ORANG TUA DAN AIR MATA

air mata orang tua

AIR MATA ORANG TUA – ‘Uquq (durhaka) adalah kebaikan birr (berbakti). Ibnu manzur rahimahullah mengatakan ‘aqqa walidahu ya’uqquhu ‘aqqan wa uquqan wa ma’qatan artinya memecahkan tongkat ketaatannya. ‘Aqqa walidaihi  artinya seseorang memutuskan hubungan dan tidak menyambung tali kekeluargaan dengan kedua orang tuanya. Ia juga mengatakan, di sebutkan dalam hadits, Nabi ﷺ melarang mendurhakai ibu. Durhaka (‘uquq) adalah kebalikan berbakti (birr). Kata ini berasal dari akar kata ‘aqq yang berarti membelah dan memutuskan.

Durhaka kepada Orang Tua

Kedua orang tua adalah sebab keberadaan dan muncul nya seseorang di dunia ini setelah Allah. Allah mengagungkan hak keduanya dan menggandeng ketaatan kepada kedua orang tua dengan ibadah kepada-Nya. Allah berfirman:

۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ

” Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibuk bapak …. “(Al-isra’ [17] :23)

Selanjutnya Allah menjelaskan etika terhadap kedua orangtua, seperti tidak mengeraskan suatu saat berbicara kepada keduanya. Allah berfirman:

فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا

“…. Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada kedua nya perkataan ‘Ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Al-isra’ [17] 23)

Asy-syaukani memriwayatkan dari Ad-dailami, dari Husain bin Ali secara ma’ruf, “Andai Allah mengetahui ada yang lebih rendah dari kata ‘ah, tentu Dia mengharamkannya.”

Kebalikan dari berbakti adalah durhaka. ‘Uquq artinya durhaka dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Perbuatan ini termasuk dosa paling besar, bahkan disebut Rasulullah ﷺ salah satu dosa paling besar di antara dosa-dosa besar. Secara etimologi, ‘Aqq artinya menyelisihi. Definisi durhaka kepada orang tua disebut ulama sebagai berikut; seorang anak melakukan suatu tindakan yang menyakiti kedua orang tuanya, tindakan menyakitkan yang tidak di anggap sepele menurut kebiasaannya. Disebutkan dalam Al-Muhalla karya ibnu Hazm dan Syarh Muslim karya Imam An-nawawi; ulama sepakat, berbakti kepada kedua orang tua wajib Hukumnya dan durhaka kepada keduanya termasuk salah satu dosa besar.

كل الذنوب يؤخر الله ما شاء الى يوم القيامة الا عقوق الوتدين ’ فان الله تعلى يعجله لصاحبه في الحياه قبل الموت

“Setiap dosa (balasannya) di tangguhkan Allah ﷻ hingga hari kiamat seperti yang Dia kehendaki, kecuali (balasan dosa) durhaka kepada orang tua, sesungguhnya Allah akan menyegerakan (balasannya) untuk pelakunya di dunia sebelum ia mati .”

Mujahid berkata terkait firman Allah ﷻ , “Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah, “Jangan merasa jijik pada keduanya. Bersihkan kotoran dan kencing keduanya, seperti dari keduanya, seperti keduanya dulu membersihkan kotoran kotoran mu.”

Urwah bin Zubair berkata terkait firman Allah ﷻ, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang.” (QS. Al-isra’ [17]: 24) “Janganlah mencegah apapun yang mereka berdua minta.” Allah memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Allah berfirman:

وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حُسۡنٗاۖ

“Dan kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya…” (Al-ankabut [29];8)

Allah memuji isa putra maryam karena berbakti kepada ibunya, “Dan berbaktilah kepada ibuku, Dan dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”  (Maryam [19]: 32) Allah memuji yahya bin zakariya karena berbakti kepada kedua orang tua, “Dan sanag berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.” (QS. Maryam [19] :14). “Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.” (QS. Lukman [31] :14) yaitu kasih sayang yang bertambah-tambah, dan derita bertambah-tambah.

