
Kutundukkan Pandanganku karena-Mu – Dari mata turun ke hati, begitulah ungkapan yang sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita, namun pernahkah kita merenung hikmah dibalik ungkapan ini? Pandangan, salah satu gerbang terbesar yang dengannya segala hal dalam merasuk kedalam hati kita adalah dari pandangan, jika kita dapat menjaga pandangan kepada hal-hal yang diridhai-Nya selamatlah kita, namun jika kita melepaskan pandangan tanpa memerdulikan batasan syariat maka celakah kita.
Memandang secara berlebihan ialah melepaskan pandangan terhadap sesuatu dengan sepenuh mata dan melihat pada sesuatu yang tidak diperbolehkan, lawan katanya ialah ghadh al-bashar (menundukkan pandangan). Sungguh Allah Subhanahu wata’ala telah memerintahkan kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan dalam firman-Nya;
قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30).
Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya berkata mengenai ayat ini, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya” maksudnya adalah menahan dari pandangan yang tidak dihalalkan untuk dipandang. Dan dikatakan bahwa min disini bermakna shilah (kata sambung) yakni bermakna menahan pandangan mereka. Dan juga dikatakan bahwa min disini tsabit karena pada asalnya orang-orang mukmin tidak diperintahkan untuk menahan pandangan karena mereka tidak diwajibkan ghadul bashar terhadap apa yang dihalalkan untuk dipandang, tetapi mereka hanya diperintahkan untuk menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan untuk dipandang. [1]
Dengan demikian Allah tidak memerintahkan untuk menahan pandangan secara total, tetapi hanya memerintahkan untuk menahan sebagiannya. Adapun memelihara kemaluan, wajib dilakukan dalam kondisi apapun. Ia tidak diperbolehkan, kecuali pada haknya. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan untuk selalu menjaganya. Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan untuk menahan pandangan dan menjaga kemaluan, dan menyertakan keduanya dalam satu perintah. Diawali dengan perintah untuk menahan pandangan, karena mata adalah pemandu dan cermin hati. Sebagaimana disebutkan:
“Tidaklah kau tahu bahwa mata itu pemandu hati
Kala kedua mata lembut, hatipun lembut”
Selain itu, mata ialah sara untuk menjaga dan memelihara kemaluan. Mata ialah pintu gerbang menuju hati dan jalan indera yang paling luas jangkauannya. Bertolak dari inilah banyak yang tergelincir karena mata, dan wajib memperingatkan tentangnya.
Abu hurairah rahu meriwayatkan bahwa nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ”
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kepada anak keturunan adam nasib perzinaanya yang tidak mustahil ia akan menjalaninya. Da mata zinanya ialah melihat, dua telinga zinanya ialah mendengar, lisan zinanya adalah bicara dan hati zinanya ialah berkeinginan dan angan-angan. Sedangkan semua itu akan ditindaklanjuti atau ditolak oleh kemualuan.” [2]
[1] Tafsir Albaghawi Surat An-Nur:30
[2] HR. Muslim
Jarir bin Abdullah rahu berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengenai melihat tanpa sengaja, maka beliau bersabda:
اصرف بصرك
“Palingkanlah pandanganmu.” [3]
Oleh karena itu saudaraku hendaknya kita selalu menjaga pandangan dari hal-hal yang diharamkan, dan kalaupun itu tidak disengaja maka dengan segera hendaknya kita palingkan pandangan tersebut karena sungguh hati ini lemah sementara fitnah diluar sana selalu menyambar-nyambar tanpa henti. Memalingkan pandangan disini bisa mengarahkan wajah kita ketanah ataupun kearah lain yang selamat dari fitnah. Dan begitu juga nasihat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada Ali rahu, beliau bersabda:
يا على، لا تتبع النظرة النظرة، فإنما لك الأولى وليست لك الثانية
“Ya Ali, janganlah kau ikuti pandangan yang satu kepada pandangan berikutnya karena sesungguhnya bagimu yang pertama dan bukanlah bagimu yang kedua.” [4]
Untuk lebih memotivasi agar hendaknya kita menjaga pandangan dari yang diharamkan adalah dengan mengetahui betapa bahayanya melepas pandangan secara berlebihan.
Pertama, pandangan yang berlebihan adalah maksiat dan menyelisihi perintah Allah Subhanahu wata’ala. Tak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba didunia dan diakhiratnya selain menunaikan perintah Allah. Tak ada orang yang berbahaia, selain dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Disamping itu, tidak ada orang yang sengsara selain dengan menyia-nyiakan perintah-Nya.
Kedua, mencerai beraikan dan menjauhkan hati dari Allah. Tidak ada yang lebih berbahaya bagi seorang hamba selain memandang secara berlebihan karena dengannya hati seorang hamba akan jauh dari Rabbnya dan hatinya akan tercerai berai tersibukkan oleh urusan dunia yang tidak bermanfaat. Sementara menundukkan pandangan dari hal yang diharamkan, dapat menyebabkan hati cinta kepada Rabbnya dan dan disatukan hatinya.
Ketiga, menjadikan hati gelap. Bila hati sudah gelap berbagai cobaan dan kejelekkan akan menimpanya dari segala penjuru. Silakan anda berbuat maksiat kepada Allah, menuruti hawa nafsu dan menjauhi petunjuk, berpaling dari sebab-sebab kebahagiaan dan sibuk dengan sebab-sebab kesengsaraan! Namun, perlu diingat bahwa semua itu akan menutupi cahaya dalam hati.
