Keutamaan Utsman bin Affan – Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji hanya bagi Allah, milik-Nyalah kemuliaan, karunia yang agung, kenikmatan, dan kebahagiaan yang hakiki hanya ada di sisi-Nya. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi terakhir, Nabi Muhammad beserta seluruh keluarga dan sahabat beliau, termasuk juga untuk orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Amma ba’du:
Salah satu metode belajar para orang-orang shalih adalah mengambil pelajaran dari sejarah kehidupan orang-orang sebelum mereka, baik itu dari kalangan orang shalih maupun orang yang durhaka. Mempelajari sejarah hidup memiliki banyak faedah yang sangat penting, di antaranya: mengambil pelajaran dari kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang yang durhaka kepada Allah maupun mengambil pelajaran dari kebaikan yang dilakukan orang shalih untuk ditiru. Artikel lalu kita sudah membahas keutamaan seorang khalifah kedua, Umar bin Al-Khaththab -semoga Allah meridhainya-, maka pada artikel kali ini kita akan melanjutkan keutamaan khalifah yang ketiga, yaitu Utsman bin Affan -semoga Allah meridhainya-.
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin ‘Adnan. Nama kunyah beliau adalah Abu Amr dan Abu Abdullah, al-Quraisy al-Umawi, Amirul Mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan merupakan suami dari dua orang putri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Berikut kelebihan-kelebihan Utsman bin Affan -semoga Allah meridhainya-:
-
Utsman adalah Salah Satu Penghuni Surga
Hal ini dikabarkan langsung oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana dikisahkan oleh sahabar Abu Musa Al-Asy’ari -semoga Allah meridhainya-:
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- أَنَّهُ تَوَضَّأ في بيتِهِ، ثُمَّ خَرَج، فقَال: لَأَلْزَمَنَّ رسُول الله -صلَّى الله علَيه وسلَّم- ولَأَكُونَنَّ مَعَهُ يَومِي هَذَا، فَجَاءَ الْمَسْجِدَ، فَسَألَ عَنِ النبيِّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- فَقَالُوا وَجَّهَ هَاهُنَا، قال: فَخَرَجْتُ عَلَى أَثَرِهِ أَسأَلُ عنْهُ، حتَّى دخَلَ بِئْرَ أَرِيسٍ، فَجَلَستُ عِندَ البَابِ حتَّى قَضَى رسُولُ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- حَاجَتَهُ وَتَوَضَّأ، فَقُمتُ إِلَيهِ، فَإِذَا هُوَ قَدْ جَلَسَ عَلَى بِئْرِ أَرِيسٍ وَتَوَسَّطَ قُفَّهَا، وكَشَفَ عَنْ سَاقَيهِ وَدلَّاهُمَا فِي البِئرِ، فَسَلَّمتُ علَيه ثُمَّ انْصَرَفْتُ، فَجَلَسْتُ عِند البَابِ، فقُلتُ: لأَكُونَنَّ بَوَّابَ رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- اليَومَ، فجَاءَ أَبُو بَكر -رضِيَ الله عنْهُ- فَدَفَعَ البَابَ، فقُلتُ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: أَبُو بَكْرٍ، فقُلتُ: عَلَى رِسْلِكَ، ثُمَّ ذَهَبتُ، فَقُلْتُ: يَا رسُولَ الله، هَذَا أبُو بكرٍ يَسْتَأذِنُ، فقَالَ: «ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالجَنَّةِ» فَأَقْبَلْتُ حتَّى قُلتُ لَأَبِي بَكْرٍ: ادْخُلْ وَرَسُولُ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- يُبَشِّرُكَ بِالْجَنَّةِ، فَدَخَلَ أَبُو بَكرٍ حَتَّى جَلَسَ عَن يَمِينِ النبيِّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- مَعَهُ فِي القُفِّ، ودَلَّى رِجْلَيهِ فِي البِئْرِ كَمَا صَنَعَ رَسُولُ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- وَكَشَفَ عَنْ سَاقَيهِ، ثُمَّ رَجَعْتُ وَجَلَسْتُ، وَقَدْ تَرَكْتُ أَخِي يَتَوَضَّأ وَيَلْحَقُنِي، فَقُلْتُ: إِنْ يُرِدِ اللهُ بِفُلاَنٍ – يُريِدُ أَخَاهُ – خَيرًا يَأتِ بِهِ، فَإِذَا إِنسَانٌ يُحَرِّكُ البَّابَ، فقُلتُ: مَنْ هَذَا؟ فقَالَ: عُمَرُ بن الخَطَّابِ، فقُلتُ: عَلَى رِسْلِكَ، ثُمَّ جِئْتُ إِلَى رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- فَسَلَّمْتُ عَلَيهِ وقُلْتُ: هَذَا عُمَرُ يَسْتَأْذِنُ؟ فَقَال: «ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالجَنَّةِ» فَجِئْتُ عُمَرَ، فَقُلتُ: أَذِنَ وَيُبَشِّرُكَ رَسُولُ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بِالجَنَّةِ، فَدَخَلَ فَجَلَسَ مَعَ رسُولِ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- فِي القُفِّ عَنْ يَسَارِهِ وَدَلَّى رِجْلَيهِ فِي البِئْرِ، ثُمَّ رَجَعْتُ فَجَلَسْتُ، فَقُلتُ: إِن يُرِدِ اللهُ بِفُلاَنٍ خَيرًا -يعنِي أَخَاهُ- يَأتِ بِهِ، فَجَاءَ إِنسَانٌ فَحَرَّكَ البَابَ، فقُلتُ: مَنْ هَذَا؟ فقَالَ: عُثمَانُ بنُ عَفَّان، فقُلتُ: عَلَى رِسْلِكَ، وَجِئتُ النبِيَّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- فَأَخبَرتُهُ، فقَالَ: «ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرهُ بِالجَنَّةِ مَعَ بَلوَى تُصِيبُهُ» فَجِئتُ، فقُلتُ: ادْخُل وَيُبَشِّرُكَ رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بِالجَنَّةِ مَعَ بَلوَى تُصِيبُكَ، فَدَخَلَ فَوَجَدَ القُفَّ قَدْ مُلِئَ، فَجَلَسَ وِجَاهَهُم مِنَ الشِقِّ الآخَرِ. قال سعيد بنُ الْمُسَيِّبِ: فَأَوَّلْتُهَا قُبُورَهُم. وزاد في رواية: وَأَمَرَنِي رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بِحفظِ البابِ، وفيها: أنَّ عُثمَانَ حِينَ بَشَّرَهُ حَمِدَ الله -تَعَالَى-، ثُمَّ قَالَ: اللهُ الْمُسْتَعَانُ.
Artinya: “Dari Abu Musa Al-Asy’ari -raḍiyallāhu ‘anhu- bahwa ia berwudu di rumahnya kemudian keluar. Lalu ia berkata, “Aku akan menemani Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- dan aku akan bersamanya di hariku ini.” Lantas ia mendatangi masjid lalu menanyakan Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-. Orang-orang menjawab, “Beliau keluar ke arah sana.” Ia berkata, “Aku pun keluar mengejarnya, aku menanyakannya sampai beliau masuk ke sumur Arīs. Aku duduk di dekat pintu hingga Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- menyelesaikan keperluannya dan berwudu. Aku pun berdiri menghampiri beliau. Ternyata beliau sedang duduk di atas sumur Arīs, di tengah-tengah tepinya. Beliau menyingkapkan kedua betisnya dan menjulurkan keduanya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau lalu kembali lagi duduk di dekat pintu. Aku berkata, “Aku akan menjadi penjaga pintu Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- hari ini. Lantas datang Abu Bakar -raḍiyallāhu ‘anhu- lalu ia mendorong pintu. Aku bertanya, “Siapa ini?” Ia menjawab, “Abu Bakar.” Aku katakan, “Sebentar.” Selanjutnya aku pergi (menemui Nabi) lalu aku katakan, “Wahai Rasulullah, ini Abu Bakar datang meminta izin (masuk).” Beliau bersabda, “Izinkan dia dan berilah kabar gembira berupa Surga untuknya.” Lalu aku datang menghampirinya hingga aku berkata kepada Abu Bakar, “Masuklah, dan Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- memberimu kabar gembira berupa Surga.” Abu Bakar masuk lalu duduk di samping kanan Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- di tepi sumur dan menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur seperti yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- serta menyingkapkan kedua betisnya. Kemudian aku kembali ke tempat dan duduk, dan aku membiarkan saudaraku berwudu serta