Menjual Dunia Demi Kepentingan Akhirat

Menjual Agama Demi Kepentingan Akhirat

Menjual Dunia Demi Kepentingan Akhirat

Manusia yang bijak akan menggunakan ketajaman akal untuk pikirannya untuk merenungi kekalnya kehidupan Surga.

 Surga yang jernih tanpa keruh, penuh kenikmatan tiada henti, semua tuntutan nafsu terpenuhi . ia berupa kenikmatan yang sebelumnya tidak pernah terlihat mata, terdengar telinga, atau terlintas di hati manusia.

Kenikmatan Surga yang tak pernah berkurang ataupun berakhir, karena kehidupan di akhirat tak bisa dihitung dengan angka jutaan bahkan ratusan juta tahun. Kalau manusia berusaha memprediksi berapa lama kehidupan akhirat , niscaya perhitungan itu tidak akan berujung, namun kehidupan manusialah yang lebih awal berakhir. Sungguh, kekekalan akhirat tidak ada habisnya.

Usia manusia amat terbatas, tidak lebih dari 100 tahun. Kalaupun sampai serratus tahun  maka sebelum usia 15 tahun dia masih belia dan tidak tahu apa-apa

Lalu pada tiga puluh tahun terakhir dari usianya, dia pun melemah serta jadi renta, umummnya separuh usia manusia digunakan untuk tidak tidur , sedang sebagiannya yang lain di gunakan untuk makan, minum, dan bekerja. Adapun masa yang digunakan untuk ibadah hanyalah tersisa sedikit.

Menyadari fenomena tersebut tidakkah hati kita terketuk untuk membeli akhirat yang kekal ?

Tidakkah hati kita terketuk untuk dapat membeli akhirat dengan sedikit usia yang kita miliki ?

Kalau kita enggan, ketahuilah bahwa yang demikian  itu adalah kebodohan serta penyakit yang menyusup ke dalam keimanan !

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kecintaan pada akhirat tidak akan sempurna jika tidak dibuktikan dengan zuhud terhadap dunia. Adapun zuhud di dunia tidak mungkin  berjalan mulus selain telah merenungi dua hal penting berikut.

Pertama, merenungi dunia yang amat cepat sirna dan begitu hinanya . harus bersaing dan serakah untuk memperolehnya dan harus menanggung kesedihan dan kesulitan untuk meraihnya, tetapi semua itu justru akan berakhir dengan kehancuran dan kesirnaan . setelah itu, sisa yang tertinggal di dalam jiwa hanyalah penyesalan dan kesedihan.

Kedua, merenungi akhirat yang amatlah sejahtera, pasti kedatangannya, kekal, sangat agung Kebaikan dan kebahagiaan yang ada disana . di samping merenungi perbedaan kehormatan antara dunia dan akhirat, yang tentu jauh berbeda. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى

Artinya:

‘’Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.’’ (QS. Al-A’la 87: 17)

Jika telah merenungi dua hal ini secara sempurna, niscaya setiap orang akan mendahulukan sesuatu yang menurut akal harus lebih di utamakan. Di samping itu, dia akan bersikap zuhud terhadap hal-hal yang memang harus dihindari.

Zuhud Terhadap Dunia: Bukti Cinta Akhirat

Zuhud yaitu terbebasnya hati dari belenggu dunia dan ia sebagai wujud Upaya keras untuk meraih derajat – derajat akhirat.

Seorang yang zuhud selalu berhias dengan sifat qona’ah ( merasa cukup dengan rezeki Allah) dan berupaya agar terus meraih keutamaan-keutamaan ukhrawi atau yang berorientasi akhirat.

