Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

TAFSIR SURAH AL-BURUJ BAGIAN 2

TAFSIR AL-BURUJ bagian II

 

TAFSIR SURAH AL-BURUJ BAGIAN 2-Sebagaimana yang telah diahas sebelumnya, surah al-Buruj merupakan surah yang ke-85. Al-Buruj artinya” Bintang-bintang”. Surah Al-Buruj termasuk surah makkiyah yang tediri dari 22 ayat:

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9)

Artinya: “Allah mempunyai kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al-Buruj: 9)

Penjelasan Ayat:

ulama berkataإن الله يهمل ولا يهمل  Para Sesungguhnya Allah menunda ” siksaan, namun Allah tidak lalai”. Ketika orang-orang kafir dan zalim diberi kebebasan dan kekayaan oleh Allah, bukan berarti Allah lalai atau tidak memperhatikan mereka. Allah tidak lalai, tetapi hanya menunda azab mereka.

Allah mungkin saja akan mengazab mereka di akhir hidupnya.

Bahkan, Allah akan mengazab mereka di akhirat kelak. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ (42)

Artinya: “Dan janganlah kamu mengira bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Alah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (Q.S. Ibrahim: 42).

Allah seolah-olah mempersilakan orang-orang kafir dan zalim untuk mengganggu orang-orang mukmin karena Dia tidak akan lalai terhadap perbuatan mereka. Allah sesungguhnya selalu menyaksikan perbuatan orang-orang kafir dan zalim tersebut.

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ (10)

Artinya: “Sesungguhnya orang-ora yang mendatangkan cobaan kepada orang orang yang mukmin laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak ber tobat. Maka, bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (QS. Al-Buruj: 10)

Penjelasan Ayat:

فَتَنُواِmaksudnya “membakar kaum mukminin”. Secara umum, kata tersebut diartikan ‘menyiksa’, tetapi dalam bahasa Arab فِتَنٌ  artinya ‘membakar’. Oleh karena itu,  الذهب الفتينdiartikan sebagai ’emas yang telah dibakar’. Emas itu dibakar karena ingin menghilangkan kotoran-kotoran yang tercampur pada emas tersebut. Oleh karena itulah, ungkapan ini cocok dengan hal yang terjadi dalam kisah tersebut.

Selain memberi ancaman keras kepada orang-orang zalim, ayat ini juga memberi harapan kepada pelaku maksiat dan pembakaran terhadap orang orang mukmin. Allah mengisyaratkan untuk menurunkan azab kepada mereka dengan “Lalu mereka tidak bertobat”. Seandainya mereka -para pembakar-tersebut bertobat, maka tobat mereka akan diterima oleh Allah dan mereka tidak jadi disiksa.

Al-Hasan Al-Bashri Rahumahullah berkata: “Lihatlah kebaikan dan kedermawanan Allah: mereka telah membunuh (membakar) wali-wali Allah, sementara Allah mengajak mereka untuk bertobat dan mendapat ampunan-Nya.”Padahal, mereka telah menyiksa kaum mukminin. Mereka menikmati penyiksaan dan pembakaran itu. Jika kita membayangkan perbuatan sadis mereka, mungkin kita akan menganggap orang-orang seperti ini tidak mungkin diterima tobatnya. Jangankan membakar kaum mukminin, membunuh dan membakar seorang mukmin saja akan menyebabkan kita emosi dan berpikir bahwa tobat pelakunya tidak akan diterima. Apalagi jika orang orang kafir itu membakar ribuan kaum mukminin, bahkan mereka tidak merasa bersalah dan justru menikmati semua itu. Menurut akal kita, Allah tidak mungkin mengampuninya. Namun Allah justru berpandangan lain, Allah baru akan mengazab mereka jika mereka tidak bertobat.

Para ulama berpendapat bahwa seandainya orang-orang kafir dan zalim itu bertobat setelah menyiksa dan membakar kaum mukminin mereka, tobat mereka pasti akan diterima Allah. Hal ini menunjukkan rahmat Allah sangatlah luas. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53)

Artinya: “Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Q.S. Az-Zumar: 53).

