Metode Pendidikan Islam ( Bagian 1)

Metode Pendidikan Islam Bagian 1

 

Metode Pendidikan Islam (1)-Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Azza wajalla, shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wasallam, keluarganya sahab-sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. Pendidikan islam merupakan Pendidikan yang telah diajarkan oleh Rosulullah shallallahu ’alaihi wasallam  kepada para sahabat-sahabtnya, sehingga bagi paraguru, orangtua dan orang-orang yang berkecimpung didalam dunia Pendidikan seyogyanya dia memahami metode Pendidikan yang telah dilakukan oleh Rosulullah dan parasahabat-sahabtnya, dikarenakan metode Pendidikan yang benar dan tepat merupakan salah satu faktor untuk mencapai tujuan dari Pendidikan, Sehingga bisa dibilang sebuah metode sangatlah penting untuk menentukan dan membuahkan hasil dari usaha pendidikan. Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika metode yang digunakan tidak tepat, maka tujuan tersebut akan sulit tercapai dengan baik. Dan seyogyanya metode dalam Menyampaikan ilmu Agama maupun ilmu pengetahuan lebih dikedepankan untuk dikuasai dibanding materi itu sendiri. Oleh sebab itu, pemilihan sebuah metode dalam proses pembelajaran haruslah dipilih secara cermat dan tepat sesuai dengan situasi, kondisi peserta didik, guna membuahkan hasil Pendidikan yang memuaskan. Terkait dengan metode pendidikan, Rasulullah sallalahu ’alaihi wasallam sejak awal sudah mencontohkan dan melakukan metode pendidikan yang tepat kepada para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dan tepat dalam menyampaikan ajaran islam. Rasulullah sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang sehingga nilai-nilai islam yang diajarkan bisa dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh para sahabat. Maka dalam artikel ini akan dijelaskan beberapa metode-metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah Sallallahu ’alaihi wasallam dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, khususnya dalam pendidikan islam.

Adapun metode-metode pendikan yang akan di bahas antara lain: metode Al-qudwah (teladan), metode Talaqqi, metode Al-irsyad wal bayan, metode diskusi, metode tamsthilii, metode Al-wa’du wal wa’id. Dan pada artikel ke satu ini insya ’allah akan saya bahas tentang metode Al-qudwa (keteladanan)

Pengertian metode pendidikan islam adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sesuai dengan tuntunan syariat islam yang mengacu pada al-quran dan hadist nabi sallallahu alaihi wasallam.

Metode Al-qudwa (teladan).

Metode Al-qudwa (teladan) adalah tindakan nyata dari seseorang yang dapat dilihat dan ditiru oleh orang lain. Sebagaimana yang telah diperaktekkan oleh Rosulullah Sallallahu laihi wasallam kepada para sahabat yang kemudian ditiru oleh para sahabat, baik keteladanan dalam ibadah maupun dalam muamalah. Metode teladan ini telah membuktikan bahwa keteladanan merupakan metode yang sangat efektif didalam menuai keberhasilan dalam sebuah pendidikan dan dakwah. Sebagaimana Rosulullah telah mendahului didalam memberikan keteladanan dalam dakwah dan mendidik para sahabat.

Allah berfirman mengenai keteladanan rosulullah sallalahualaihi wasallam.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-ahzab: 21)

Al-hafidz imam ibnu katsir rahimahullah berkata: ayat yang mulia ini merupakan pokok yang agung didalam meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam perkataaannya, perbuatannya dan prilakunya, oleh sebab ini Allah Azza wajalla memerintahkan manusia untuk meneladani Rosulullah pada saat perang Ahzab dalam kesabarannya, keteguhannya, ketabahannya dan kesungguhannya menunggu pertolongan Allah Azza wa jalla, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah limpahkan kepada beliau hingga datang hari qiyamat.[1]

Dan sungguh Parasabat telah banyak mengetahui dan mempelajari urusan-urusan agama dengan meneladani dan mencontoh perilaku Rosulullah shallallahu ’alaihi wasallam, dan Rosulullah memerintahkan untuk meniru dan meneladaninya.

  1. Teladan dalam wudhu

Rosulullah Sallallahu ’alaihi wasallam dan parasahabat telah memberikan teladan dalam wudhu sebagaimana diriwayatkan dari sahabat humron berikut:

 

عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْه دَعَا بِوَضُوءٍ فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إِنَائِهِ فَغَسَلَهُمَا ثَلاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الْوَضُوءِ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاثًا وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ كُلَّ رِجْلٍ ثَلاثًا ثُمَّ قَالَ : رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا وَقَالَ : «مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

