Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Sudahkah Kita Membangun Rumah Abadi

Sudahkah Kita Membangun Rumah Abadi

 

SUDAHKAH KITA MEMBANGUN RUMAH ABADI –Bismilah segala puji bagi Allah atas segala nikmatnya yang terus menerus karunia-karuniaNya yang senantiasa mengucur. Sholawat beserta salam semoga sellau tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad untuk kepada para sahabatnya, keluarganya serta orang-orang setia kepada beliau.

Betapa banyak manusia bersusah payah, bekerja tanpa kenal lelah demi mencapai target hidup mereka, memiliki sebuah rumah yang mereka impian-impiankan. Bahkan mereka nekat mempercepat proses tersebut dengan berutang sana-sini bahkan meminjam dari bank- bank konvisioanal yang berbasis riba yang dilaknat Allah.

Rumah yang mereka bangun tersebut ternyata berkekuatan hanya setengah abad, sedangkan sisa umur mereka kurang dari itu. Terkadang belum selesai rumah itu dibangun, pemilik meninggal dunia, atau rumah belum di nikmati, terkena gempa bumi.

Mengapa kita melupakan membangun ” rumah abadi ” untuk tempat tinggal selama-lamanya? Bagaimana cara membangunnya? Mari kita simak kajian ilmiah berikut ini.

HAKIKAT RUMAH KITA DI DUNIA

Di dunia, kita membutuhkan rumah sebagai tempat beristirahat. Rumah menjadikan kita terlindung dari terik matahari dan hujan. Namun, itu bersifat sementara. Seandainya kita tidak bisa membangun, tetapi hanya mampu menyewa, itu pun sudah cukup. Seandainya rumah kita hanya dari kayu bukan dari beton, itu pun cukup. Seandainya rumah kita sempit tidak luas, itu pun cukup. Seandainya rumah kita sempit tidak luas, itu pun sudah cukup. Andaikan rumah kita tidak ber AC, hanya AC alami, ketika kita capek lalu mau tidur, kita pun bisa tidur. Kita memiliki sepuluh rumah, yang kita butuhkan hanya satu. Kita punya rumah seluas 500 meter persegi, yang kita butuhkan hanya seukuran badan kia. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

والله جعل لكم من بيوتكم سكنا وجعل لكم من جلود الانعام بيوتا تستخفونها

يوم ظعنكم ويوم إقامتكم ومن أصوافها وأوبارها وأشعارها أثاثا ومتاعا إلى حين

Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kami bermukim dan (dijadikannya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu). ( QS an-Nahl [16]: 80)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di  Rahimahullah berkata, “Akan tetapi, itu semua hanya untuk sementara hingga kita meninggal dunia.” (Tafsir al karimurrahman 1/445)

Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata, “manusia kalau membangun rumah untuk kebutuhan pokoknya (saja), tentu tidak membutuhkan biaya besar. Dia cukup membangun kamar untuk dirinya dan keluarganya. Rasulullah, manusia paling mulia, beliau hanya membuat beberapa kamar, masing-masing untuk istrinya, tidak lebih. Pada saat sedang barhajat buang air, mereka keluar ke WC untuk menunaikan hajatnya. Akan tetapi, pada akhir zaman, manusia berlomba-lomba membangun , inilah tanda dekatnya hari kiamat.

Mereka lupa bahwa setelah meninggal dunia, hanya dibuatkan rumah 1 × 2 meter yang sangat sederhana dan hanya satu jam membuatnya. Sementara itu, rumah yang mereka bangun megah dan luas. Dibutuhkan waktu bertahun-bertahun membangunnya dengan menguras pikiran, tenaga, dan harta. Ternyata setelah meninggal dunia, dia diusir,disuruh keluar, padahal dia yang membuat. Sungguh amat tega keluarganya. Subahanallah hakikat kenikmatan dunia.

KESEDERHANAAN RUMAH RASULULLAH DI DUNIA

Ibnu umar Radhiyallahu Anhuma berkata, “Rasulullah datang di rumah Fatimah putri Rasulullah. Sebelum beliau masuk rumah, datanglah Ali bin Abi Thalib lalu Fatimah memberitahukan kepada Ali bin Abi Thalib, lalu dia memberitahukan kepada Nabi lalu beliau berkata :

إني رأيت على بابها سترا موشيا

‘Aku melihat pintu rumah fatimah ada tabir yang di buat dari ukir-ukiran beraneka macam Warna ‘.