KEMENANGAN BAGI ORANG BERIMAN

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ (11)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Buruuj: 11)

Penjelasan Ayat:

Allah Subhanahu Wata’ala menjelaskan bahwa meskipun orang-orang mukmin itu disiksa dan dibunuh, sesungguhnya itulah kebaikan bagi mereka, Allah ingin menyegerakan kelezatan dan kenikmatan bagi mereka dengan cara me wadatkannya daripada harus terus hidup tanpa adanya kenikmatan yang dirasakan. Meskipun mati dengan cara yang terlihat mengerikan, yaitu dibakar, mereka langsung mendapatkan kenikmatan dari Allah setelah mereka meninggal dunia. Di akhirat nanti, mereka mendapatkan taman taman dan kebun-kebun indah yang berisi buah-buahan. Di dalamnya berisi kenikmatan serta kelezatan yang mereka kehendaki dan mengalir sungai sungai di bawahnya.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى

Artinya: “Perumpamaan taman surga yang dijanjikan ada orang-orang yang bertakwa. di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni.” (QS. Muhammad 15).

Semua sungai tersebut hanyalah penamaan Pada hakikatnya, madu dunia dan madu akhirat tidaklah sama. Khamar dunia dan khamar akhirat tidaklah sama Begitu pun susu dunia dan susu akhirat yang tidak serupa. Demikianlah sungai di surga yang berbeda dengan sungai dunia.

KEAGUNGAN DAN KEBESARAN ALLAH

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدُ (12)

Artinya: “Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.” (QS. Al-Buruuj: 12)

Penjelasan Ayat:

Senada dengan ayat ini, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam ayat yang lain:

وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ (102)

Artinya: “Dan demikianlah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya siksa-Nya sangat pedih dan sangat berat” (Q.S Hud: 102)

Azab Allah  yang sangat pedih ini meliputi azab di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat Kita -di dunia- sudah melihat berbagai macam kejadian yang menimpa orang-orang yang sombong dan orang-orang angkuh yang merasa dirinya hebat. Kita menyaksikan cara Allah memati kan mereka yang meninggal dalam keadaan yang menyakitkan dan tersiksa Betapa banyak negeri dan penduduk hancur yang karena kesombongannya kemudian diazab dan dihancurkan oleh Allah ta’ala:

إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ ُ(13)

Artinya:  “Sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali)” (QS. Al-Buruuj: 13).

Penjelasan Ayat:

Ada dua tafsiran di kalangan para ulama tentang maksud ayat ini.

Pertama: Dialah Allah yang memulai penciptaan dan Dialah yang akan mengulangi penciptaan tersebut dengan membangkitkan manusia pada hari kiamat kelak.

Kedua: Dialah Allah yang memulai penyiksaan terhadap orang-orang zalim di dunia dan akan mengulangi penyiksaannya dengan siksaan yang lebih dahsyat di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman:

وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ ُ(14)

Artinya: “Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih,” (QS. Al-Buruuj: 14).

Penjelasan Ayat:

Salah satu sifat Allah adalah Al Ghufran atau mengampuni sehingga salah satu nama-Nya adalah Al Ghafur atau Maha Mengampuni Kata ini diambil dari kata maghfirah yang dalam bahasa Arab bermakna ‘menutupi dan melindungi Jika kita memohon magfirah kepada Allah, kita memohon agar Allah tidak membuka aib kita serta tidak menampakkannya ke khalayak ramai Selain itu, kita juga memohon agar Allah tidak menimpakan azab kepada kita karena buruknya dosa-dosa kita.

Pelajaran Penting

Hakikat Maghfirah

Tatkala kita membaca doa astaghfirullah wa atubu ilaika, doa ini mencakup tobat dan magfirah Tobat lebih dikhusususkan untuk pengampunan dosa, sementara magfirah lebih dikhususkan agar aib-aib kita ditutupi, baik di dunia maupun di akhirat.

Ibnu Rajab Al-Hanbali Rahimahullah berkata: “Istighfar adalah memohon magfirah, dan magfirah itu menjaga kita dari akibat buruknya dosa serta ditutupnya dosa.