menyusulku. Aku berkata, “Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seseorang -yaitu saudaranya- Dia pasti mendatangkannya. Tiba-tiba ada seseorang menggerak-gerakkan pintu. Aku pun bertanya, “Siapa ini?” Ia menjawab, “Umar bin Al-Khaṭṭāb.” Aku berkata, “Sebentar.” Kemudian aku mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- lalu mengucapkan salam kepadanya dan berkata, “Ini Umar meminta izin.” Beliau bersabda, “Berilah ia izin dan berilah ia kabar gembira berupa Surga.” Aku pun mendatangi Umar lalu berkata, “Beliau telah memberi izin dan memberimu kabar gembira berupa Surga.” Lantas Umar masuk lalu duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- di tepi sumur, di sebelah kiri beliau, dan menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Selanjutnya aku kembali dan duduk. Aku berkata, “Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seseorang -maksudnya saudaranya- pasti Dia mendatangkannya. Tiba-tiba datang seseorang lalu menggerak-gerakkan pintu. Aku pun bertanya, “Siapa ini?” Ia menjawab, “Uṡmān bin ‘Affān.” Aku berkata, “Sebentar.” Aku mendatangi Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- lalu mengabarkan kedatangannya kepada beliau. Beliau bersabda, “Berilah ia izin dan berilah ia kabar gembira berupa Surga beserta bencana yang menimpanya.” Aku pun mendatangi Uṡmān lalu berkata, “Masuklah dan beliau memberimu kabar gembira berupa Surga beserta bencana yang akan menimpamu.” Uṡmān masuk dan mendapati tepi sumur sudah penuh, maka dia pun duduk di hadapan mereka di sisi lainnya.” Sa’īd bin Al-Musayyab berkata, “Aku menakwilkannya sebagai posisi kubur mereka.” Dalam sebuah riwayat, Abu Musa menambahkan, “Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- memerintahkanku untuk menjaga pintu.” Dalam riwayat itu disebutkan bahwa ketika Uṡmān diberi kabar gembira tersebut, dia memuji Allah -Ta’ālā- lalu berkata, “Allah tempat meminta pertolongan.”[1]
Dalil kedua, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
من يحفر بئر رومة فله الجنة, فحفرها عثمان
Artinya: “’Barangsiapa yang menggali Sumur Romah, maka dia mendapatkan surga’, maka sumur tersebut digali oleh Utsman.”[2]
Dalil ketiga, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
من خهر جيش العسرة فله الجنة, فجهره عثمان
Artinya: “’Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah, maka dia mendapatkan surga’, maka Utsman mendanai sumur tersebut.”[3]
-
Kabar Gembira Bahwa Utsman Seorang Syahid
Diriwayatkan dari Qatadah bahwa Anas bin Malik -semoga Allah meridhai mereka berdua- berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mendaki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman, lantas gunung tersebut bergoncang, maka beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda,
اسكن أحد -أظنه ضربه برجله- فليس عليك إلا نبي, و صديق, وشهيدان
Artinya: “Tenanglah wahai Uhud! -kalau tidak salah (ingat) bekiau menghentakkan kakinya padanya- tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan hanya seorang Nabi, seorang ash-Shiddiq dan dua orang syahid.”[4]
-
Rasa Malu yang Dimiliki Utsman
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أرحم أمتي بأمتي أبو بكر، وأشدهم في أمر الله عمر، وأصدقهم حياء عثمان، وأعلمهم بالحلال والحرام معاذ بن جبل، وأفرضهم زيد بن ثابت، وأقرؤهم أبيّ، ولكل أمة أمين وأمين هذه الأمة أبو عبيدة بن الجراح.
