KEDUDUKAN KALIMAT SYAHADAT DALAM ISLAM

KEUDUKAN DUA KALIMAT SYAHADAT DALAM ISLAM

 

KEDUDUKAN KALIMAT SYAHADAT DALAM ISLAM-Pada kali ini kita akan membahas bab kedua dari buku yang berjudul “memahami kalimat syahadat” karangan ustadz Yazid bin abdul qodir jawaz, berikut pembahsannya:

“Persaksian bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang diibadahi dengan benar selain Allah, dan persaksian bahwasanya Muhammad adalah Rasul (utusan) Alah. ”

Syahadatain( dua kalimat syahadat) adalah kesaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Azza wa Jalla, dan bahwasanya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah hamba serta rasul_Nya. Kedua kesaksian ini merupakan keyakinan mantap yang diekspresikan dengan lisan . dengan kemantapan yaitu, seakan-akan orang yang mengikrarkan nya dapat menyaksikan keberadaan Allah ta’ala.

Syahadat atau kesaksian merupakan satu rukun padahal yang disaksikan itu ada dua hal, ini dikarenakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah penyampai risalah dari Allah. Jadi, kesaksian bahwasannya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah hamba dan rasul Allah Azza wa Jalla merupakan kesempurnaan kesaksian lailahailallah, tidak ada ilah atau sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah ta’ala.

  1. Kedudukan dua kalimat syahadat dalam syariat Islam

Syahadatain atau dua kesaksian merupakan prinsip dasar keabsahan dan diterimanya semua amal hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala . suatu amalan akan sah dan diterima apabila dilakukan dengan keikhlasan hanya karena Allah Azza wa Jalla dan mutaba’ah( mengikuti) sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ikhlas karena Allah Azza wa Jalla merupakan realisasi dari syahadat Laa Ilaha Illallah tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. sedangkan mutaba’ah atau mengikuti sunnah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam merupakan realisasi dari syahadat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah hamba dan rasul_Nya.

Al-hafizh Ibnu Hajar rahimahullah (Wafat th. 852 H) berkata: ” yang dimaksud dengan syahadat di sini adalah membenarkan Apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sehingga mencakup semua yang disebutkan tentang keyakinan( rukun iman yang enam dan yang selainnya) .”

  1. Pentingnya mengetahui makna syahadat Lailahaillallah

Telah diketahui secara pasti bahwa persaksian tauhid merupakan kunci agama Islam, pokoknya agama, dan tiang bangunannya. Tidak ada Islam bagi orang yang belum meyakini, mengucapkan, dan mengamalkannya.

Tidak diragukan lagi bahwa keadaan seperti ini tidak akan terwujud kecuali setelah mengetahui maknanya, karena urutan ini( ilmu, keyakinan, ucapan, dan amal) bagaikan urutan bangunan dan pondasinya, serta cabang dari penggambarannya. Karenanya, Siapa saja yang tidak mengetahui maknanya dan tidak dapat menggambarkannya maka ia seperti orang yang mengigau di saat tidur tidak mengetahui apa yang ia ucapkan.

Yang demikian itu dikarenakan setiap yang mengerti akan adanya Allah Azza Wa Jalla, dia mengetahui secara pasti bahwa yang dimaksud dari dua kalimat syahadat adalah hakikat dan maknanya serta yang mencakupi nya dari ilmu dan amal. Adapun sekedar pengucapan saja tanpa mengetahui maknanya dan tanpa meyakini hakikatnya Nya, maka ini tidak akan memberikan manfaat kepada seorang hamba dan juga tidak akan membebaskan dia dari kesyirikan dan cabang-cabangnya.

Ibnu jarir ath-thabari rohmatullah (Wafat th. 310 H) ketika menafsirkan firman Allah ta’ala:

وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya: “Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)”. (QS. Az-Zukhruf: 86)

Beliau rahimahullah berkata: “persaksian Dia terhadap kebenaran dan ikrar dia terhadap tauhid maksudnya. 2 kecuali yang beriman kepada Allah dan mereka mengetahui hakikat tauhid.”