Lalu Ali berkata :

ما لي وللد نيا

‘  Aku tidak punya kepentingan dengan dunia. ‘ ( HR Bukhari 2/922)

 

Abdullah Radhiyallahu Anhu berkata, ” Rasulullah tidur di atas tikar. Kemudian beliau bangun. Pada pelipis beliau melihat bekas tikar. Kami pun berkata kepada beliau,’ Wahai Rasulullah, bagaimana seandainya kami membuatkan kasur untuk engkau?’ Beliau menjawab:

ما لي وما للد نيا ما أنا في الد نيا إلا كراكب استظل تحت شجرة ثم راح وتركها

Artinya: “Apa artinya urusanku dengan dunia ini? Di dunia ini aku hanya seperti seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkan tempat itu.” ( Shahih: HR Ibnu Majah (4109))

Subhanallah! Jika beliau heran melihat pintu yang diukir yang tentu sangat sederhana maka bagaimana jika beliau melihat bangunan rumah pada zaman sekarang dengan beraneka model dan hiasan serta fasilitasnya? Demikianlah suri teladan kita. Sungguh amat sederhana kehidupan beliau, beda dengan kehidupan umatnyaa pada zaman sekarang; umumnya mereka mengejar kenikmatan dunia, lupa kehidupan di akhiratnya.

HAKIKAT RUMAH DI SURGA DAN PENGHUNINYA

Bangunan rumah di surga tidak sama dengan rumah di dunia. Rumah di dunia, sengsara membangunnya dan tidak seimbang dirasakan nikmatnya dengan jerih payahnya. Sementara itu, rumah surga di akhirat berbeda dengannya, ia tempat tinggal selamanya karena akhirat hari pembalasan amal.

Abu Hurairah berkata: kami pernah bertanya kepada Rasulullah, ” Surga itu bangunannya dari apa?” Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab :

لبنة من فضة ولبنة من ذهب وملا طها المسك  لأذفر وحصباؤها اللؤلؤ والياقوت وتربتها الزعفران من يدخلها ينعم ولايبأس ويخلد و لا يموت لا تبلى ثيابهم ولا يفنى شبابهم

Artinya: “Surga itu bangunannya tersusun dari batako yang terbuat dari emas dan perak, adukan semennya adalah campuran misk alazfar, permata yakut dan pasirnya adalah za’faran. Barang siapa memasukinya akan menikmatinya dan tidak akan pernah binasa, dia akan kekal hidup tidak pernah mati, pakaian mereka tidak akan lusuh, dan mereka di sana senantiasa berusia muda tidak akan pernah menua.” (HR Ahmad no. 8264 dan Tirmidzi no. 2717; dan Syaikh Albani menyahikannya di dalam shahih al-jami’ no 3116)

DENGAN APA KITA MEMBANGUN RUMAH DI SURGA?

Membangun rumah mewah di surga yang megah dan mewah tiada terkira tidak seperti membangun rumah di dunia. Rumah di surga tidak perlu membeli material ; tidak perlu mencari tanah yang strategis di tengah kota; tidak perlu kita pusing, terkadang harus pinjam uang tetangga bahkan pinjam ke bank konvesional. Membangun rumah di surga lebih mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah karena yang membangun bukan manusia, melainkan Allah. Tidak perlu kita capek membuat bangunan yang indah, permanen; tidak perlu kita capek membuat bangunan yang indah, permanen; tidak perlu kita memikirkan tentang konstruksi bangunan; bangunan rumah di surga pasti baik, nikmat/nyaman, dan indah menyejukkan pandangan. Namu, untuk meraih/ memperoleh bangunan itu, kita hanya butuh kesungguhan beramal shaleh dan bersabar, bukan hanya dengan berangan-angan. Adapun dalil meraih surga syaratnya harus dengan amal. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وتلك الجنة التي أورثتموها بما كنتم تعملون

Artinya: “Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan”. (QS az- Zukhruf [43] : 72)

MEMBANGUN RUMAH SURGA DENGAN IMAN

Syarat pertama seseorang untuk meniti jalan ke surga adalah Islam dan beriman kepada Rasulullah dengan membenarkan semua sabda (ajaran) beliau, mengerjakan perintah beliau, menjauhi larangan beliau, dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan beliau. Kemudian islam dan iman tersebut ditindak lanjuti dengan hijrah dari negeri kafir ke negeri kaum muslimin, dari teman jahat menuju teman yang shaleh ataupun hijrah meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa menuju ketaatan.

