Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Rintangan Setelah Kematian (Bab 1)

RINTANGAN SETELAH KEMATIAN (BAGIAN 1)

RINTANGAN SETELAH KEMATIAN (BAB 1)

DUNIA YANG FANA & DUNA TEMPAT SINGGAH SESAAT

Banyak orang lupa atau tidak sadarbaahwa dunia hanyalah tempat peristirahatan sementara dan tempat tinggal sejenak untuk mencari bekal perjalanan menuju kampung akhirat. Oleh karena itu, dunia adalah lahan untuk beramal dan tempat beribadah kepada Allah sedangkan akhirat adalah kampung menuai i balasan dan memetik pahala. Betapa indahnya tafsir ulama terhadap firman Allah Ta’ala:

وَابْتَغِ فِيْماَ ءَاتَكَ اللَّهُ الدَّرَ الءاَخِرَةَ، وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الُّنْيَا

Artinya: “dan carilah (pahala)negeri alhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tapii janganlah kamu melupakan bagianmu dan dunia.” (QS. al-Qashash: 7).

Yang menegaskan: carilah karunia Allah yang diberikannya kepadamu untuk kepentingan akhirat, yaitu surga, kaena seoramg mukmin harus bisa menggunakan nikmat dunia untuk kepentingan akhirat, bukan untuk (kepentingan) tanah, (kenikmatan) air, kesombongan dan melampaui batas. Sehingga sekan-akan mereka berkata, “janganlah kamu terlena, karena kamu akan meninggalkan semua hartamu kecuali bagianmu, yaitu kain kafan.”

Selayaknya kita bersiap diri meninggalkan kampung dunia menuju kampung akhirat dengan memperbanyak bekal menambah simpanan kebaikan, bersegera memenuhi panggilan Allah dan bertaubat dengan taubat nasuha, karena kalau tidak, kita pasti akan tertipu oleh fatamorgana. Sementara tabi’at dunia hanya satu dunia meninggalkan kita atau kita yang meninggalkan dunia. Mana yang lebih dulu mengampiri kita, hanya Allah Yang maha Mengetahui dan Yang Menentukan. Ali bin Abi Thalib radiallahu ‘anhu, “Sesungguhnya dunia semakiin habis berlalu dan akhirat semakin mendekat, sedangkan keduanya mempunyai anak turunan, maka jadilah kalian anak turunan akhirat dan jangan menjadi anak turunan dunia, karena serta karang terhampar kesempatan beramal taanpa hisab, serta dangkan besok hanya ada hisab tanpa ada kesempatan beramal.

Wahai saudaraku kaum Muslimin! Ingatlah akan empat perkara:

  1. Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka tentramlah jiwaku.
  2. Aku tahu bahwa amalku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku pun sibuk mengerjakannya.
  3. Aku tahu bahwa kematian akan datang secara tiba-tiba, maka aku pun bergegas menyambutnya.
  4. Dan aku tahu bahwa diriku tidak akan lepas dari pantuan Allah, maka aku pun merasa  malu kepada-Nya.

Orang yang membersihkan hatinya dari sifat rakus dan serakah akan merasa ringan untuk meningglkannya, senantiasa siap untuk bertemu dengan Rabbnya, dengan penuh semangat menyongsong masa depan yaitu akhira, dan selalu siaga menyambut kematian.

Siapa yang menyia-nyiakan hidupnya, merusak waktunya, mengikuti rayuan setan dan mengumbar hawa nafsu, niscaya dia akan terjatuh ke dalam berbagai macam dosa dan maksiat, akhirat dia kehilangan nikmat surga di akhirat. Abdullah bin Aizar berkata, “Anak adam mempunyai dua rumah hunian: Rumah hunian yang berada di atas bumi dan rumah hunian yang berada di bawah bumi. Mereka berusaha mempercantik dan memperindah rumah hunian yang berada di atas bumi, mereka membuat pintu-pintu menghadap sebelah kiri, pintu-pintu menghada sebelah kanan, dan mereka berusaha membuat penghangat untk musim dingin dan membuat pendingin untuk musim panas. Kemudian berusaha membuat rumah hunian yang berada  di bawah bumi, tetapi mereka merusaknya.

FITNAH DUNIA

Dunia merupakan hunian yang penuh dengan fitnah dan coobaan, dan ia akan terus berubah, tidak abadi. Kadan pasang, kadang surut. Kadang ramah, kadang buas sebagaimana nasib para penghuninya. Dunia adalah surga dan neraka,Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Dunia adalah penjara orang Mukmin dan surga bagi orang kafir.” (Muttafaqun Alaih)

Manusia adalah makhluk yang paling mulia, tapi palig rakus terhadap kenikmatan dunia, mencintainya dengan membabi buta dan mengejarnya tanpa mengenal lelah, sehingga tubuh lekas tua dan akal cepat pikun.Dari Anas bin malik, dia berkata, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda.