Jadi, sesuatu yang harus diperhatikan oleh setiap muslim adalah memahami kalimat yang agung ini( yaitu kalimat لا اله إلا الله ,  La Ilaha Illallah) dan mengetahui kandungannya dengan pengetahuan yang benar sebagaimana yang akan dijelaskan nanti. Lantas, ilmu apa yang bermanfaat bagi dirinya kalau tidak mengetahui makna kalimat yang dapat membawanya pada kesuksesan?!

Pentingnya mengetahui makna Lailahaillallah semakin ditekankan ketika banyaknya orang yang menyimpang dari pemahaman yang benar, dan semakin jarang juga orang yang serius menjelaskan dan menjabarkan makna kalimat ini. Betapa Banyak penafsiran-penafsiran kalimat ini yang keliru menghiasi buku-buku dan lisan-lisan ahli Bid’ah serta berakibat pada penyimpangan dalam agama seseorang.

Allahul musta’an!

Allah ta’ala berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Artinya: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”. (QS.AL-Mumtahanah: 4)

Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,

إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”.

وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (QS.Az-Zukhruf: 26-28)

Maksudnya, Ibrahim Alaihissalam menjadikan loyalitas karena Allah Ta’ala dan berlepas diri dari setiap sesembahan selain Allah sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya, yang terus diwariskan oleh para Nabi  alaihim salam dan pengikutnya, dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain . yang dimaksud ialah kalimat lailahaillallah( tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah) . Inilah yang diwariskan oleh Imam orang-orang yang Hanif kepada para pengikut beliau sampai datangnya hari kiamat.

Dengan kalimat tauhid inilah, dan langit dapat tegak. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan Fitrah seluruh makhluk di atas kalimat ini . di atasnya agama dan kiblat itu dibangun, serta pedang-pedang jihad dihunuskan. Ia adalah murni hak Allah ta’ala atas seluruh hambanya, Sekaligus merupakan kalimat yang melindungi darah harta dan keturunan di kehidupan dunia, kemudian menyelamatkan manusia dari siksa kubur dan neraka. Ia adalah lembaran terbuka yang seseorang itu tidak akan masuk surga, melainkan dengannya. Ia adalah tari yang jika seseorang tidak berpegang dengan yang manis saya dia tidak akan sampai kepada Allah ta’ala.

Ia adalah kalimat Islam dan kunci pembuka surga yang penuh keselamatan . dengannya, manusia terbagi menjadi orang yang sengsara, bahagia, diterima atau pun ditolak. Dengannya juga, Negeri kekufuran terpisah dengan negeri keimanan serta terbedakan antara Negeri kenikmatan dengan negeri kesengsaraan dan kehinaan. Ia adalah tiang yang mengandung perkara yang wajib sekaligus yang sunnah.

Ruh dan rahasia kalimat ini adalah pengesaan Allah ta’ala dengan kecintaan pemuliaan, pengagungan takut dan harap(hanya kepada Allah), dan perkara-perkara lain yang mengikutinya. 2 berupa tawakal, Taubat, keinginan, dan ketakutan. Seorang hamba tidak mencintai selain Allah. segala sesuatu yang dicintai selain Allah adalah karena mengikuti kecintaan kepada Allah dan merupakan sarana untuk tambahan mencintai Allah. seorang hamba tidak takut kepada selain Allah, tidak berharap kepada selain Allah, tidak bertawakal selain kepadanya, Ia hanya mengharapkan kepada Allah, tidak takut selain kepada Allah ,hanya bersumpah dengan namanya, tidak benadzar selain kepadanya, hanya bertaubat kepada-Nya, tidak mentaati selain perintah-nya, hanya mengharapkan ganjaran dari-Nya, tidak memohon pertolongan ketika terjadinya kesulitan selain kepada-nya, hanya bersandar kepada-Nya, tidak sujud selain kepada-Nya,serta hanya menyembelih untuk-Nya dan dengan nama-Nya. Seluruh perkara ini terkumpul pada satu kalimat, yaitu: “tidaklah disembah dengan semua macam ibadah, melainkan hanya Allah semata . tanda penting ini lah realisasi kalimat syahadat Laa Ilaha Illallah.

