Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

MENGIMANI SHIRAT, JEMBATAN DI ATAS NERAKA

SHIRAT

MENGIMANI SHIRAT, JEMBATAN DI ATAS NERAKA

 

Di akherat  kelak, akan banyak sekali  peristiwa  yang sangat menakjubkan  sekaligus  menakutkan. Kita, sebagai  seorang  mukmin,wajib mempercayai segala hal yang akan terjadi pada hari kiamat , baik yang disebutkan  dalam al-Quran  maupun yang terdapat dalam Hadits yang shahih. Kita tidak boleh membeda- bedakan dalam urusan beriman dengan segala peristwa tersebut, baik itu dipahami logika ataupun tidak. Segala hal yang akan terjadai di akherat tidak bisa kita qiyaskan denganperistiwa  di dunia ini. Karena semua peristiwa- peristiwa yang luar biasa dan sangat dahsyat. Di antara peristiwa yang akanmenakjubkan sekaligus menakutkan di dalam akhirat kelak, peristiwa melewati shirath  ( jembatan )  yang terbentang di atas neraka menuju surga.

 

PENGERTIAN  SHIRATH

Shirath secara  etimologi bermakna jalan  lurus yang terang.  Adapun menurut istilah, yaitu jembatan yang terbentang di atas neraka jahannam yang akan di lewati semua oleh manusia ketika menuju  surga.

DALIL – DALIL  TENTANG KEBERADAAN SHIRATH

Landasan keyakinan tentang adanya shirath pada hari kiamat berdasarkan kepada jima’ para ulama Ahlus Sunnah yang bersumberkan kepada dalil – dalil yang akurat dari al-Qur’an dan Sunnah. Berikut ini kita sebutkan dalil yang menerangkan tentang adanya shirath.

Para ulama berhujjah dengan firman Allah berikut:

وان منكم الا واردها كان اعلى ربك حتما مقضيا

Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan  akan mendatangi mereka itu. Hal itu bagi Raabmu adlah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. [QS. Maryam/19:71]

        Diriwayatkan dari kalangan para sahabat, di antarannya;Ibnu ‘Abbas , Ibnu Masud dan Ka’ab bin Ahbar  bahwa yang dimaksud dengan mendatangi mereka dalam ayat tersebut adalah melewati shiroth

Sementara itu, banyak sekali riwayat dari Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  tentang hal ini, di antarannya:

Sabda Rasullulah Shallallahu Alaihi Wasallam  yang berbunyi:

Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan atas permukaan neraka jahannam. Kami [para sahabat] bertanya:” Wahai Rasulullah, bagaimana {bentuk} jembatan itu?” . Jawab beliau, “licin {lagi} mengelincirkan. Di atsnya terdapat besi-besi pengait dan kawat-kawat berduri  yang uju -ngnya  bengkok,ia bagaikan  pohon berduri di Nejd, di kenal dengan pohon Sa’dan…”

BENTUK  DAN  KONDISI  SHIRATH.

Dalam  kondisi yang sudah  di sebutkan  di atas terdapat beberapa cirri atau sifat  dan bentuk shirath, yaitu:”licin (lagi) mengelincirkan, di atasnya ada besi-besi pengait dan kawat  berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri  di Nejd,di kenal dengan pohon sa’dan…”

Di samping itu, para Ulama menyebutkan pula bahwa shirath tersebut lebih halus dari pada

rambut, lebih tajam dari pada pedang, lebih panas dari pada bara api, licin dan menggelincirkan. Halini berdasarkan pada beberapa  riwayat, baik di sandarkan langsung  kepada Nabi  ataupun kepada para Sahabat tetapi di hukumi marfu’. Sebab, para Sahabat tidak  mungkin mengatakannya dengan dasar ijtihad pribadi mereka tentang suatu perkara yang ghaib, melainkan hal tersebut telah mereka dengar dari Nabi .

abu said berkata : “Sampai kepadaku kabar bahwa shirath itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pada pedang “.

Setelah kita amati Dalil- Dalil tersebut di atas dapat kita ikhtisarkan di sini sifat dan bentuk shirath tersebut sebaimana berikut :

  1. Shirath tersebut amat licin,sehingga sangat mengkhawatirkan siapa saja yang lewat dimana ia mungkin saja terpeleset dan terperosok jatuh
  2. Shirath tersebut mengelincirkan para ulama telah menerangkan dari mengelicirkan yaitu ia bergerak kekanan dan kekiri sehingga membuat orang yang melewatinya takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh
  3. siapa yang terkena besi pengait ini tidak akan lepas dari cengkeramanya.
  4. Terpelesetnya atau tidak, tergelincir atau tidak, dantersambar oleh pengait besi atau tidak, orang.
  5. Shirath tersebut terbentangdi atas neraka Jahannam. Barang siapa terpeleset dan tergelincir atau terkena sambaran besi pengait, maka ia akan terjatuh ke dalam neraka jahannam.
  6. Shirath tersebut halus, sehingga sulit untuk meletakkaan kaki di atasnya.
  7. Shirath tersebut juga tajam yang dapat membelah telapak kaki orang yang melewatinya. Karena sesuatu yang begitu halus, namun tidak bisa putus, maka akan menjadi tajam.
  8. Sekalipun shirath tersebut halus dan tajam, manusia tetap dapat melewati nya.karena Allah maha kuasa untuk menjadikan manusia mampu berjalan di atas apapun .
  9. Kesulitan untuk melintasi shirath karena kehalusannya,atau terluka karena ketajaman nya, semua itu bergantung kepada kualitas keimanan setiap orang yang melewatinya.