يَهْرَمُ ابْنُ اَدَمَ وَتَشِبُّ مِنْهُ اثْنَتَانِ: اَلْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وضالحِرْصُ عَلَى العُمُرِ.

Artinya: “Dua perkara yang membuat anak Adam cepat pikun dan cepat tua: rakus terhadap harta dan rakus terhadap umur.” (HR. Muslim)

Angan-angan hamba untuk menghimpun perbendaharaandunia tidak pernah terpuakan. Semaki bertambah hartanya, semakin dia menginginkan yang lebih. Manusia tidak pernah puas hingga mulutnya disumbat dengan tanah kuburan.Harta kekayaan dan nikmat dunia tidaklah tercela, namun yang tercela adalah perilaku seorang hamba terhadapnya, dengan sifat rakus dan tamak kepadanya, mencarinya dengan tidak halal, tidak menunaikan hak-haknya, membelanjakkan bukan pada tempatnya, bersikap melampaui batas atau sombong karenanya.

Wahai sekaliian manusia! Ingatlah dengan dunia yang kalian tekuni, karir yang kalian kejar, kesejahteraan yang kalian dambakan, ketenangan yang kalian idamkan, kebahagiaan yang kalian inginkan dan kemewahan yang kalian impikan, semua itu pasti akan berakhir dengan kepunahan dan kematian, appaun yang ada di dunia ini pasti akan sirna.

Dunia adalah tempat dimana kenistaan bertahta dan  ketamakan sebagai raja, kezhaliman berkuasa, kesengsaraan sebagai busana, sehingga dunia ibarat pelacur yag tidak pernah bisa setia kepada suaminya[1]. Orang yang mengejarnya bagaikan mengejar binatang buas dan orang yang mencarinya laksana sedang berrenang didanau buaya, dan orang yang menikatinya ibarat meminum air garam yyang tidak akan pernah bisa merasa puas.

Sudah menjadi ketetapan sunnatullah bahwa dunia itu bersifat fluktutatif, gampang terkena krisis dan cepat berganti layar, yang kaya jatuh miskin, yang sehat jatuh sakit, dan yang bekerja kena PHK atau pensiun. Karena nikmat dunia dan harta kekayaan hanya sekedar fitnah yang menipu dan nikmat sesaat yang menyilaukan, maka hendaklah seorang hamba berhati-hati  daam menyikapinya. Jangan terlena dalam gemerlap dunia, keindahan, dan kesenangannya.

Hampir seluruh manusia tidak ada yang idak mengenal dirham, mereka mencarnya denggan sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhannya dan mempertahankannya dengan segala upaya, bakan sebagian orang beranggapan bahwa uang adala segalanya. Dengan uang manusia berkuasa, dengan uang manusia bebas bertindak dan dengan uang dunia bisa ditaklukkan. Mereka tidak sadar bahwa dengan atau karena uan manusia bisa sengsara, kecuali uang dan dirham yang berada di tangan orang yang berrtakwa.

Dirham ada 4 macam:

  1. Dirham yang didapat dengan ketaatan kepada Allah dan dibelanjakan untuk hak Allah, iyulah sebaik-baik dirham
  2. Dirham yang didapatt dengan cara maksiat kepada Allah dan dibelanjakan untuk menentang Allah, inilah seburuk-buruk dirhma.
  3. Dirham yang didapat dengan menyakiti seorag muslim dan dibelanjakan untuuk menyakiti seorang muslim.
  4. Dan dirham yang didapat dengan cara yang mubah dan di belanjakan untuk mencari kesenangan yang mubah, maka ini tidak mengandung resiko apa-apa[2]

Yahya bin Mu’adz berkata, “Dirham itu seperti kalajengking, bila anda tidak pandai meruqyah (jampi), janganah mengambilnya, karena jika ia menyengatmu, maka racunnya akan membunuhmu. ’beliau ditanya, “Apa yang dimaksud dengan meruqyahnya?” beliau menjawab, mengambil yang haal dan menunaikan haknya.” Beliau berkata, “ada dua bencana yang akan menimpa dirinya akibat hartanya ketika matinya, yang mana semuaa makhluk belum pernah mendengarnya. “beiau dittanya, Apakah dua mbencana itu?” Beliau menjawab, “Semua hartttanya diambil orang lain, seentara dia diminta petanggung jawaban semua hartanya itu.”[3]