Nabi menjelaskan bahwa zuhud terhadap dunia adalah salah satu factor yang penting untuk meraih cinta Allah

Sahl bin Sa’ad as Sa’di Radhiallahu Anhu  menukilkan suatu Ketika ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan berkata :’’ Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku mengamalkannya, maka aku akan dicintai oleh Allah dan semua manusia.’’Beliau menjawab:

ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ

Artinya:

‘’Zuhudlah kamu terhadap dunia, pasti Allah akan cinta kepadamu, serta zuhud lah kamu terhadap apa yang ada di tangan manusia, maka pasti mereka akan mencintaimu.’’ (HR. Ibnu Majah (4102), dan di shahihkan oleh al-albani dalam silsilah Ahadist ash-shahihah (944) dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’di

Seorang laki-laki datang menemui Nabi lalu meminta kepada beliau:’’ Berilah aku nasihat, dan jangan bertele-tele.’’ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  pun menasihatinya:

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Artinya:

‘’kalau engkau mengerjakan shalat, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh seolah itu adalah shalat terakhirmu. Janganlah engkau berbicara yang nantinya engkau akan meminta maaf karenanya. Singkirkanlah keinginanmu terhadap apa yang ada di tangan orang lain. (HR. Ibnu Majah, dan lihat juga di shahih sunan Ibnu Majah (II/405). Dan diriwayatkan juga oleh Ahmad (V/412))

Yakni, bersikap zuhud lah serta menyingkirkan sikap tamak terhadap dunia. Sungguh , tiga wasiat itu sangat berharga. Jika bisa melaksanakannnya, niscaya dia akan menjadi hamba yang berbahagia dan beruntung. Di samping itu, sifat zuhud terhadap dunia ialah factor terbesar yang dapat mendorong Kebaikan kepada umat islam. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

صلاح أول هذه الأمة بالزهد واليقين ويهلك آخرها بالبخل والأمل

Artinya:

‘’kebaikan generasi pertama umat ini (ialah buah ) dari sikap zuhud dan keyakinan. Sedang kehancuran generasi akhir umat ini ialah akibat dari kebakhilan dan (banyak) angan-angan. (HR. Ahmad di hasankan oleh al-Albani dalam shahih al-jami’ (3845) dari Abdullah bin Amru.

Mukmin sejatih akan selalu berhias diri dengan sifat zuhud, sebab dia akan menyadari bahwa kehidupan dunia ini ibarat medan perjuangan. Ia bukan tempat pelampiasan segala keinginan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ، وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

Artinya:

‘’Dunia merupakan penjara bagi orang mukmin, serta Surga bagi orang kafir’’ ( HR. Muslim 7606)

Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma meriwayatkan bahwa dia pernah mendapatkan pesan berharga dari Rasulullah , beliau menuturkan bahwa pada suatu hari beliau memegang Pundaknya seraya berkata :

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

Artinya:

‘’Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing ataupun orang yang sedang bepergian .’’ (HR. Al-Bukhori (6416))

Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma lalu berpesan:

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلا تَنْتَظِرِ الصَّباحَ، وإِذَا أَصْبَحْتَ فَلا تَنْتَظِرِ المَساءَ، وخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لمَرَضِكَ، ومِنْ حياتِك لِمَوتِكَ

Artinya:

‘’Jika engkau berada pada waktu sore, janganlah engkau menunggu waktu pagi hari (untuk berbuat amal ). Begitu pula jika engkau berada pada waktu pagi, janganlah engkau menunggu sore hari (untuk berbuat amal ) . Jadikanlah masa sehatmu untuk persiapan menghadapi masa sakit, dan jadikanlah masa (waktu) hidupmu untuk persiapan menyambut kematian. (HR. Al-Bukhori (6416))

Nikmatnya Qona’ah

Demikian Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  menjelaskan hakikat dunia yang fan aini. Maka tidak selayaknya para hamba bersikap rakus terhadap dunia serta tenggelam dalam kenikmatan yang bersifat sementara itu.

Dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa ta’ala memberi ancaman yang dahsyat bagi orang-orang yang terlena terhadap kehidupan dunia, lalai akan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

اِنَّ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا وَرَضُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَاطْمَـئنُّوْا بِهَا وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنْ اٰيٰتِنَا غٰفِلُوْنَ اُولٰۤىئكَ مَأْوٰىهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Artinya;

‘’sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan ) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya di Neraka, karena apa yang telah mereka lakukan.’’ (QS. Yunus 10/7-8)

Allah Subhanahu wa ta’ala Juga berfirman:

اَفَرَءَيْتَ اِنْ مَّتَّعْنٰهُمْ سِنِيْنَ ثُمَّ جَاۤءَهُمْ مَّا كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ مَا اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يُمَتَّعُوْنَ

Artinya:

‘’maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun, kemudian datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka, (maka) niscaya tiak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan ‘’ (QS. Asy-Syu’ara’ 26/205-207)

Sesungguhnya hamba yang beruntung itu hamba yang mampu berhias dengan sifat qona’ah. Itulah ajaran Islam yang mulia.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  bersabda:

قَالَ قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

Artinya;

‘’beruntunglah orang yang masuk Islam dan memiliki rezeki yang cuku, lantas Allah menjadikannya qana’ah dengan apa yang Dia karuniakan kepadanya.’’ (HR.Muslim 2473)’

Dalam hadist yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda :

من أصبح منكم آمناً في سربه، معافى في جسده، عنده قوت يومه، فكأنما حيزت له الدنيا بحذافيرها

Artinya:

‘’barangsiapa yang di antara kamu yang merasa aman darinya, merasa sehat tubuhnya, dan cukup persediaan makanan pokoknya untuk hari itu, seakan-akan dia telah di berikan semua kenikmatan dunia. (HR. At-Tirmidzi dan di hasankan oleh al-Albani di dalam silsilah ash-shahihah 2318)

Guna memupuk rasa qana’ah dalam hari kita, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan supaya kita selalu melihat kepada mereka yang berada di bawah kita, yakni dalam keadaannya, sehingga kita pun selalu merasa beruntung. Janganlah mendongak, melihat kepada mereka yang keadaannya di atas kita sehingga kita selalu merasa sial. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda :

انظروا إلى من أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم فهو أجدر ألا تزدروا نعمة الله قال أبو معاوية عليكم

Artinya:

‘’lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian. Sebab hal itu lebih pantas dilakukan supaya kalian tidak mengingkari nikmat Allah, Abu Mu’awiyah menambahkan diri kalian. (HR. Muslim 7619)

Apabila seorang hamba dikaruniai sifat qana’ah di dalam hatinya, pasti dia akan senantiasa berkecukupan. Sebab, qona’ah ibarat pebendaharaan yang tidak akan kunjung habis. Apabila seorang hamba menyibukkan dirinya untuk menyambut akhirat. Pasti Allah Subhanahu wa ta’ala akan menjadikan kekayaan itu ada dalam hatinya dan dunia akan menghampirinya dengan kondisi yang melimpah . sementara orang yang rakus mengejar dunia dan lalai terhadap akhiratnya niscaya akan merugi baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

من كانتِ الآخرةُ هَمَّهُ جعلَ اللَّهُ غناهُ في قلبِهِ وجمعَ لَه شملَهُ وأتتهُ الدُّنيا وَهيَ راغمةٌ ، ومن كانتِ الدُّنيا همَّهُ جعلَ اللَّهُ فقرَهُ بينَ عينيهِ وفرَّقَ عليهِ شملَهُ ، ولم يأتِهِ منَ الدُّنيا إلَّا ما قُدِّرَ لَهُ

Artinya:

‘’Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, Allah akan mengumpulkan kekuatan, dan dunia ini akan mendatanginya dalam keadaan tunduk lagi hina. Dan barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuannya, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinan terpampang di hadapan matanya, Allah pun akan menceraiberaikan kekuatannya, dan dia tidak akan memperoleh dunia ini kecuali apa-apa yang telah ditetapkan baginya.’’ (HR. At-Tirmidzi , ahmad dan lainnya di shahihkan oleh al-Albani dalam silsilah ash-shahihah 949)

REFERENSI:

USTADZ ABU IHSAN AL-ATSARI DAN UMMU IHSAN AL-ATSARI/ CINTA DUNIA : DAHSYATNYA AZAB NERAKA/ DI RINGKAS DARI BUKU TERAPI PENYAKIT WAHN(CINTA DUNIA) /Anas Arlaya

Baca juga artikel:

Problematika Rumah Tangga (Bagian 3)

Yang Harus Dihindari Sebelum Kematian Datang

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.