
Kesabaran Dapat Meningkatkan Kebahagiaan – Dalam kesabaran terdapat keridhoan, ketaatan, kemauan yang keras, kesungguhan usaha, ketabahan yang besar serta kepasrahan dalam menghadapi berbagai cobaan. Sebagaimana telah ditunjukan oleh Rasulullah. Dalam perjalanan kehidupan Rasulullah tercermin keridhoan serta kesabaran beliau menerima cobaan-cobaan dari Allah. Beliau pernah hidup dalam keadaan fakir, beliau tetap ridho dan sabar menjalani hidup dalam keadaan fakir, bahkan tidak pernah makan kenyang selama tiga hari berturut-turut, beliau pernah meminjam gandum dari seorang Yahudi dengan menjaminkan baju perangnya, tidurnya pun hanya beralas tikar sehingga menimbulkan bekas tikar di kulit tulang belikatnya.
Beliau juga ridho dan sabar ketika beliau diperlakukan kasar oleh sahabatnya sendiri, sebagaimana yang dikisahkan oleh imam bukhori bahwa suatu hari ada seorang laki-laki yang menagih hutangnya kepada nabi dengan cara yang kasar, sehingga para sahabat marah dan akan memukul orang laki-laki itu, lalu nabi bersabda, “biarkanlah orang itu, setiap orang yang memiliki hak berhak untuk berkata”. Kemudian nabi membayar hutangnya kepada orang laki-laki itu dan memberi tambahan.
Sahabat Anas bercerita: suatu hari saya berjalan bersama nabi, saat itu beliau memakai baju yang kasar dan tebal, tiba-tiba ada orang desa yang menarik baju nabi dari belakang sampai leher nabi tercekik, lalu orang itu memanggil nabi dengan kasar, “hai Muhammad, beri aku harta dari baitul-mal”. Maka nabi menoleh kepada orang itu sambil tersenyum, lantas beliau memberi orang itu harat dari baitul-mal.
Beliau juga ridho dan sabar ketika orang-orang Quraisy yang mengintimidasinya dengan perlakuan fisik yang kasar, dengan tuduhan beliau sebagai pembohong bahkan harga dirinya diinjak-injak sehingga tidak dipercaya lagi. Ada yang menjulukinya sebagai pembohong, tukang sihir, dukun tebak, penyair bahkan dikatakan orang yang gila. Beliau juga ridho dan sabar tatkala perang uhud, kepalanya dipukul hingga berdarah, gigi serinya patah, bibir bawahnya sobek, bahkan pamannya terbunuh, sahabat-sahabatnya dibantai dan bala tentaranya dikalahkan. Beliau tetap kokoh, tegar, tawakal dan menyerahkan segalanya kepada Allah. Akhirnya buah dari kesabaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi semua itu adalah pertolongan dan kemenangan dari Allah.
Sekiranya kita dalam menetapi hidayah Allah ini menemui rintangan, penganiayaan, masa-masa sulit dan berbagai problem dalam kehidupan, kesemuanya merupakan cobaan dari Allah yang harus kita hadapi dengan sabar, tabah dan tawakal. Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepadaNya, percaya sepenuhnya terhadap janjiNya, ridho dengan apa yang dilakukanNya dengan husnudhon billah (berbaik sangka) kepadaNya dan menunggu dengan sabar akan pertolonganNya merupakan buah dari keimanan yang agung dan sifat mulia dari diri orang iman. Tatkala seorang hamba tenang dan yakin bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya, kemudian dia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Allah, maka dia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan dan kecukupan serta pertolongan dari Allah. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
Artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq, ayat 2)
Kesabaran adalah salah satu nilai moral dan spiritual yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan kesabaran, kita dapat menghadapi tantangan dan kesulitan dengan lebih baik, serta mencapai tujuan hidup yang lebih bermakna. Kesabaran adalah kemampuan untuk menahan diri dari emosi negatif, seperti marah, sedih, atau putus asa, ketika menghadapi kesulitan atau tantangan. Kesabaran juga berarti memiliki ketenangan dan kepercayaan diri dalam menghadapi situasi yang tidak pasti.
Manfaat Kesabaran
- Meningkatkan Kebahagiaan: Kesabaran membantu kita menghindari stres dan kecemasan, sehingga meningkatkan kebahagiaan hidup.
- Meningkatkan Kesyukuran: Dengan kesabaran, kita lebih menghargai apa yang kita miliki dan bersyukur atas nikmat Allah.
- Meningkatkan Kematangan Emosional: Kesabaran membantu kita mengendalikan emosi dan bertindak lebih dewasa.
- Meningkatkan Hubungan Sosial: Kesabaran membantu kita berkomunikasi lebih baik dan membangun hubungan yang lebih harmonis.
- Meningkatkan Kesuksesan: Kesabaran membantu kita mencapai tujuan hidup dengan lebih efektif.
Kesabaran adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan, kesyukuran, dan kesuksesan hidup. Dengan memahami definisi, manfaat, dan cara meningkatkan kesabaran, kita dapat mengembangkan kemampuan ini dan menjadi pribadi yang lebih baik.
4. Kewajiban bertaubat ketika berbuat salah.
Orang iman berbuat salah tidak lepas dari qodar Allah. Di samping bahwa memang manusia diciptakan sebagai makhluk yang lemah yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Manusia yang paling taqwa sekalipun tidak lepas dari kesalahan. Ditegaskan dalam dalil hadits dibawah ini.
