Kisah Haru Yang Mengundang Tangis – Bismillah segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Rasulullah Shallahu Wasallam, kepada keluarga-keluarga beliau, kepada sahabat-sahabat beliau serta orang-orang yang sabar didalam mengikuti ajaran-ajaran beliau.
Pendidikan dengan melalui kisah-kisah yang indah, membuat hati terharu, atau bahkan sanggup membuat kita menitikkan air mata dan hal ini sangat tepat untuk semua kalangan, baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Pendidikan melalui kisah-kisah seperti ini lebih mudah dicerna dan lebih mudah menyentuh hati, sehingga iman yang ada dalam hati kita akan lebih meningkat, menjadi lebih baik dan bertakwa. Oleh karena itu jika kita berkaca pada al-qur’an, maka ia mengandung kisah-kisah agar menjadi pengajaran bagi kita, sebagaimana firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ
Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111).
Dan pengaruh pengajaran ini akan meneguhkan hati kaum muslimin dalam meniti jalannya yang lurus, sebagaimana yang Dia ‘Azza Wa Jalla sebutkan dalam firman-nya:
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۚ وَجَآءَكَ فِى هَٰذِهِ ٱلْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang–orang yang beriman.” (QS.Hud: 120)
Dengan kisah-kisah itu pula kita dapat meneladani para rasul, para syuhada dan orang-orang shalih, di mana mereka adalah orang-orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah Subhaanahuu Wa Ta’ala dengan mengambil hidayah-Nya dalam kehidupan mereka, sehingga mereka diridhai-Nya, tidak dimurkai atau disesatkan-Nya.
Kita kemukakan di sini kisah-kisah yang benar-benar terjadi, bukan isapan jempol belaka, atau kisah rekaan yang penuh khayalan, Adapun jika sebagian orang menilai bahwa sebagian kisah-kisah tersebut laksana dongeng-dongeng atau mitos, maka hal itu dikarenakan keajaiban yang luar biasa dari perjalanan hidup para tokohnya, sebagai cerminan dari ketinggian keimanan, keteguhan, keyakinan, dan kesabaran mereka. Dan hal ini pula yang kadang-kadang menyebabkan air mata kita menitik Ketika membaca dan mentafakkurinya.
Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar kisah-kisah ini melunakkan hati kita sehingga menjadi lebih peka untuk menerima kebenaran. Dan semoga kisah-kisah ini memompa semangat dan motivasi kita untuk beribadah kepada-Nya dengan lebih ikhlas dan giat di dalam mengaharap ridho Allah dan wajah-Nya. Aamiin.
Kisah pertama: kisah Ya’qub ‘Alaihisalam yang mencium bau Nabi Yusuf ‘Alaihissalam, dan kisah yang mirip denganya di zaman Umar bin Khotob Radhiyallahu’anhu
Puluhan tahun lamanya Nabi Ya’qub ‘Alahissalam berpisah dengan belahan jiwanya, yakni Nabi Yusuf ‘Alahissalam. Allah Ta’ala mengambarkan kesedihanya yang beliau rasakan dalam firman-nya:
وَقَالَ يَٰأَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ وَٱبْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ ٱلْحُزْنِ…
Artinya: “Ia berkata, aduhai duka citaku terhadap Yusuf, ‘Alaihissalam, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan…”(QS.yusuf: 84).
Karena banyaknya tangisan dan air mata, maka hitam bola matanya berubah menjadi putih. Tergambar pula bagaimana penderitaan beliau sekaligus kecintaan beliau terhadap puteranya itu, sehingga hal ini menyebabkan saudara-saudara Nabi Yusuf ‘Alahissalam berkata kepada ayahnya:
قَالُوا۟ تَٱللَّهِ تَفْتَؤُا۟ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّىٰ تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ ٱلْهَٰلِكِينَ
Artinya: “Mereka berkata: demi allah, engkau selalu mengingat-ingat Yusuf, sehingga engkau mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa.” (QS. Yusuf: 85)
Namun bagaimanapun keadaannya, Nabi Ya’qub tetap sabar dengan kesabaran yang indah (shabrun jamiil) yakni hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanya hanya kepada Allah Ta’ala, sebagaimana firman Allah ‘Azza Wa Jalla:
قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ….
Artinya: “Ya’qub berkata: ‘sesungguhnya aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku hanya kepada allah…” (QS. Yusuf: 86)
Ya’qub tetap optimis untuk berjumpa Kembali dengan Yusuf dan Bunyamin, saudara Yusuf yang sedang ditawan raja mesir. Ia berkata kepada anak-anaknya:
يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُون
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).
