Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Rumahku Taman Surgaku (Part 2)

rumahku taman surgaku-2

Rumahku Taman Surgaku (Part 2) – Jika anda ingin suamimu berbahagia bersamamu, memuliakanmu, mencintaimu, dan menghargaimu, maka anda harus menghormati perasaannya, memaklumi kondisinya dan hargai kecemburuannya kepadamu, karena terkadang suami sangat pencemburu, tidak suka melihat dirimu melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, maka pada saat itu anda harus menghargai kecemburuan suamimu kepadamu, anda harus hormati perasaan suamimu, selagi tidak bertabrakan dengan norma agama atau membahayakan dirimu.

Dari Anas Radhiyallahu Anhu berkata bahwa putra Abu Thalhah dari Ummu Sulaim telah meninggal dunia. Ummu Sulaim Radhiyallahu Anha berkata kepada keluarganya, “Janganlah kamu bercerita kepada Abu Thalhah tentang kematian putranya kecuali aku yang menceritakannya.” Setelah beliau datang dan disajikan makan malam hingga selesai makan dan minum, kemudian dengan seindah mungkin yang belum pernah ia lakukan. Setelah berhubungan intim dan Abu Thalhah mendapatkan kepuasan, maka Ummu Sulaim berkata, “Wahai Abu Thalhah bagaimana pandanganmu bila suatu kaum meminjam suatu barang kepada seseorang lalu mereka meminta barangnya dikembalikan, apakah ia bisa menolak?” Beliau menjawab, “Tidak.” Kemudian ia berkata, Bersabarlah putramu telah tiada. Anas berkata, “Thalhah pun marah lalu ia berkata, ‘Kamu kabarkan tentang kematian putraku setelah aku dalam keadaan puas.’ Kemudian beliau pergi untuk mendatangi Rasulullah dan mengabarkan sesuatu yang telah terjadi. Rasulullah bersabda, Semoga Allah memberkahi keadaan kalian tadi malam. Anas berkata, Kemudian Ummu Sulaim pun hamil. Ketika Rasulullah berpergian ia bersamanya. Dan Rasulullah bila datang dari safar tidak memasuki Madinah dengan mendadak. Pada saat mendekati Madinah, Ummu Sulaim hendak melahirkan. Abu Thalhah menunggu proses kelahiran anaknya. Sementara Rasulullah pergi melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Maka Anas berkata, Abu Thalhah berdoa, Ya Allah Engkau tahu bahwa aku sangat senang pergi bersama Rasulullah dan pulang bersamanya. Tetapi aku tertahan tidak bisa menemaninya (karena istriku hendak melahirkan).Maka Ummu Sulaim berkata,Wahai Abu Thalhah Aku merasakan apa yang kamu rasakan mari kita pergi bersama Rasulullah.Maka ketika sampai di Madinah lahirlah seorang anak laki-laki. Maka ibuku(Ummu Sulaim) berkata, Wahai Anas jangan adaa seorang pun yang menyusuinya sebelum kamu membawanya ke Rasulullah. Pada saat pagi hari aku membawa bayi tersebut ke Rasulullah.

Hal penting dari hadits diatas, bahwa bagaimana Ummu Sulaim sangat menjaga perasaan Abu Thalhah pada saat putranya wafat dan pada saat sedang dalam kondisi delematis, apakah harus menunggu istri melahirkan atau pergi bersama Rasulullah, Ummu Sulaim sangat memahami perasaannya dan menghargai perhatiannya dan beliau mampu menenangkan suaminya pada saat kondisi sangat kritis, sehingga ia pun mendapat kasih sayang, cinta dan perhatian yang sangat sempurna dari sang suami.

Perlu dicamkan bahwa kebanyakkan kaum lelaki keinginannya untuk mendapatkan penghormatan sama pentingnya dengan keinginannya untuk mendapatkan kekuasaan dan kekayaan, kaum lelaki memiliki kelebihan menonjol yaitu kreativitas dan keuletan untuk mendapatkan pujian orang lain. Bahkan kaum lelaki membangun relasi dengan sesamanya karena demi meraih penghormatan dan penghargaan, bukan sekadar kasih sayang. Maka seorang istri harus menghormati suami sehingga suami menemukan harga dirinya di hadapan istri. Suami akan merasa jatuh harga dirinya, merasa dicela kejantanannya bila direndahkan istri dan hal ini akan membahayakan berlangsung bahtera rumah tangganya, karena besarnya hak suami atas istri maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

لو أمرت أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها من عظيم حقّه عليها.

Artinya: “Andai kata seseorang boleh sujud kepada yang lain, maka aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya, karena besarnya haknya atas dia (istri).” (HR. Bukhari)

Mayoritas pemuda yang ingin menikah tidak rumit dalam membuat syarat dan kriteria calon pendamping bahwa calon istrinya harus seorang sarjana, harus berasal dari keluarga kaya, harus wanita yang cantik atau wanita terpandang, namun dia hanya mensyaratkan calon istrinya yang mampu memenuhi kebutuhan, memahami perasaan dan penuh pengertian, dan memberikan penghargaan dan penghormatan kepada dirinya.

Terimalah Pasanganmu Apa Adanya!

Sebagian istri bersusah payah dan melelahkan dirinya dengan melakukan upaya yang sebenarnya diluar kemampuannya, yaitu keinginannya untuk merubah tabiat sang suami. Mengapa?! Karena merubah tabiat bukanlah perkara gampang, bahkan mungkin termasuk perkara mustahil dalam suatu kondisi dan waktu tertentu kecuali atas izin Allah. Yang lebih utama bagi para istri, menerima suami apa adanya, bukan menuntut yang seharusnya dan tidak menuruti kehendak dirinya agar suami menjadi orang yang ideal seperti yang dia bayangkan! Bagaimana mungkin itu terkabul!

