hadits sebagai kebutuhanmu dalam ibadah dan pergaulan. Semakin bertambah banyak, maka hal itu baik bagimu. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَمَآ اٰتٰاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ  اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

Artinya: “Dan Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al-hasyr: 7)

Wahai hamba Allah, manfaatkanlah waktu kalian untuk beramal shalih. Jangan  sia-siakan umur kalian dengan melalaikan peluang emas untuk beramal kebajikan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ  اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-hasyr: 18)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:                                                    

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu dengannya , kesehatan dan kelonggaran (waktu).[4]

Wahai kaum muslimin, perbaikilah kepemimpinan kalian. Kita bertanggung jawab terhadap anak-anak kita, maka jangan biarkan mereka mengenal kejelekan. Jangan kalian lalai untuk memperbaiki rumah tangga kalian, karena keluarga merupakan asas kebaikan masyarakat.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan atas Nabi kita yang mulia, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari akhir.

Referensi:

Diringkas oleh: Lailatul fadilah (Staf Pengajar Ponpes Darul Qur’an wal Hadits Oku Timur)

Sumber dari: khutbah jum’at Syaikh Ali Abdur Rahman al-Hudzaifi (Imam Masjid Nabawi) terjemahan dari MAJALAH AS-SUNNAH EDISI 6 TAHUN V / MUHARAM 1427 / FEBRUARI 2006M

[1]  HR. Muslim, no 867

[2]  HR. Muslim, no 746, Abu Dawud, no 1342, Ahmad, no 6/54

[3]  HR. Bukhari, no 71. Muslim, no 1037

[4]  HR. Bukhari, no 6412

Baca juga artikel:

Tsa’labah bin Hathib

Dasar-dasar Fikih Kurban

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.