Artinya: Dari Humron maula ‘Utsman bin ‘Affan rodhiyallahu anhu; bahwasanya dia melihat ‘Utsman bin ‘Affan rodhiyaAllohu anhu meminta air untuk berwudhu, kemudian menuangkan air pada kedua tangannya seraya mencucinya tiga kali, kemudian memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu, kemudian berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung lalu mengeluarkannya, kemudian mencuci wajahnya sebanyak tiga kali, dan (mencuci) kedua tangannya hingga siku sebanyak tiga kali, kemudian menusap kepalanya, dan mencuci pada setiap kakinya sebanyak tiga kali, kemudian berkata: aku melihat Nabi shollallohu alaihi wa sallam berwudhu sebagaimana wudhuku ini dan bersabda: “Barang siapa yang berwudhu sebagaimana wudhuku ini, kemudian sholat dua roka’at tanpa berbicara terhadap dirinya sendiri, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu.(HR. Al-Bukhori no. 159, Muslim no. 226)[2] 

hadist di atas menunjukkah beberapa perkara:

  1. kegigihan dan kesungguhan para sahabat untuk meneladani Rosulullah Sallallahu’alaihi wasallam dan kesungguhan mengajarkan kepada orang lain sebagaimana yang dia lihat pada diri Rasulullah. Bagitu juga seorang guru, ayah dan ibu hendaklah didalam mendidik parasantrinya, anak-anaknya dengan teladan, memulai dari diri sendiri memperaktekkan bagaimana cara wudhu yang sesuai dengan tuntunan rasulullah dan para sahabat Radiyallahu anhum.
  2. Hadist diatas menunjukkan kewajiban atas umat Rosulullah Sallallahu’alaihi wasallam mengikuti dan mencontoh tatacara wudhu beliau dan mengajarkan kepada orang lain.
  3. Hadist di atas menunjukan bahwa tidak adacara wudhu yang lebih sempurna dan lebih baik dibandingkan wudhu Rosulullah Sallallahu’alaihi wasallam
  4. Barangsiapa yang berwudhu sebagaimana wudhu Rosulullah dan tidak berbicara setelah berwudu dan melakukan shalat dua rakaat maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang berlalu.
  5. Disunnahkan melakukan shalat sunnah setelah berwudhu.

 

  1. Teladan dalam shalat

Shalat merupakan salah-satu dari Rukun-rukun islam yang Allah wajibkan kepada umat islam, oleh sebabitu hendak setiap muslim dan muslimat mengambil contoh dan teladan dari Nabi Sallallahu’alaihi wasallam dalam shalatnya. Disebutkan dalam hadist Abu daud no 912 dan muslim no 544, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengerjakan sholat di atas mimbar dalam rangka mengajarkan shalat kepada para sahabat.

Sebagaimana sahabat sahl Radiyallahu Anhu menuturkan: aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat di atas mimbar tersebut, lalu beliau bertakbir dan ruku’, sementara beliau masih di atas mimbar, kemudian beliau turun pelan-pelan dan mundur ke belakang lalu sujud di pangkal mimbarnya, kemudian beliau kembali. Selesai shalat, beliau menghadap kepada orang-orang lalu bersabda:

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا بِي، وَلِتَعَلَّمُوا صَلَاتِي»

Artinya: “Wahai manusia! Sessungguhnya aku melakukan hal ini adalah agar kalian bermakmum kepadaku dan kalian mengetahui shalatku.” (HR. Bukhari no: 461, dan Muslim: no. 544, abu daud no: 912)[3]

Para sahabat Rodiyallahu ’anhum telah mempelajari urusan-urusan agama dengan mengikuti dan meneladani petunjuk Rosulullah Sallallahu’alaihi wa sallam dan Rosulullah memerintahkan hal itu, sebagaimana bersabda:

صلوا كما رأيتموني أصلي

Artinya: “sholatlah sebagaimana kalian melihatku sholat.” (HR. Bukhari No: 631, 5615)

Faidah dari hadist di atas:

  1. Semangat dan perhatian Rosulullah terhadap ummatnya sehingga beliau mengajarkan tatacara shalat yang benar. Begitu juga seorang guru, orangtua hendaklah menaruh perhatian dan sungguh-sungguh didalam mendidik santri dan anak-ananya
  2. Kewajiban mengikuti tatacara shalat Rosulullah Sallallahu’alaihi wa sallam
  3. Tidak ada tatacara shalat yang lebih baik daripada cara Shalat Rosulullah.

Olehkarena itu hendaklah kita mengikuti tatacara shalat Rosulullah, mencari tahu, mempelajari kemudian mengamalkannya.

  1. Teladan dalam tatacara ibadah haji

Ibadah haji merupakan salah satu Rukun dari Rukun islam yang wajib dilaksanakan oleh umat islam yang telah memiliki kemampuan, dalam ibadah haji Rosulullah telah memberikan teladan yang baik menganai tatacara pelaksanaannya sebagaimana beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

خُذُوْا عَنِّي مَنَاسِكَكُم.