Bagaimana keadaan manusia ketika melewati shirath?

Setelah kita malihat sekilas tentang sifat sifat shirath yang terdapat dalam hadist shahih .berikutnya kita  lihat pula bagaimana keadaan manusia ketika melewati shirath tersebut.

  1. riwayat pertama:

dari abu hurairah,ia berkata : rasulullah telah bersabda:”lalu diutuslah amanah dan rahim ( tali persaudaraan ) keduanya berdiri di samping kiri kanan shirath tersebut.orang yang pertama lewat seperti kilas “.aku bertanya: “dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau.adakah sesuatu seperti kilat? Rasul menjawab : tidaklah kalian pernah melihat kilas bagaimana ia lewat dalam sekejap mata ?kemudian yang melewatinya angin,kemudian seperti burung dan separti kuda yang berlari kencang .mereka berjalan sesuai amalan mereka .nabi kalian waktu  itu berdiri di atas shirath sambil berkata : “ Ya Allah selamatkanlah ! selamatkanlah ! sampai para hamba yang lemah amalannya,sehinggga datang seseorang lalunia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak “.beliau menuturkan(lagi) : “ pada kedua sisi shirah terdapat besi pengait yang bergantungan untuk menyambar siapa saja yang di perintahkan untuk di sambar.maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir kedalam neraka “ (HR.MUSLIM)

 

KELOMPOK YANG MENYIMPANG DALAM MENGIMANI SHIRATH

Meski banyak sekali dalil yang  mengharuskan umat mengimani adanya shirath ,namun ada saja kelompok yang menyimpang dalam masalah ini ,yaitu kaum  mu’tazilsh .mereka tidak mengimani adanya shirath yang hakiki .pada hari kiamat ,karena menurut mereka hal itu masuk akal dan logis

Syubhat yang merasuki hati mereka dalam pengingkaran ini ,bagaimana mungkin manusia bisa melewati  di atas benda yang lebih halus dari rambut ,lebih tajam dari pedang,amat licin dan selalu dan selalu bergerak-gerak ?

Para ulama telah membantah dan menjawab pertanyaan aneh mereka ini dan orang orang yang meragukan wujud shrath.setelah menyebutkan perkataan mereka,imam al-Qurthubi berkata ,” apa yang disebutkan oleh orang ini adalah tertolak berdasarkan hadits – hadits yang kita sebutkan, bahwa beriman  dengan hal itu adalh wajib.sesungguhnya (Allah) zat yang mampu menahan  burung di udara tentu sanggup menahan orang mukmin di atas shirath .baik,dengan berlari maupun berjalan.tidak boleh di alihkan makna hakiki kepada makna kecuali bila mustahil .dan tidak ada kemustahiln dalam hal itu,berdasarkan hadist –hadist dan penjelas para ulama yang yang termuka tentang hal itu.barang siapa tidak di beri cahaya ( petunjuk) oleh Alllah ,maka ia tidak akan memiliki cahaya ( petunjuk).

Pelajaran dan hikmah di balik keimanan kepada shirath

Al-Qurthubi berkata: coba renungkan sekarang tentang apa yang akan  enkau alami berupa ketakutan yang ada pada hatimu ketika engkau menyaksikan shirath dan keharusannya (bentuknya).enkau memandang dengan matamu kedalam neraka jahanam yang terletak di bawahnya engkau juga mendengar gemuruh dan gejolaknya,engkau harus melewat shirat itu sekali pun keadaan mu lemah,hatimu gundah ,jakimu bisa tergelincir,punggungmu merasa berat karena memikul dosa hal itu tidak mampu engkau lakukan seandainya enkau berjalan di atas hamparan bumi,apalagi untuk fi atas shirath yang begitu halus.

Iman al-Qurthubi menambahkan,”bayangkanlah wahai saudara ku !.seandanya dirimu berada di atas shrath dan enkau melihat di bawah mu neraka jahanam yang hitam- kelam.

Baca Juga Artikel:

Mewaspadai Budaya-Budaya Jahiliah

Hinanya Hati Yang Keras

 

REFERENSI       : Majalah AS-Sunnah no. 09/thn.XIV shafar 1432 H

                                  Januari 2011 M

Diringkas oleh   :  MUSLIMAH

KELAS                  : IMAH 1 (SMA)

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.