SURGA DIBANGUN DENGAN MEMBANGUN MASJID

Masjid merupakan tanah yang paling dicintai oleh Allah karena sebagai tempat ibadah, bersatunya umat, menjadi sebab tenangnya jiwa, tempat berzikir kepada Allah adapun pasar berbeda dengannya, pasar menjadi tempat maksiat, manusia berkelahi, penyebab rakus, dengki, dan persaingan/perkelahian/permusuhan.

RUMAH DI SURGA DIBANGUN DENGAN SHALAT BERJAMAAH

Shalat berjamaah di masjid menurut pendapat yang kuat hukumnya wajib bagi kaum pria tatkala tidak ada uzur. Orang yang berjamaah di masjid sesuai dengan sunnah dan merapatkan barisan, serta pergi ke masjid bermaksud mendengarkan taklim, atau berzikir, atau membaca Al-Quran berarti dia membangun rumah di surga.

SENANTIASA BERSUCI

Senantiasa bersuci dari hadas kecil dan besar dan menunaikan shalat sunnah, dia akan dibangunkan rumah di surga. Mudahkan ?! Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi pernah berkata kepada sahabat Bilal ketika shalat fajar  (subuh).

” Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam islam, sebab aku mendengar dihadapanku suara sendalmu dalam surga.”

BERZIKIR SETELAH WUDHU DIBANGUNKAN RUMAH DI SURGA

Tidak lama dan tidak sulit bagi orang yang ingin membangun rumah di surga, dengan berwudhu dan bersyahadat dua syahadat setelah wudhu dengan memahami makna dan mengamalkan  maknanya.

SENANTIASA MENJALANKAN SHALAT SUNNAH RAWATIB

Insya allah shalat sunnah rawatib tidak makan waktu lama. Masih lebih lama waktu yang kita habiskan untuk tidur dan kerja. Akan tetapi, amalan tersebut menjadi sebab mendapatkan rumah di surga.

SHALAT MALAM, MENJAGA LISAN, SUKA MEMBERI MAKAN

Inilah amalan yang mudah, tidak susah payah, tetapi menjadi sebab orang mendapat rumah di surga. Sahabat Ali berkata, “Sahabat Ali Radhiyallahu Anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya di surga itu ada kamar-kamar yang dapat dilihat luarnya dari dalam, dan dalamnya dari luarnya.” Untuk orang yang baik perkataannya, memberikan makan pada orang lain, terus menerus berpuasa (puasa daud) dan shalat di malam hari sewaktu manusia sedang tidur nyenyak.”  ( HR Tirmidzi no 2112 dan disahihkan oleh Syaikh Albani di dalam Shahih sunan at Tirmidzi no 1984 2112)

SHALAT DHUHA EMPAT RAKAAT DAN QABLIYAH ZUHUR EMPAT RAKAAT

Dalam hadits disebutkan bahwa nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa shalat Dhuha empat rakaat dan empat rakaat sebelum shalat yang pertama ( shalat dzuhur ), maka dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR Thabrani di dalam al Ausath no. 4909 da di shahihkan oleh Syaikh Albani di dalam silsilah al- Ahadits ash-Shahihah: 2349)

MEMBACA SURAT AL-IKHLASH MINIMAL SEPULUH KALI SETIAP HARI

Membaca surat al-Ikhlash sepuluh kali dengan memahami artinya dan mengamalkan isinya, akan dibangunkan rumah di surga. Muadz bin Anas al- Juhani Radhiyallahu Anhu berkata,” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:  ‘siapa yang membaca surat al-ikhlas sampai selesai sebanyak sepuluh kali, maka  Allah akan membangunkan baginya istana di surga.’ Umar bertanya,’ kalau begitu, saya memeprbanyak istana, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Allah lebih banyak lebih baik .'” (HR Ahmad : 16015 disahihkan oleh Syaikh Albani di dalam silsilah ash-Shahihah no. 589 juz 2/137)

Demikianlah sebagian uapaya membangun rumah abadi di surga, semoga Allah senantiasa memudahkan kita membangun rumah di surga dengan pertolongan dan taufik-Nya. Amiin.

Referensi

Ditulis oleh : Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, dari majalah Al-Furqon Edisi 6 tahun ke -15 Dzulhijjah 1436.

Diringkas oleh: Atsiilah Adrid Saputri ( ustadzah pengabdian ponpes Darul Quran Wal Hadits )

Baca juga artikel:

Pernikahan Sebagai Benteng Perlindungan

Bertaqwa Kepada Allah

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.