Ibu mengalami semua itu sejak si anak masih berbentuk janin, selanjutnya si ibu mengidam, sakit, lemah, dan mengalami perubahan kondisi. Dilanjutkan rasa sakit saat melahirkan, beban berat menyusui, terserang berbagai macam penyakit, dan merawat anak hingga besar. Dengan demikian, jelaslah bagi kita keutamaan agung pengaruh baik berbakti kepada kedua orang tua bagi seorang muslim di dunia.

Imam Bukhari dan muslim meriwayatkan dari Abdullah bin mas’ud, ia berkata “Aku bertanya kepada Nabi ﷺ:

أي العمل أحب الى الله ؟ قال : الصلاة في وقتها, قلت : ثم أي ؟ قال : بر الوالدين, قلت : ثم أي ؟ قال : الجهاد في سبيل الله

“Apa amalan yang paling di sukai Allah? ‘Sholat pada waktunya, jawab beliau. ‘setelah itu apa?’ tanyaku. Berbaktilah kepada kedua orang tua, ‘jawab beliau’. ‘setelah itu apa?’tanyaku. ‘Berjihad di jalan Allah,’” Jawab beliau.

Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah ﷺ lalu menerima izin berjihad. Lalu bertanya:

احي والداك ؟ قال : نعم,قال : ففيهما فجاهد

“Apa kedua orang tuamu masih hidup? Ya,’jawabnya.’ Berjihadlah pada keduanya (dengan berbakti dan memenuhi hak-hak keduanya),” sabda beliau.

Celaka sekali mereka, celaka sekali mereka! Sampai demikian inikah sikap durhaka mereka kepada orang tua?!

وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱللَّهَ غَٰفِلًا عَمَّا يَعۡمَلُ ٱلظَّٰلِمُونَۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمۡ لِيَوۡمٖ تَشۡخَصُ فِيهِ ٱلۡأَبۡصَٰرُ

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak” (QS. Ibrahim [14]: 42)

An-Nasa’I dan Bazzar meriwayatkan dengan sanad jayyid, juga Hakim dan ia menyatakan shahih, dan Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:

ثلاثة لا ينظر الله اليهم يوم القيامة : العاق لوالديه ومدمن الخمر والمنان عطاءه

“(Ada) tiga orang, Allah tidak melihat mereka pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, pecandu khamr dan orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya.”[1]

Bisakah ini dimaksudkan mereka yang tidak mengetahui hak-hak kedua orang tua, tidak memperhatikan dan tidak memperdulikan mereka?! Bisakah ini dimaksudkan mereka yang menimpakan kepahitan hidup kepada kedua orang tua?! Bisakah ini di pahami mereka yang melakukan berbagai tindakan durhaka dan pengingkaran kepada kedua orang tua?! Sebagian anak pergi meninggalkan rumah selama sehari, dua hari, atau tiga hari, orang tua mereka tidak tahu apakah mereka berada di syurga atau neraka, mereka membuat kegaduhan di rumah, membuat ayah marah dan menghina ibu, mereka mengobrak-abrik rumah.

Termasuk fenomena perilaku durhaka adalah mengabaikan kedua orang tua, tidak menanyakan keadaan keduanya, meragukan keduanya, menghina ayah dan ibu, dan menghina kondisi mereka yang sudah tua, sepertimkata-kata sebagian orang, “Nenek-nenek datang,” “Pak tua pergi.” Bandingkan kata-kata ini dengan kata-kata orang sholih, “Ayah datang, semoga Allah memberikan pertolongan kepadanya,” “Ibu pergi, Semoga Allah menjaganya!” Selanjutnya bandingkan mana di antara kedua golongan ini yang lebih baik tingkah lakunya dan yang lebih lurus jalannya.