Menyertai ikhtiarnya, beliau tidak lupa berdo’a kepada Rabb-Nya ‘Azza Wa Jalla:
عسى الله أن يأتيهم بهم جميعا
Artinya: “Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku.” (QS. Yusuf: 83)
Sebuah do’a yang menunjukkan pula persangkaannya yang baik kepada Allah bahwa puteranya, Yusuf masih hidup. Dan Allah tidak menyia-nyiakan optimis dan prasangka baik beliau yang disertai ikhtiar dan do’a itu. Nun jauh di mesir, Yusuf ‘Alahissalam memerintahkan:
ٱذْهَبُوا۟ بِقَمِيصِى هَٰذَا فَأَلْقُوهُ عَلَىٰ وَجْهِ أَبِى يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِى بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ
Artinya: “Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat Kembali: dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku.” (QS. Yusuf: 93)
Lalu perhatikanlah, betapa kuatnya keterikatan batin seorang ayah dengan anaknya. Nabi Ya’qub ‘Alaihissalam telah merasakan wanginya nabi Yusuf ‘Alahissalam yang bersumber dari gamisnya yang baru memasuki kota di mana Nabi Ya’qub tinggal.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَمَّا فَصَلَتِ ٱلْعِيرُ قَالَ أَبُوهُمْ إِنِّى لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَ ۖ …
Artinya: “Tatkala kafilah itu telah keluar (dari negeri mesir) berkata ayah mereka: sesungguhnya aku mencium bau Yusuf,…” (QS. Yusuf: 94).
Padahal masih sangat jauh jarak antara Nabi Ya’qub ‘Alahissalam dengan gamis Nabi Yusuf ‘Alahissalam! Akan tetapi aromanya telah tercium.!
Ini sungguh menakjubkan. Dan terciumnya bau seorang anak oleh orang tuanya setelah perpisahan yang cukup lama terjadi pula pada masa Umar bin Khottob Radhiyallahu’anhu. Ini terjadi pada Umayyah bin al-Askar Rahimahullah.
Ia (Umayyah) memiliki anak yang Bernama Kilab. Dan Kilab adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia (Kilab) pergi berjihad meninggalkan kedua orang tuanya, dan tentu saja setelah meminta keridhaan kedua orang tuanya. Akan tetapi kepulangan Kilab (dari medan perang) mengalami keterlambatan. Maka Umayyah sangat bersedih atas anaknya yang belum pulang. Ketika melihat seekor induk burung merpati memanggil-manggil anaknya, maka ia menangis. Maka ia menggubah sebuah puisi yang biasa dibaca oleh para pengendara hingga hari ini. Sebagian bait puisi itu berbunyi:
Ketika seekor merpati bersuara di atas sebatang pohon, (memanggil anak-anaknya),
Maka ingatlah keduanya kepada Kilab.
Maksud keduanya adalah dirinya dan isterinya.
Kemudian ia mengalami kebutaan. Lalu ia datang kepada Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu’anhu, berharap agar ia mengembalikan Kilab (dari medan perang). Maka Umar Radhiyallahu’anhu pun menetapkan kepulangan Kilab. Tatkala Kilab tiba, maka Umar bertanya tentang perbuatan baiknya kepada bapaknya. Maka Kilab menjawab: “Aku mendahulukannya dan mencukupi segala urusannya. Ketika aku hendak merah susu untuknya, maka aku mendatangi salah satu untanya yang paling banyak mengeluarkan air susu. Kemudian aku mengistirahatkan unta itu dan membiarkannya hingga unta itu tenang. Kemudian aku mencuci ambing (tempat keluar susunya) itu hingga dingin. Kemudian barulah aku memerahnya dan memberikanya kepada ayahku untuk diminum.”
Kemudian Umar Radhiyallahu’anhu memerintahkan Kilab untuk memerah unta dengan cara sebagaimana yang biasa ia lakukan. Dan Umar mengambil wadah untuk susu yang diperah Kilab. Lalu Umar memberikan susu perahan Kilab itu kepada ayahnya. Umar berkata kepada ayah Kilab: “minumlah.” Maka tatkala ia mengambilnya ia berkata, “demi Allah, wahai Amirul mukminin, sesungguhnya aku benar-benar mencium aroma tangan Kilab.
Maka Umar Radhiyallahu’anhu menangis. Ia berkata, “inilah Kilab”. Maka ayah Kilab melompat dan memeluk Kilab. Umar Radhiyallah’anhu menangis, dan orang-orang yang hadir pun menangis. Mereka berkata kepada Kilab: “tetaplah tinggal bersama kedua orang tuamu. Bersungguh-sungguhlah mengurus keduanya selama mereka berdua masih hidup.