Artinya: “Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling jujur dalam sifat malunya adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit, yang paling hafal tentang Al-Quran adalah Ubay. Setiap umat mempunyai seorang kepercayaan dan orang kepercayaan umatku adalah Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah.”[5]
-
Kedudukan Utsman bin Affan di Tengah Umat Islam
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
رأَيْتُ قُبَيلَ الفجرِ كأنِّي أُعطِيتُ المقاليدَ والموازينَ فأمَّا المقاليدُ فهذه المفاتيحُ وأمَّا الموازينُ فهذه الَّتي يُوزَنُ بها فوُضِعْتُ في كِفَّةٍ ووُضِعَتْ أمَّتي في كِفَّةٍ فوُزِنْتُ بهم فرجَحْتُ ثُمَّ جِيءَ بأبي بكرٍ فوُزِن بهم فوزَن ثُمَّ جِيءَ بعمرَ فوُزِن بهم فوزَن ثُمَّ جِيءَ بعثمانَ فوُزِن بهم ثُمَّ رُفِعَتْ
Artinya: “Aku melihat sebelum fajar seakan-akan aku diberi al-Maqalid dan timbangan. Adapun al-Maqalid adalah kunci-kunci, sedangkan timbangan adalah yang biasa digunakan untuk menimbang. Kemudian aku diletakkan pada daun timbangan yang lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian datanglah Abu Bakar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Abu Bakar sama berat dengan mereka. Kemudian datang Umar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Umar sama berat dengan mereka. Lalu didatangkan Utsman dan ditimbang dengan mereka, ternyata Utsman sama berat dengan mereka. Kemudian timbangan itu diangkat.”[6]
-
Wasiat Nabi Kepada Utsman Agar Tetap Sabar dan Tidak Memenuhi Tuntutan Turun dari Jabatan
Imam Ahmad berkata, Abul Mughirah telah mengatakan kepada kami dan berkata, Al-Walid bin Sulaiman telah mengatakan kepada kami dan berkata, Rabi’ah bin Yazid telah mengatakan kepadaku dari Abdullah bin Amir, dari an-Nu’man bin Basyir, dari Aisyah -semoga Allah meridhainya- ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengutus orang kepada Utsman bin Affan agar datang menghadap. Ketika ia datang, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang kami pun menyambut kedatangan yang lain dan ucapan terakhirnyang diucapkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sambil menepuk pundaknya,
يا عثمان، إن الله عز وجل عسى أن يلبسك قميصا، فإن أرادك المنافقون على خلعه، فلا تخلعه حتى تلقاني, ثلاثا
Artinya: “’Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan menyandangkan untukmu sebuah pakaian, dan jika orang-orang munafik ingin engkau meninggalkan pakaian tersebut, maka jangan engkau lepaskan, hingga engaku menemuiku (meninggal).’ Beliau mengulangnya sebanyak tiga kali.”[7]
-
Berita Tentang Fitnah yang Akan Menimpa Utsman dan Syahidnya Beliau karenaTeguh di Atas Kebenaran
Dari Murrah al-Bahzi beliau berkata,
بينما نحن مع نبي الله صلى الله عليه وسلم في طريق من طرق المدينة، فقال: ” كيف تصنعون في فتنة تثور في أقطار الأرض كأنها صياصي بقر؟ ” قالوا: نصنع ماذا يا نبي الله؟ قال: ” عليكم هذا وأصحابه “، أو ” اتبعوا هذا وأصحابه “، قال: فأسرعت حتى عييت، فلحقت الرجل، فقلت: هذا يا رسول الله؟ قال: ” هذا “، فإذا هو عثمان بن عفان، فقال: ” هذا وأصحابه “
Artinya: “Di saat kami tengah bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di sebuah jalan yang ada di Madinah, beliau bersabda, ‘Apa yang akan kalian lakukan jika fitnah menerjang seluruh penjuru bumi bagaikan tanduk sapi?’ Mereka bertanya, ‘Apa yang harus kami lakukan ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Ikutilah orang ini dan sahabat-sahabatnya.’ Aku pun mempercepat jalanku agar jelas bagiku hingga aku mendekati lelaku tersebut lalu kukatakan, ‘Apakah dia yang engkau maksud ya Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, dia.’ Ternyata laki-laki itu adalah Utsman bin Affan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata lagi, ‘Ya, dia dan sahabat-sahabatnya.’[8]
-
Kesungguhan Utsman dalam Beribadah
Diriwayatkan dari Ibnu Umar berkata tentang firmah Allah Subhanahu Wata’ala:
أمَّن هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيلِ سَاجِداً وَقَآئِماً يَحذَرُ ٱلأٓخِرَةَ وَيَرجُواْ رَحمَةَ رَبِّهِۦ
Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?..”[9]
Bahwa yang dimaksud pada ayat itu adalah Utsman bin Affan.[10]
Betapa mengagungkannya sosok Utsman bin Affan ini. Kita akan melanjutkan sejarah hidup beliau, insyaallah. Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad, sahabat dan keluarga beliau.
Referensi:
Katsir, Al-Hafizh Ibnu (2017). Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung. (A. Abu Ihsan, terjemahan). Hal: 420-433. Jakarta: Darul Haq.
Dinukil oleh:
Tamim Abu Zubair, S.T. (Staff Ponpes DQH OKU Timur)
[1] Muttafaqun ‘alaihi.
[2] HR. Al-Bukhari.
[3] Idem.
[4] HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi.
[5] HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah.
[6] HR. Ahmad.
[7] Idem.
[8] Idem.
[9] QS. Az-Zumar: 9.
[10] Tafsir Ibnu Katsir.
BACA JUGA :
Leave a Reply