Suatu ketika, Nabi ﷺ naik ke atas mimbar lalu mengucapkan, “Amin, amin, amin.’ Beliau ditanya, ‘Wahai Rasulullah ﷺ, apa yang engkau amini?’ beliau menjawab, ‘jibril telah datang kepadaku berkata, ‘Hai Muhammad! Rugilah orang yang namamu disebut didekatnya lalu ia tidak mendoakan shalawat untukmu. Ucapkan, ‘Amin.’ Aku kemudian ucapkan ‘Amin.’ Setelah itu jibril berkata, ‘Rugilah seseorang yang kedatangan bulan Ramadhan lalu bulan Ramadhan berlalu namun ia tidak di ampuni. Ucapkan, ‘Amin.’ Aku kemudian ucapkan, ‘Amin.’ Setelah itu jibril berkata, ‘Rugilah seseorang yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah sayu dari keduanya namun keduanya tidak menjadi sebab dirinya masuk syurga. Ucapkan, ‘Amin.’ Aku kemudian mengucapkan, ‘Amin’.” (HR.Ahmad)

Allah menyandingkan tauhid, mengesakan ubudiyah dan uluhiyah untuk-Nya dengan berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Allah memerintahkan untuk merendahkan diri kepada keduanya dan melarang mengatakan, ‘Ah’ yang merupakan hal yang paling kecil yang menyakiti hati keduanya, sebagai isyarat agar tidak melakukan hal-hal lain yang lebih buruk lagi. Allah berfirman:

۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗاوَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Q.S Al-isra’ [17];23-24)

Melalui kedua ayat ini, kita tahu Allah ﷻ menitikberatkan berbakti bahwa berbakti kepada orang tua di saat keduanya telah mencapai masa tua. Pasalnya, pada saat itu kedua orang tua lemah, sangat memerlukan anak-anaknya agar mereka menjaga dan melayani keduanya. Mengingat apa yang dilakukan kedua orang tuanya kepada anak saat kecil, hampir tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Anak tidak akan mampu menandingi jasa-jasa kedua orang tua, bahkan separuhnya sekalipun, meski apapun bakti yang mereja lakukan.

Pada zaman ini khususnya, seiring munculnya kemajuan dan peradaban, banyaknya kemewahan yang dirasakan sebagian orang, muncul banyak sekali perilaku durhaka kepada orang tua. Bahkan yang ada sampai parah dalam berbuat durhaka kepada orang tua, hingga si anak durhaka di cap orang gila, karena orang berakal tidak mungkin melakukan perbuatan seperti itu. Seorang ayah tergolek di atas kasur karena sudah tua renta, kamarnya seperti tempat sampah saking banyaknya kantong-kantong plastik dan sobekan-sobekan kain berserakan. Tidak ada seorang pun yang masuk menengoknya. Sementara di lantai atas, anaknya tinggal bersama istri dan anak-anaknya tanpa ada seorang pun diantara mereka yang sudi turun ke bawah, padahal pintu masuk kerumah ini hanya ada satu namun tidak ada yang mampir menengok si ayah ini, selain anak-Nya yang lain yang tinggal jauh darinya.

Jika anda pergi ke tempat panti jompo, tentu melihat pemandangan berbagai macam perilaku durhaka kepada orang tua. Mereka menitipkan orang tua mereka di panti-panti jompo agar tidak perlu repot mengurusi mereka. Mereka tidak ingin pihak pengelola panti jompo menghubungi mereka meminta untuk datang menjemput orang tua atau hanya sekedar menanyakan kabar dan kondisi orang tua mereka, kecuali sekali saja yaitu ketika pihak pengelola menghubungi, “Ayah anda meninggal dunia, Anda harus datang untuk mengubur jenazah ayah anda.” Saat itulah si anak baru mau datang untuk meletakkan beban berat, menurutnya.