Artinya: “Ambillah manasik haji kalian dariku” (HR. Muslim: no. 1297)

Rosulullah telah memberikan teladan tentang sembelihan dan tahallul, sebagaimana yang diriwayatkan dari sahabat miswar Radiyallahu anhu. Berikut haditnya:

عَنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ تَحَدَّثَ عَنْ قَضِيَّةِ صُلْحِ الْحُدَيْبِيَّةِ قَالَ فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَضِيَّةِ الْكِتَابِ قَالَ لِأَصْحَابِهِ: «قُومُوا فَانْحَرُوا، ثُمَّ احْلِقُوا». قَالَ فَوَاللهِ مَا قَامَ مِنْهُمْ رَجُلٌ حَتَّى قَالَ ذٰلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَلَمَّا لَمْ يَقُمْ مِنْهُمْ أَحَدٌ دَخَلَ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ، فَذَكَرَ لَهَا مَا لَقِيَ مِنَ النَّاسِ. فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ يَا نَبِيَّ اللهِ أَتُحِبُّ ذٰلِكَ اخْرُجْ ثُمَّ لَا تُكَلِّمْ أَحَدًا مِنْهُمْ كَلِمَةً حَتَّى تَنْحَرَ بُدْنَكَ، وَتَدْعُوَ حَالِقَكَ فَيَحْلِقَكَ. فَخَرَجَ فَلَمْ يُكَلِّمْ أَحَدًا مِنْهُمْ، حَتَّى فَعَلَ ذٰلِكَ نَحَرَ بُدْنَهُ، وَدَعَا حَالِقَهُ فَحَلَقَهُ. فَلَمَّا رَأَوْا ذٰلِكَ، قَامُوا فَنَحَرُوا، وَجَعَلَ بَعْضُهُمْ يَحْلِقُ بَعْضًا

 

Artinya: Miswar bin Makhramah Radiyallahu anhu. berkata (mengisahkan Perjanjian Hudaibiyah), “Ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. selesai dari kontrak perjanjian hudaibiyyah (yang dianggap merugikan umat Islam), Nabi berseru kepada sahabat-sahabatnya, ‘Bangunlah dan sembelihlah kurban-kurbanmu, lalu cukurlah rambutmu.’ Demi Allah, tidak ada satu pun dari sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw. yang berdiri mengikuti perintah, sekalipun perintah itu diulang tiga kali. Setelah terlihat tidak ada satu pun yang menunaikan perintah, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. masuk ke kemah Ummu Salamah sambil menceritakan pembangkangan ini. Ummu Salamah Ra. berkata, ‘Wahai Nabi, apakah engkau ingin mereka melakukan hal itu? Engkau keluar saja dari kemah, tidak perlu berbicara sepatah kata apa pun kepada siapa pun. Engkau mulai saja menyembelih kurbanmu, dan undang tukar cukur untuk memangkas rambutmu.’ Ketika para sahabat melihat sendiri Nabi Muhammad Saw. melakukan semua hal itu, mereka pun berdiri, menyembelih kurban, dan mencukur rambut mereka satu sama lain.” (HR. Bukhari: no. 2734).

Pada hadist diatas menunjukan keberhasilan metode teladan yang telah dilakukan Nabi Shallallah’’alaihi wa Sallam dalam memikat dan menarik perhatian para sahabat yang mana sebelumnya mereka tidak berkenan melakukan penyembelihan hadyu dan bertahallul. Begitu juga bagi para guru, orangtua tatkala mendapatkan santri,siwa dan anak-anaknya tidak berkenan melaksanakan apa yang diperintahkan, bisa jadi disebabkan kurangnya sikap teladan bagi diri anda. Pada pembahasan ini membuahkan faidah yang sangat penting yaitu betapa pentingnya jiwa teladan bagi seseorang guru, orangtua dan para pendidik untuk munuai hasil yang baik dari Pendidikan, pengajaran dan dakwah yang dilakukannya. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah, keberkahan dan keberhasilan kepada kita didalam mendidik dan berdakwah, barakallahu fiikum.

REFERENSI:

Penulis : Ali zhufri

Staf pengajar pondok pesantren Darul Qur’an wal hadist oku timur Sumatra selatan.

Sumber artikel:

Ibnu katsir, Tafsir Al-quranil adzim, dar Al-munghni Riyad tahun 2002.

Shahih muslim, dar ibnul Jauzi 2009.

Ahmad Farid, At-tarbiyah Ala manhaji Ahli As-Sunnah, dar ibnul jauzi 2011.

Abdullah Nashih ulwan, Tarbiyatul Aulaad Fil Islam, dar As-salam cetakan ke dua 1999.

Sa’id bin ali bin wahaf Al-qahthani, Al-hadyu Nabawi fi tarbiyati Al-aulaad fi dhaui Al-kitabi was As-Sunnahti, dar alamiyyah 2020.

[1] ) Tafsir ibnu katsir surat Al-Ahzab ayat:21 jilid 3 hal:621

[2] ) At-trbiyah ala manhaji Ahli As-sunnah, Halm: 183

[3] ) At-tarbiyah ala manhaji Ahli As-sunnah, halm: 175

Baca juga artikel:

Kerjakanlah Shalat Diawal Waktunya

Kebersamaan Kita Adalah Kebahagiaan

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.