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِيْنَ عَادَيْتُمْ مِّنْهُمْ مَّوَدَّةً ۗ وَاللّٰهُ قَدِيْرٌ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah Maha Kuasa dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Mumtahanah: Ayat 7)

Begitu juga sang suami yang ingin sukses merubah siapapun termasuk istrinya, harus bisa menerima segala kelebihan dan kekurangannya sambil terus memupuk kesadarannya untuk merubah kebiasaan dan tabiat buruknya. Disamping terus menggali potensi positif yang lama ini terpendam dalam diri sang istri. Karena sang istri ingin agar suaminya menerimanya meskipun banyak kekurangannya, bahkan sang suami harus bisa menerima istri dengan segala kekurangan dan kelemahannya, bukan hanya menerima bila sang istri telah tampil sesuai dengan seleranya. Seorang suami tidak boleh memaksakan untuk merubah tabiat istrinya dengan kekerasan dan pemaksaan, bahkan harus mampu menumbuhkan kesadaran untuk menghilangkan sendiri kebiasaan dan watak buruk yang ada. Karena cara demikian tidak akan membuahkan hasil yang bagus, sebagaimana proses dakwah tidak bisa ditempuh dengan pemaksaan dan kekerasan sehingga Allah menegaskan kepada Nabi-nya,

وَمَاۤ  اَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ

Artinya: “Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf, Ayat 103).

Wahai sang suami, anda tidak akan bisa menumbuhkan tabiat baik pada diri istri anda dengan celaan, cercaan, ataupun kritikan dan menganggap dirinya bodoh. Tumbuhkan tabiat baik istri anda dengan membantu menyadarkan drinya untuk menemukan tabiat mulia yang anda inginkan darinya. Begitu pula seorang istri harus pandai menghormati dan menghargai suami, jangan mengkritik tindakan suami anda yang tidak anda sukai. Berusahalah untuk selalu memuji suami anda dengan sifat mulia yang dia miliki, niscaya pujian anda akan memberikan pengaruh ajaib. Renungkan hadits berikut ini:

لو تعلم المرأة حقّ الزّوج لم تقعد ما حضر غداؤه وعشاؤه حتّى يفرغ منه.

Artinya: “Jika seandainya wanita mengetahui hak suaminya, maka ia tidak akan duduk (santai) ketika menyajikan makan siangnya dan makan malamnya hingga ia selesai darinya,” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir)

Permasalahan suami istri sering timbul karena sikap para istri yang berusaha gigih untuk merubah tabiat suami dengan kekerasan, bahkan menjadikannya sebagai tujuan utama. Cara tersebut merupakan kesalahan, persoalan ini timbul karena pemahaman salah terhadap dirinya sendiri dan suaminya. Mereka salah memahami posisi dirinya dalam sebuah keluarga, artinya para istri mengira bahwa persoalan keluarga timbul karena tabiat buruk suami yang tidak disukai istri. Para istri menyangka bahwa tabiat inilah yang menyebabkan dirinya tersiksa dan tidak mendapatkan ketenangan, yang akhirnya dia kehilangan kebahagiaan yang dicari-cari dalam berumah tangga.

Ketahuilah, istri yang bersikap demikian pasti gagal! Mengapa! Karena sang istri tadi akan berusaha terus untuk merubah kepribadian suaminya yang lain agar lebih sempurna. Dan dia terus berusaha merubah suaminya agar menjadi suami yang sempurna dan ideal sesuai dengan keinginannya, dia tidak akan pernah puas dengan perubahan yang telah dia capai, setiap kali berhasil merubah suatu tabiat dalam diri suaminya, maka dia akan mencari kekurangan yang lain dan berusaha merubahnya, dan seterusnya, sehingga tampil menjadi istri yang kurang bersyukur kepada suami nya sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:

لا ينظر الله إلى امرأة لا تشكر لزوجها وهي لا تستغني عنه.

Artinya: “Allah tidak akan memandang kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya sedangkan ia senantiasa membutuhkannya.’’ (HR. An-Nasa’i dalam sunan Al-Kubro (9135), hasan)

Dan penyebab utama adalah cara pandang istri yang salah, bukan karena kepribadiian orang lain yang kurang sempurna, seandainya istri merubah cara berpikirnya, dengan berusaha menerima suaminya apa adanya, dia berusaha bergaul dengan suaminya yang memiliki tabiat tertentu, niscaya dia bisa beradaptasi dengan tabiat suaminya, hingga dia bisa menjalani kehidupan rumah tangganya dengan sangat alami, dengan terus memperhatikan kelebihan suami, niscaya dia akan mencintainya, dan hasilnya dia akan merasakan kebahagiaan hidup berumah tangga yang hakiki dan keagamaan sang suami makin sempurna sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,

من رزقه الله امرأة صالحة فقد أعانه على شطر دينه, فليتّق الله في الشّطر الثّاني.

“Barangsiapa yang telah dikaruniai istri yang shalihah, maka Allah telah membantu separuh agamanya, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dalam separuh agama yang lainnya.” (HR. Al-Baihaqi)

Akan tetapi perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan kekurangan dan kelemahan watak dan tabiat sang suami yang terkait dengan kepribadian bukan kekurangan dan kelemahan yang terkait dengan masalah agama, atau sifat yang dimiliki suami yang bisa membahayakan istri secara langsung.

 

Referensi:

Diringkas oleh : Eva Purnama Sari

Penulis/Penggarang : Zainal Abidin Bin Syamsudin

Judul Buku : “One Heart .”

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.