Tidakkah anak-anak seperti Ini takut kepada Allah!? Tidakkah mereka takut tertimpa keburukan dimana-mana karena doa ayah dan ibunya!? Shahih diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa doa orang tua mustajab. Tidakkah mereka takut tertimpa hukuman Allah ﷻ lantaran sikap durhaka anak-anak mereka kala rambut memutih, kala fisik tak lagi kuat dan kala tulang-tulang mereka melemah, saat memerlukan seseorang yang mengasihi dan menyayangi, memerlukan pelayanan tanpa henti, namun yang mereka dapatkan hanyalah capek, pelecehan, celaan,atau di singkirkan di satu kamar yang jauh, seperti yang dilakukan anak yang tidak memiliki hati?  Ada banyak sekali contoh kisah-kisah durhaka kepada kedua orang tua. Al-ashma’I menuturkan, “Seorang arab mengabarkan kepadaku, ada seseorang di masa Abdul malik bin Marwan, ia memiliki seorang ayah yang sudah tua renta.

Sebab-sebab Anak Durhaka Kepada kedua Orang Tua

Ada banyak faktor dan media pendukung yang memicu sikap durhaka kepada kedua orang tua, di antaranya:

  1. Pendidikan buruk. Ketika orang tua tidak mendidik anak-anak di atas ketakwaan, berbakti kepada orang tua, menyambung tali kekeluargaan, dan menggapai akhlak-akhlak luhur, pola asuh seperti ini menyeret anak untuk menambangkang dan durhaka.
  2. kontradiksi. Ketika kedua orang tua mengajari anak, sementara keduanya tidak menerapkan ajaran yang mereka sampaikan, bahkan malah melakukan sebaliknya, pola asuh seperti ini memicu anak untuk membangkang dan durhaka.
  3. pergaulan tidak baik terhadap anak. Ini termasuk faktor kuat yang memicu sikap durhaka anak kepada orang tua. Ketika kedua orang tua, durhaka keopada ayah ibu mereka, umumnya keduanya akan di hukum dengan sikap durhaka anak-anak terhadap keduanya karena dua alasan:

Pertama, anak-anak mengikuti sikap durhaka orang tua

Kedua, balasan itu setimpal dengan perbuatan.

  • Minimnya ketakwaan kepada Allah saat terjadi perceraian.
  • Kedua orang tua kurang membantu anak untuk berbakti. Ada sebagian orang tua yang tidak membantu anak-anak untuk berbakti, pun tidak mendorong anak untuk berbuat baik kala mereka diperlakukan baik. Hak kedua orang tua memang besar dan bagaimanapun juga berbakti kepada kedua orangtua itu wajib hukumnya. Namun ketika anak tidak mendapatkan support, doa dan bantuan dari orangtua, mereka mungkin merasa bosan dan tidak lagi berbakti kepada kedua orangtua, atau lalai dalam berbakti.

  • Mudah emosi. Ada sebagian anak yang minim toleransinya. Ia tidak mau siapapun di antara anggota keluarga, melakukan kesalahan apapun. Ketika kaca pecah atau perabotan rumah rusak, ia sangat marah karena hal itu, dan mengobrak-abrik isi rumah. Selain itu, kalian mungkin menemukan sebagian anak menolak perintah orangtua, terlebih ketika orangtua atau salah satunya keras dan kasar, anak kadang merasa tersinggung dan tidak mau bersikap lapang dada terhadap keduanya. Demikian beberapa faktor yang mengusik dan memperkeruh ketentraman kedua orangtua.

Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua adalah Allah mempermudah segala urusan kamu, menghindarkan kamu dari berbagai keburukan, mempermudah rezeki di dunia dan mendapat syurga nya Allah . Sementara durhaka kepada orang tua menimbulkan dampak berbahaya di dunia maupun di akhirat. Balasan di dunia adalah tidak mendapatkan pertolongan Allah dan di akhirat balasannya neraka, serta mendapat murka Allah dunia dan akhirat.

 

REFERENSI:

Butsainah As-sayyid Al-Iraqi.April 2014. Qiblatuna. Buku Air mata Orang Tua karena kedurhakaan Anaknya. Di ringkas kembali oleh Diana Rosela

 

[1] As-sunan Al-kubra

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.