Kisah kedua: Mereka pun keluar seakan-akan mereka bangkit dari kubur, lalu mereka masuk islam
Ketinggian akhlak dan kelemah lembutan beliau begitu jelas dan Nampak. Meskipun dahulu beliau dan para sahabatnya kenyang dengan penderitaan akibat gangguan, hinaan, bahkan ancaman pembunuhan dan kaum quraisy hingga beliau harus hijrah ke Madinah namun tidak ada dendam kesumat atau arogansi dalam penaklukan mereka saat futuh Makkah, negeri yang sangat beliau cintai itu.
Beliau Shallallaahu’alahi Wa Sallam bersabda:
وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ، وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ، وَلَوْلاَ أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ.
Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya engkau (Makkah) adalah bumi Allah yang paling baik dan bumi Allah yang paling dicintai-Nya. Sekiranya aku tidak diusir darimu, niscaya aku tidak akan keluar.”
Berikut ini adalah cuplikan dari kisah futuh Makkah:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa ketika Nabi Shallallaahu’alahi Wa Sallam memasuki kota Makkah, beliau mengutus az-Zubair bin al-awwam, abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Khalid bin Al-Walid di atas kuda. Dan beliau bersabda:
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ اهْتِفْ بِالْأَنْصَارِ
Artinya: “Wahai abu Hurairah, berteriaklah kepada kaum anshar (panggilah mereka).” Nabi Shallallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda:
اسْلُكُوا هَذَا الطَّرِيقَ، فَلَا يَشْرُفَنَّ لَكُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَنَمْتُمُوهُ.
Artinya: “Tempuhlah jalan ini. Jangan ada seorang pun yang melihat kalian kecuali kalian bunuh orang itu.” Maka seseorang berseru: “tidak ada (musyrik) Quraisy setelah ini. Maka Rasulullah Shallallaahu’alahi Wa Sallam bersabda:
من أغلق عليه بابه فهو آمن، ومن دخل المسجد فهو آمن، ومن دخل دار أبي سفيان فهو آمن
Artinya: “Barangsiapa menutup pintu rumah maka ia aman, masuk masjid maka ia aman. Barangsiapa yang masuk ke rumah abu Sufyan maka ia aman.” (Al-Um: 7/382)
Dan Rasulullah Shallallaahu’alahi Wa Sallam bermaksud untuk menemui para tokoh pemimpin quraisy. Lalu mereka memasuki ka’bah sehingga ka’bah penuh sesak oleh mereka. Nabi Shallallaahu’alahi Wa Sallam thawaf dan shalat di belakang maqam Ibrahim. Kemudian Nabi Shallallaahu’alaihi Wa Sallam memegang dua tepi pintu ka’bah, maka mereka (para tokoh pemimpin quraisy) keluar dan membai’at Nabi Shallallaahu’alahi Wa Sallam (yakni masuk islam dan berjanji setia kepada Nabi Shallallaahu’alahi Wa Sallam).
Al-Qasim bin Salam bin Miskin menambahkan dari ayahnya dengan sanad ini: Kemudian nabi mendatangi ka’bah dan memegang kedua kusen pintunya, lalu beliau bersabda:
ما تقولون؟ و ما تظنون؟
Artinya: Mereka berkata, “Engkau anak saudaraku dan engkau anak pamanku yang penyantun dan penyayang.” (HR. Al-Azraqi dalam Akhbar Makkah (2/121))
Perawi berkata: mereka mengatakan hal itu tiga kali.
Maka Rasulullah Shallallaahu’alahi Wa Sallam bersabda:
أقول كما قال يوسف: لا تثريب عليكم اليوم يغفر الله لكم وهو أرحم الراحمين.
Artinya: “Aku mengatakan seperti ini yang dikatakan oleh Nabi Yusuf: ‘pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian), dan dia adalah maha penyayang di antara para penyayang.” (HR. Al-Azraqi dalam Akhbar Makkah (2/121))
Perawi berkata: “Maka mereka pun keluar seakan-akan mereka bangkit dari kubur, lalu mereka masuk islam.”
(sunan al-baihaqi, XIII/440/ Sunan an-Nasa-I al-Kubraa, VI/382).
Alhamdulillah, insya allah akan berlanjut ke kisah berikutnya…
Semoga Allah selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya. Aamiin
Refresnsi:
Diambil dari buku karangan abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah (yang berjudul: kisah haru yang mengundang tangis) cetakan: Pustaka Ibnu Umar
Diringkas oleh: Supan Jaya (Pengabdian Ponpes Darul Qur’an wal-hadits oku timur) dengan sedikit editan dibagian Muqoddimah.
BACA JUGA :
Leave a Reply