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya: “Setiap anak cucu adam banyak berbuat salah dan sebaik baik orang yang berbuat salah adalah orang yang ahli bertaubat”. (hasan, HR. At-Tirmidzi dalam sunannya)
Bila orang iman berbuat salah hendaknya bisa segera menyadari kesalahannya dan menerimanya sebagai qodar, dengan hati ridho. Qodar berbuat salah merupakan peringatan dari Allah agar orang iman menyadari kelemahannya dan keterbatasan kemampuannya dan dapat mengambil hikmah dari kesalahannya untuk meningkatkan kebaikan-kebaikannya, amal sholihnya, iman dan ketaqwaannya. Dengan menyadari berbuat salah memang sudah ada qodarnya, orang iman yang berbuat salah tidak putis asa, tidak merasa jatuh mental, tidak malu atau gengsi mengakui kesalahannya kemudian bertaubat kepada Allah dan minta maaf kepada yang bersangkutan. Ingatlah bahwa syetan selalu berupaya agar orang iman yang terlanjur berbuat salah tidak menyadari kesalahannya sehingga tidak bisa bertaubat dan tidak mau minta maaf atau orang yang terjerumus dalam disa besar merasa putus asa dari rahmat pengampunan Allah. Kalau toh syetan telah berhasil menggoda kita berbiat dosa atau kesalahan, jangan biarkan syetan berhasil menghalang-halangi kita bertaubat serta minta maaf. Karena seberapa pun besar dosa dan kesalahan kita kalau kita bertaubat dan minta maaf, Allah pasti mengampuni.
Di sisi lain orang iman yang mengetahui serta menyaksikan ada saudara seiman diqodar berbuat salah hendaknya juga bisa menerima itu sebagai qodar. Orang iman yang bisa menyadari bahwa kesalahan yang dilakukan saudaranya termasuk bagian dari qodar Allah, hatinya akan tetap bersih, tidak ada marah, benci terhadap saudaranya dan lisannya terjaga dari mencela, menghina, mengolok-olok saudaranya. Kita harus mewaspadai upaya syetan yang berusaha menggoda orang iman yang tidak diqodar berbuat salah untuk mencela, mengolok-olok dan menjatuhkan orang iman yang diqodar berbuat salah. Padahal perbuatan tersebut terkena ancaman sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
مَنْ عَابَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ فَلَا يَمُتُ حَتَّى يَعْمَلَ بِهِ
Artinya: “Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa, maka dia tidak akan mati sebelum dia sendiri mengerjakan dosa itu.” (HR. At-Tirmidzi dalam sunannya (2429))
Dalam menerima kesalahan sebagai qodar perlu kita resapi dengan seksama perdebatan antara nabu Adam dan nabi Musa sebagaimana diterangkan dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh iman Muslim: Nabi Adam melakukan perbantahan dengan Nabi Musa, Nabi Musa berkata: “wahai Adam engkaulah bapak kami, engkau telah menjadikan kami hina dan mengeluarkan kami dari surga.” Kemudian Nabi Adam menjawab, “Engkau adalah Musa yang Allah telah memilih kepadamu dengan mengajak berbicara langsung dan Allah telah menulis (kitab taurat) dengan tangan-Nya untukmu, apakah engkau pantas mencela atas perkara yang telah Allah qodarkan kepadaku empat puluh tahun sebelum Allah menciptakanku?” Kemudian Nabi Muhammad bersabda: berarti nabi Adam mengalahkan hujjah Nbai Musa, Nabi Adam menang hujjahnya
Setelah menyadari bahwa kesalahan yang dilakukan oleh setiap manusia termasuk bagian dari qodar yang Allah tetapkan, orang iman yang berbuat salah hendaknya segara bertaubat dengan taubatan-nashuha. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh.” (QS. At-Tahrim: 8)
Ayat ini menekankan pentingnya taubat yang tulus dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki kesalahan dan memperkuat hubungan dengan Allah. Bertaubat maksudnya memohon pengampunan dari Allah dengan mengakui kesalahannya, menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu, seberapa pun besar dosa dan kesalahan orang iman kalau dia mau bertaubat pasti Allah mengampuninya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
لو أخطأتم حتى تبلغ خطاياكم السماء ثم تبتم لتاب الله عليكم
Artinya: “Seandainya kalian berbuat salah sehingga kesalahan kalian sampai langit kemudian bertaubat maka allah akan menerima taubat kalian.” (HR. Ibnu Majah dalam sunannya, Shahihul Jami’ (5235))
Syarat-syarat taubatan-nashuha yaitu:
a. Mengakui kesalahan atau dosa-dosa yang telah dikerjakan berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
فإن العبد إذا اعتر ف بذ نب ثم تاب تاب الله عليه
Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba ketika mengaku berbuat dosa kemudian dia bertaubat pasti Allah akan menerima taubatnya”. (shahih, HR. Bukhari dan Muslim)
b. Memohon ampun kepada Allah dengan membaca istighfar berdasarkan firman Allah Subhanahu Wata’ala:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan itu, sedangkan mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)
c. Menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan atau perbuatan dosanya.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
الندم توبة
Artinya: “Penyesalan adalah taubat” (shahih, HR. Ibnu Majah dalam Shahihnya)
III. PENUTUP
Dengan meningkatkan kefahaman terhadap Maqoodirullah diharapkan kita bisa menyikapi setiap qodar dengan cara yang baik dan benar, sikap yang bisa mendatangkan pahala dan ridho Allah dan terhindar dari sikap yang dimurkai Allah, sehingga bisa merasakan ketenangan, dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin.
REFERENSI:
Penulis : Hisyam (pegawai dapur DQH)
Sumber : Majalah Islamiyah Qur’an Hadits
BACA JUGA :
Ajukan Pertanyaan atau Komentar