Jadi, beristigfar bukan hanya meminta agar dosa kita tertutup saja. Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata tentang istigfar: “Yakni memohon magfirah dari Allah, yaitu terhapusnya dosa dan menghilangkan dampak atau bekas dosa tersebut, serta perlindungan dari (akibat) buruk dosa tersebut. Hal ini tidak seperti persangkaan sebagian orang bahwa makna magfirah hanyalah as sitr (tertutupnya dosa). Allah menutup dosa (tidak membongkarnya) bagi orang yang meminta magfirah dan orang yang tidak meminta magfirah …dan hakikat magfirah adalah perlindungan dari keburukan dosa. Salah satu makna ini adalah Al-mighfar (yaitu penutup kepala yang digunakan oleh prajurit perang) karena fungsinya melindungi kepala dari gangguan Adapun tertutupnya kepala, semua itu merupakan kelaziman dari pelindung. Karena serban dan songkok tidak dinamakan mighfar meskipun menutup, maka magfirah harus mengandung makna perlindungan atau penjagaan. ”

Tertutupnya Aib itu Rahmat Allah

Salah satu rahmat Allah sesungguhnya adalah Allah menutupi aib-aib dan dosa-dosa kita Apabila kita dimuliakan dan dihormati orang lain. semua itu bukan karena kemuliaan atau karena amal kebajikan kita, melainkan karena aib kita yang tidak dibuka oleh Allah Seandainya satu aib kita dibuka oleh Allah, pasti tidak akan ada yang mau dekat dengan kita. Hal ini seperti perkataan Muhammad bin Wasi. “Seandai nya dosa-dosa itu ada baunya, niscaya tidak seorang pun yang akan duduk dekat denganku.

Seorang penyair berkata:

والله لو علموا قبيح سريرتي لأنى السلام علي من يلقاني

Terjemahannya: “Demi Allah, seandainya mereka mengetahui hakikat rahasiaku tatkala aku sendirian, setiap orang yang bertemu denganku tidak akan mau memberi salam kepadaku.”

Oleh karena itu, kita bersyukur kepada Allah Al-Ghafur yang telah menutupi aib, keburukan, dan kemaksiatan yang pernah kita lakukan. Kalau saja Allah membuka aib kita, binasalah kita.

Para ulama mengatakan bahwa jika suatu saat aib seorang hamba dibuka, biasanya itu pertanda bahwa ia terlalu sering melakukan aib ter sebut. Karena ketika seorang hamba melakukan keburukan pertama kali. biasanya dosanya akan ditutupi oleh Allah terlebih dahulu dan tidak langsung dibuka. Namun jika ia tenis-menerus melakukan kemaksiatan tersebut, suatu saat aibnya itu akan dibuka oleh Allah.

Orang ini sangat gembira karena awalnya ia menyangka akan meninggal dunia. Namun, ternyata ia selamat Meskipun demikian. Allah lebih gembira dengan tobatnya seorang hamba dari pada gembiranya orang ini.

Oleh karena itu, jika seseorang berdosa, ia hendaknya segera bertobat kepada Allah. Bahkan, ketika ia kembali melakukan dosa yang dahulu pernah dilakukannya, ia hendaknya tidak bersuuzan atau berperasangka buruk kepada Allah. Ketika mulai ragu dan bersuuzan kepada Allah, ia telah dipengaruhi setan. Setan ingin agar ia meninggal dalam keadaan tidak bertobat kepada Allah .

“Demi Allah, seandainya mereka mengetahui hakikat rahasiaku tatkala aku sendirian, setiap orang yang bertemu denganku tidak akan mau memberi salam kepadaku.”

Oleh karena itu, kita bersyukur kepada Allah Al-Ghafur yang telah menutupi aib, keburukan, dan kemaksiatan yang pernah kita lakukan. Kalau saja Allah membuka aib kita, binasalah kita.

Para ulama mengatakan bahwa jika suatu saat aib seorang hamba dibuka, biasanya itu pertanda bahwa ia terlalu sering melakukan aib ter sebut. Karena ketika seorang hamba melakukan keburukan pertama kali. biasanya dosanya akan ditutupi oleh Allah terlebih dahulu dan tidak langsung dibuka. Namun jika ia tenis-menerus melakukan kemaksiatan tersebut, suatu saat aibnya itu akan dibuka oleh Allah .