Oleh karena itulah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan kalimat syahadat Lailahaillallah dengan sebenar-benarnya. Mustahil orang yang merealisasikan dan menerapkan syahadat ini masuk neraka . Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wata’ala:

وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ

Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya”. (QS. Al-Ma’arij: 33)

Hamba tersebut telah melaksanakan syahadat tersebut secara lahir dan batin, baik melalui hati maupun anggota badannya.

Sebagian manusia ada yang syahadatnya mati, sebagian lagi syahadatnya tertidur sehingga harus dibangunkan supaya terjaga, sebagian lagi ada yang syahadatnya berbaring, dan sebagian lagi ada yang syahadatnya miring hampir berdiri kedudukan syahadat dalam hati seperti halnya kedudukan roh terhadap badan . ada roh yang mati, roh yang sakit dan lebih dekat kepada kematian, roh yang lebih dekat dengan kehidupan, serta ada roh yang sehat dan melaksanakan kemaslahatan badan.

Dengan demikian, kehidupan roh bergantung pada kalimat tersebut didalamnya, seperti halnya kehidupan badan tergantung dari keberadaan roh di dalamnya: juga sebagaimana orang yang meninggal di atas kalimat ini sehingga berhak berada di surga dan bergerak bebas di dalamnya. Maka dari itu barangsiapa yang merealisasikan dan melaksanakan inti kalimat ini niscaya rohnya akan bergerak bebas dalam surga bahkan tempat tinggal dan hidupnya menjadi kehidupan yang terbaik.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ

Artinya: “maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (Qs. An-Naziat: 41)

Surga adalah tempat tinggal bagi mereka pada hari pertemuan dengan-Nya kelak.

Surga pengetahuan, kecintaan, kedekatan dengan Allah, Kerinduan terhadap pertemuan dengan-Nya, senang dengan Allah, dan ridho terhadap Allah merupakan tempat tinggal rohnya di dunia . barangsiapa yang surga tersebut adalah tempat tinggalnya di dunia maka surga yang abadi akan menjadi tempat tinggalnya di akhirat. Adapun barangsiapa yang terhalang dari surga dunia maka dia akan lebih terang dari surga yang abadi . orang-orang yang melakukan kebajikan berada di dalam surga kenikmatan Meskipun mereka mengalami kesulitan dan kesempitan hidup di dunia: sedangkan orang-orang yang durhaka berada dalam neraka kepedihan meskipun kehidupan dunia mereka serba cukup.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Nahl: 97)

Kehidupan yang baik adalah surga dunia. Allah tabaraka wa ta’ala berfirman:

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Artinya: “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125)

Kenikmatan Manakah yang lebih baik dibandingkan kelapangan dada? Sebaliknya, Manakah yang lebih pedih daripada sempitnya dada? Allah subhanahu wata’ala berfirman:

لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: “Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 64)

Mukmin yang ikhlas kepada Allah merupakan manusia yang paling baik hidupnya, paling tentram pikirannya, paling lapang dadanya, dan paling bahagia hatinya. Inilah surga yang disegerakan sebelum surga yang abadi.

Demikian beberapa pembahsan didalam bab ini. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran melalui tulisan ini.

References from :

Buku ‘Memahami Kalimat Syahadat’

Hal 47-55

Created By:

Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawaz

Edited by:

Hatta Yandika Putra

Baca juga artikel:

Jihad di jalan Allah

Keadaan Manusia di hari Kiamat

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.