Jika cahaya tersebnut hilang, pemiliknya laksana orang buta yang berjalan di kegelapan, sementara itu, menahan pandangan karena Allah Subhanahu wata’ala menyebabkan hati bercahaya dan berkilau. Semua itu tampak jelas dalam sorot mata, wajah dan anggota badan. Sehingga, zikir kepada Allah Subhanahu wata’ala ialah bukti cahaya setelah menunaikan perintah menahan pandangan. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya.. (An-Nur:30).
Setelah itu Allah berfirman, “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah sebuah lubang yang tak tembus….” (An-Nur:35).
Maksudnya, perumpamaan cahaya Allah dalam hati hamba-Nya yang mukmin, yang melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-Nya. Bila hati bercahaya, ia menerima berbagai kebaikan yang datang kepadanya dari segala sisi.
Keempat, pandangan berlebihan bisa mengeraskan hati dan menyumbat pintu ilmu. Sementara menahan pandangan akan membukakan pintu ilmu dan memudahkan sebab-sebabnya bagi hamba. Semua itu disebabkan oleh cahaya hati. Karena bila hati bercahaya, menjadi jelaslah hakikat segala sesuatu.
Kelima, pandangan yang berlebihan tak ubahnya mempersolahkan setan masuk ke dalam hati. Sebab, setan masuk ked dalam hati lebih cepat daripada masulmua udara di ruang kosong. Lalu, setan tadi mencitrakan indah serta menghiasi apa yang dilihatnya dan menjadikannya berhala yang disembah hati.
[3] HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad-Darimy
[2] syarh al-ma’any al-atsari
Setelah itu, ia sulut api syahwat dan ia lemparkan kayu-kayu maksiat yag sebelumnya tidak sampai kepadanya tanpa melalui barang yang dilihat tadi. Hati pun bergolak karena dikelilingi api dari segala penjuru, sementara ia berada di tengah-tengahnya, bagaikan kambing ditengah-tengah tungku pembakaran.
Karena itulah, siksa orang-orang yang mengumbar syahwat terhadap hal-hal yang diharamkan ialah, kelak di alam barzakh mereka dibuatkan tungku pembakaran dari api. Arwah-arwah mereka diletakkan di atasnya hingga jasad-jasad mereka dikumpulkan. Sementara itu, menahan pandangan bisa menyumbat jalan masuk setan kedalam hati.
Keenam, melepaskan pandangan bisa menjerumuskan hamba ke dalam kelalaian dan mempertururkan hawa nafsu. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Dan janganlah kedua matamu bepaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adlah keadaanya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28).
Melepaskan pandangan mengakibatkan tiga perkara ini yaitu hati dilalaikan, menuruti hawa nafsu dan melampaui batas, sedangkan menahannya karena Allah Subhanahu wata’ala, bisa meluangkan hati untuk memikirkan kemaslahatan dan menyibukkan diri darinya.
Ketujuh, sesungguhnya pandangan memiliki peran dalam hati, layaknya anak panah dalam memanah. Jika ia tidak mematikan, setidaknya akan melukai. Atau ia laksana percikan api yang dilemparkan ke hamparan rumput kering. Jika tidak membakar semuanya setidaknya ia akan membakar sebagian besarnya. Sebagaimana ungkapan mengatakan:
“segala peristiwa berawal dari pandangan mata
Jilatan api bermula dari setitik bara
Betapa banyak pandangan yang membelah hati
Laksana anak panah yang meleset dari tali
Selagi manusia masih memiliki mata untuk memandang
Ia tidak lepas dari bahaya yang menghadang
Senang di permulaan dan ada bahaya di kemudian
Tiada ucapan selamat datang bagi kejahatan yang membawa bahaya saat kembali”
Orang yang melihat itu seperti melempar anak panah yang berbalik kepada dirinya sendiri, namun ia tidak merasa.
Kedelapan, memandang secara berlebnihan dan melepaskannya mengakibatkan penyesalan, keluh kesah, dan kepanasan. Sebab, kadangkala seseorang akan melihat sesuatu yang tidak mampu ia raih atau tidak bisa bersabar atasnya. Seorang penyair mengatakan:
“saat kau lepaskan pandanganmu sebagai pemandu
Hatimu pada suatu hari, semua pemandangan melelahkanmu
sebab, engkau melihat sesauatu yang tak semuanya mampu kau raih
Tidak pula engkau bisa bersabar pada sebagiannya”
Kesembilan, sesungguhnya pandangan bisa melukai hati, yang diikuti luka demi luka. Kemudian, pedihnya luka tak mampu lagi mencegahnya untuk mengulangi (saking banyaknya luka).
‘kau terus mengikutkan pandangan dengan pandangan lain
Dibelakang perkara yang manis
Kau kira obat untuk lukamu
Padahal ia luka diatas luka
Kau bunuh pandanganmu dengan tangisan
Maka hatimu jadi terbunuh”
Kesepuluh, melepaskan pandangan bisa meredupkan cahaya bashirah (mata hati). Sebab, balsan itu diberikan sesuai jenis amalan yang dilakukan. Adapun menahan pandangan, bisa mendatangkan cahaya mata hati. Sebagaimana syah bin syuja’ al karmani mengatakan, barangsiapa nenyibukkan anggota badannya dengan mengikuti sunnah, menyibukkan htinya dengan selalu ber-muraqabah (perasaan selalu diawasi oleh Allah), menahan pandangannya dari perkara-perkara haram, mencegah nafsunya dari menuruti syahwat, dan membiasakan dengan yang halal, firasatnya tak akan meleset.” Sebagai catatan, Syah ini firasatnya tak pernah salah.
Disusun oleh: Sahl Suyono
Sebagian besar dinukil dari Buku “Tazkiatun Nafs Penyujian Jiwa Dalam Islam” karya Syaikh Ahmad Farid hafizahullah
BACA JUGA :
Ajukan Pertanyaan atau Komentar