Wahai saudarakuu sederhanakanah dalam mencari harta. Jangan rakus dan membabi buta tanpa memperhatikan aturan agama, dan jangan menodai hak orang lain, karena reekimu tidak akan berpindah tangan ke tangan orang lain, karena nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “seandainya anak adam lari dari rezekinya sebagaimana diia lari dari kematian, maka rezekinya akan menemuinya sebagaimana kematian menemuinya”[4]

Seorang hamba dalam mengarungi ehidupan hanya butuh 3 pilar, karena dia tidak akan sukses kecuali dengannya:

  1. Bersyukur
  2. Mencari kesehtan
  3. Betaubat dengan taubat nasuha[5]

 

Cara terbaik untuk mengahadapi perubahan dunia yang serba ekstrim adalah bersikap sederhana dalam mencari penghidupan dan bersikap wajar dalam membelanjakan harta. Jika kamu sekarang berkecukupan, jangan terlalu gundah guana dan guncang batin dalam menghadapi masa depan. Kita harus yakin bahwa rezeki pasti datang, dan takus miskin adalah tipu daya setan. Hendaknya pula memahami keutamaan sikapp qana’ah karena rakus hidupna pasti terhina dan terjerat dengan empat keburukan yaitu sifat pengecut, kikir, melampaui batas dan bodoh.[6] Dan hendaknya pula memikirkan bahaya menumpuk harta dan keutaaan hidup miskin.

QANA’AH

Telaha Yang Tak pernah Kering

Manusia yang tidak memahami tujuan dan tabiat dunia, mereka akan dengan rakus mengumpulkan harta sehingga melalaikan alam akhirat yang abadi, bahkan mereka tidak mengeri untuk apa dia menghimpun neraka, padahal Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “ Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS. Surat Al-A’la (17))

Kemiskinan bukanlah perkra tercela dan bukan suatu hal yang harus disesali bila menimpa seorang hamba. Bisa jadi dengan kemiskinan, Allah aan memuliakan dan mengangkat derajatnya apabila diterima dengan hati lapang dan qana’ah. Sehingga jiwa terhndar dar sifat tamak, tidak berharap nikmat yang ada di tangan manusia, dan tidak rakus mengejar harta dengan menghalalkan segala cara. Demikian itu hanya bisa dapat dengan sikap qana’ah dan mencari dan mencari harta hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makanan dan pakaian[7].

Qana’ah adalah harta simpanan yang tidak pernah habis dan telaga kehidupan yang tidak pernah kering mata airnya, sehingga ibnu Hazm berkata, “siapa yang mempunyai 3 sifat ini maka akan menjadi sempurna akalnya : orang yang mengenali dirinya, orang yang mampu menjaga lisannya dan yang bersikap qana’ah terhadap karunia Allah.

Sebagian ulama berkata, “Sifat rakus membuat penguasa menjadi terhina dan sikap putus asa (tidak mengharapkan) apa-apa yang ada di tangan manusia membuat orang miskin terhormat.[8]

Sebagian ulama berkata, “Jika kamu bertanya kepada sifat rakus, ‘jika kamu bertanya, ‘apa profesimu?’ maka dia menjawab, ‘mencari kehinaan.’ Jika kamu bertanya, ‘apa tujuanmu?’ maka dia menjawab, ‘tertahannya harapan’.

Tanda-tanda orang bahagia adalah:

Ö.semakin bertambah ilmunya, semakin rendah hati dan bertambah kasih sayangnya.

Ö. Semakin bertambah amalnya, semakin bertambah rasa takutnya.

Ö. Semakin bertambah umurnya, semakin berkurang perasaan rakusnya.

Ö. Semakin bertambah hartanya, semakin bertambah  kedermawanan dan kemurahan hatinya.

Referensi :

Pustaka imam bonjol.rintangan setelah kematian.2017. Zainal abidin bin syamsuddin. Rintangan setelah kematian. Diringkas Diana Rosella

[1] Lihat al-Fawa’id, Ibnul Qayyim, hal.71

[2] Lihat al-fawa’id, Ibnul Qayyim ha 246

[3] Lihat Mukhatsar minhaj al-Qashidin, Ibnu Qudamah al-maqdisi, hal 185

[4] Lihat shahih al-jami’ no 5240

[5] Lihat al-fawa’id, ibnu qayyim hal 288

[6] Lihat siyar wa al-akhlaq, ibnu hazm hal 165

[7] Lihat mukhtasar minhaj al-Qashidin, ibnu qudamah al-Maqdisi hl 187

[8] Lihat muktashar minhaj al-qashidin, ibnu qudamah al-maqdisi, hal;188

Baca juga artikel:

Baca juga artikel:

Manfaat Do’a & Dzikir

Cinta dan Benci Karena Allah

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.