Orang ini sangat gembira karena awalnya ia menyangka akan meninggal dunia. Namun, ternyata ia selamat Meskipun demikian. Allah lebih gembira dengan tobatnya seorang hamba daripada gembiranya orang ini.

Oleh karena itu, jika seseorang berdosa, ia hendaknya segera bertobat kepada Allah. Bahkan, ketika ia kembali melakukan dosa yang dahulu pernah dilakukannya, ia hendaknya tidak bersuuzan atau berperasangka buruk kepada Allah. Ketika mulai ragu dan bersuuzan kepada Allah, ia telah dipengaruhi setan. Setan ingin agar ia meninggal dalam keadaan tidak bertobat kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:

ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ (15)

Artinya: “yang mempunyai ‘Arsy, lagi Maha mulia,” (QS. Al-Buruuj: 15)

Penjelasan Ayat:

Salah satu akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah meyakini Allah mem punyai Arasy atau ‘Arsy. Arasy bukan bermakna kekuasaan Allah melainkan singgasana Allah yang hakiki atau sebenarnya. Singgasana Allah ini akan dipikul oleh delapan malaikat pada hari kiamat kelak.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

Artinya: “Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (QS. Al-Haqqah: 17)

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

ما السماوات السبع في الكرسي إلا كحلقة ملقاة بأرض فلاة، وفضل العرش على الكرسي كفضل تلك الفلاة على تلك الخلقة

Artinya: “Perumpamaan langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursi seperti cincin yang dilemparkan di padang pasir yang luas, dan keunggulan Arsy atas Kursi seperti keunggulan padang pasir yang luas itu atas cincin tersebu.” (HR. Ahmad, dll)

Allah beristiwa’ atau bertakhta di atas ‘Arsy, tetapi Allah tidak membutuhkan ‘Arsy tersebut. Hal ini bukan berarti Allah lebih kecil daripada ‘Arsy sehingga ada pikiran seperti ini: Allah 45 butuh ‘Arsy. Apabila ‘Arsy jatuh, Allah akan ikut jatuh. Maha Suci Allah dari pemahaman yang batil tersebut. Lihatlah langit yang berada di atas bumi Langit lebih luas daripada bumi dan langit tidak membutuhkan bawahnya, yaitu bumi. Begitu pula dengan Allah di atas ‘Arsy. Dengan demikian, hal ini tidak berarti Allah membutuhkan ‘Arsy.

Pada intinya, ‘Arsy adalah singgasana Allah yang sangat besar. Kita tidak mengetahui bentuk atau hakikatnya. Pada hari kiamat kelak, ‘Arsy akan dipikul oleh delapan malaikat Allah 3. Padahal, malaikat sendiri adalah makhluk Allah yang sangat besar.

Inilah gambaran yang sangat menakjubkan. Jarak antara daun telinganya dengan pundaknya saja sejauh perjalanan 700 tahun Lalu, bagaimana dengan jarak antara kepala hingga kakinya, jarak antara sayap-sayapnya, dan jarak antara satu malaikat dengan malaikat lainnya. Bahkan At-Thibi berkata bahwa angka 700 ini bukan untuk pembatasan, melainkan untuk menunjukkan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena orang Arab jika ingin mengungkapkan jumlah yang banyak, ia menyebutnya dengan ungkapan 70 atau 700. Semua ini menunjukkan ‘Arsy Allah begitu luas Kita menyaksikan luasnya langit, padahal ‘Arsy itu lebih luas daripada langit.

REFERENSI:

Demikianlah tafsir ringkas  surah al-Buruj dari ayat 9 sampai ke-15.

Diringkas oleh: Nurul Latifah Ummu Luqman

Dari kitab Tafsir Juz Amma karya Ustadz Firanda Andirja Hafizahullah.

Penerbit: Ustadz Firanda Andirja Office.

Baca jug artikel:

Tafsir Surah Al-Buruj (Bagian I)

Syarat-syarat Lailaha Ilallah

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.